Sunday, April 9, 2017

BERHARAP KEPADA TUHAN: Tak Beroleh Malu

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 April 2017

Baca:  2 Samuel 24:18-25

"...sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa."  2 Samuel 24:24

Atas nasihat Gad yang diutus oleh malaikat Tuhan Daud berniat untuk mendirikan mezbah bagi Tuhan di atas tanah pengirikan Arauna, orang Yebus.  Segeralah Daud menemui Arauna bermaksud ingin membeli tempat itu, namun Arauna justru ingin mempersembahkan tanah itu kepada Daud secara cuma-cuma.  Daud menolaknya dengan tegas, sebab ia tidak mau mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan tanpa membayar apa-apa.  Ia ingin memberi yang terbaik bagi Tuhan dengan cara berkorban, memberi dari apa yang dimiliki, karena sadar bahwa semua yang dimilikinya itu berasal dari Tuhan.

     Ada banyak orang Kristen memiliki keinginan dan kerinduan untuk mendukung pekerjaan Tuhan, tetapi hati mereka masih belum sepenuhnya rela untuk berkorban, karena pikiran mereka masih dipenuhi oleh perhitungan matematika dan bisnis:  bahwa memberikan persembahan atau berkorban bagi Tuhan berarti uangnya akan berkurang dan ini sebuah kerugian besar.  Hal itu menunjukkan bahwa roh cinta akan uang masih belum dapat dipatahkan.  "...akar segala kejahatan ialah cinta uang."  (1 Timotius 6:10).  Jadi daripada tidak rela lebih baik tidak usah berkorban!  Karena dasar dari semua korban bagi Tuhan adalah kerelaan hati atau sukarela, tergerak dan terdorong dalam hati untuk membawa sesuatu persembahan kepada Tuhan.  "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:7).

     Bagi hamba-hamba Tuhan  (gembala atau penginjil)  yang sedang mengalami pergumulan dalam hal keuangan, jangan pernah menggantungkan harapan kepada manusia, berharaplah hanya kepada Tuhan.  "Mungkinkah tangan-Ku terlalu pendek untuk membebaskan atau tidak adakah kekuatan pada-Ku untuk melepaskan? Sesungguhnya, dengan hardik-Ku Aku mengeringkan laut, Aku membuat sungai-sungai menjadi padang gurun;..."  (Yesaya 50:2b).  Kalau Tuhan sanggup mengeringkan air laut dan membuat sungai menjadi padang gurun, tidak sanggupkah Ia melepaskan kita dari krisis?  Tidak sanggupkah Ia menyediakan dana untuk pekerjaan-Nya di bumi?

"...siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."  1 Petrus 2:6

Saturday, April 8, 2017

KARENA KEBAIKAN TUHAN SEMATA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2017

Baca:  2 Samuel 22:31-51 

"Juga Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, dan kebaikan-Mu telah membuat aku besar."  2 Samuel 22:36b

Ketika memilih seorang pemimpin hal pertama yang biasa orang perhatikan adalah faktor penampilan luar atau serentetan prestasi yang telah diraih.  Tak terkecuali nabi Samuel yang juga terkecoh dengan penampilan dan kelebihan-kelebihan yang terlihat mata jasmani, sehingga ketika dipanggil Tuhan untuk mengurapi orang yang dipersiapkan sebagai pengganti raja Saul ia hampir yakin bahwa anak tertua Isai lah yang sangat pantas untuk menggantikan:  "Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: 'Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.' Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: 'Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.'"  (1 Samuel 16-6-7).

     Berbeda sekali dengan manusia yang selalu memperhatikan bagian luarnya, Tuhan selalu melihat hati manusia!  Itulah sebabnya Eliab, Abinadab, Syama dan saudara-saudaranya yang lain tak terpilih oleh Tuhan.  Bertanyalah Samuel kepada Isai,  "'Inikah anakmu semuanya?' Jawabnya: 'Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.'"  (1 Samuel 16:11).  Tersirat dalam benak Isai bahwa mustahil anak bungsunya  (Daud)  yang kerjanya hanya menggembalakan kambing domba akan dipilih menjadi raja, sementara kakak-kakaknya yang secara manusia memenuhi kriteria saja ditolak oleh Tuhan.  Itulah jalan pikiran manusia, tapi Tuhan berfirman pada Samuel,  "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia."  (1 Samuel 16:12b).  Justru Daud,  -orang yang kurang diperhitungkan, bahkan dipandang remeh oleh ayahnya sendiri,-  yang Tuhan pilih dan diurapi-Nya... bukan karena keelokan parasnya seperti yang dikisahkan:  "Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok."  (1 Samuel 16:12a).

     Daud punya sesuatu yang tak dimiliki oleh saudara-saudaranya yaitu hati yang bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan selalu terbuka untuk diselidiki dan dikoreksi, sebagai tanda kerendahan hati.  Karena itu Daud mengakui bahwa hanya karena kebaikan Tuhan saja jika dia menjadi besar dan bisa melangkah sampai sejauh itu!

"Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela."  Mazmur 84:12