Thursday, September 19, 2019

KALA KEGELISAHAN MELANDA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 September 2019

Baca:  Mazmur 116:1-19

"Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu."  Mazmur 116:7

Tidur adalah pekerjaan yang mudah dilakukan!  Tapi ada sebagian orang yang justru mengeluh bahwa mereka sulit untuk bisa tidur.  Kedengarannya memang agak aneh ya, tapi kenyataannya demikian, yaitu ada orang yang butuh perjuangan yang sedemikian rupa untuk bisa tidur, bahkan mereka perlu dibantu obat dari dokter agar bisa tidur.  Penyakit sulit tidur disebut insomnia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk tidur selama periode yang seharusnya, di saat orang lain biasanya tidur dengan lelap.

     Ada beberapa sebab mengapa seorang mengalami gangguan sulit tidur atau insomnia, salah satunya adalah karena faktor psikis yaitu stres.  Di zaman sekarang ini banyak orang dilanda stres:  stres karena beban hidup yang semakin berat, stres karena sakit yang dideritanya belum sembuh-sembuh, stres karena gagal menjadi caleg pasca pemilu, dan sebagainya.  Salah satu gejala stres adalah rasa gelisah yang berlebihan.  Gelisah berarti tidak tenang, tidak tenteram, selalu merasa was-was, cemas.  Daud pun pernah mengalaminya saat ia terus dikejar-kejar oleh Saul yang berusaha untuk menghabisi nyawanya:  "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?"  (Mazmur 42:6).  Ternyata ketenangan hidup itu teramat mahal harganya, tak bisa dibeli dan tak bisa diukur dengan materi seberapa pun.  Apalah artinya punya segalanya bila hidup dipenuhi dengan kegelisahan setiap hari?  "Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin."  (Pengkhotbah 4:6).

     Masalah adalah bagian kehidupan manusia yang tak bisa dihindari, namun untuk tetap bersikap tenang dan tidak gelisah adalah sebuah keputusan.  Jika kita berserah dan memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, kita tidak akan gelisah dalam menjalani hidup ini, sebab kita percaya bahwa tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengarkan seruan doa kita  (Yesaya 59:1).  Kegelisahan pasti sirna bila kita senantiasa mendekat kepada Tuhan, sebab hanya dekat Tuhan saja kita menemukan ketenangan hidup  (Mazmur 62:2).

Percayalah bahwa ada Roh Kudus di dalam kita,  "Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!"  Yesaya 28:16

Wednesday, September 18, 2019

DUNIA YANG PENUH GEJOLAK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2019

Baca:  Mazmur 46:1-12

"Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur."  Mazmur 46:7

Perhatikan dengan seksama keadaan dunia saat ini!  Bukankah semakin hari semakin bergejolak?  Gejolak ini tidak hanya terjadi di negara kita, tapi hampir seluruh negara mengalami hal yang sama.  Dunia ini benar-benar sedang digoncang!  "Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat;"  (Hagai 2:7).  Apa yang pemazmur tulis bahwa bangsa-bangsa ribut dan kerajaan-kerajaan goncang  (ayat nas), benar-benar tergenapi.

     Bergejolaknya dunia, mau tidak mau, memengaruhi kehidupan semua orang, bahkan dapat menimbulkan ketakutan, kekuatiran, dan kecemasan.  "...sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya."  (Mazmur 46:3-4), sebagai orang percaya, kita tak perlu takut, berpeganglah teguh pada janji firman Tuhan.  Bila kita masih merasa sulit untuk melepaskan diri dari belenggu ketakutan dan kekuatiran, itu tandanya kita belum tinggal di dalam firman Tuhan, padahal firman Tuhan penting sekali untuk menumbuhkan iman kita, bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang bukan saja menyelamatkan kita, tapi juga Tuhan yang sanggup memelihara kehidupan kita setiap hari, sekalipun dunia dipenuhi dengan gejolak.  Tak perlu takut menghadapi gejolak dan goncangan apa pun, sebab orang percaya  "...menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut."  (Ibrani 12:28).

     Supaya kita mampu bertahan dan tetap kuat menghadapi dunia yang sedang bergejolak dan bergoncang ini kita harus memperkokoh fondasi hidup kita.  Fondasi itu adalah firman Tuhan:  "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."  (Matius 24:35).  Ada tertulis:  "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu."  (Matius 7:24-25).

Tuhan itu tempat perlindungan dan kekuatan!  Dialah kota benteng kita.