Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2017
Baca: 2 Samuel 22:31-51
"Juga Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, dan kebaikan-Mu telah membuat aku besar." 2 Samuel 22:36b
Ketika memilih seorang pemimpin hal pertama yang biasa orang perhatikan adalah faktor penampilan luar atau serentetan prestasi yang telah diraih. Tak terkecuali nabi Samuel yang juga terkecoh dengan penampilan dan kelebihan-kelebihan yang terlihat mata jasmani, sehingga ketika dipanggil Tuhan untuk mengurapi orang yang dipersiapkan sebagai pengganti raja Saul ia hampir yakin bahwa anak tertua Isai lah yang sangat pantas untuk menggantikan: "Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: 'Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.' Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: 'Janganlah pandang parasnya
atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang
dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan
mata, tetapi TUHAN melihat hati.'" (1 Samuel 16-6-7).
Berbeda sekali dengan manusia yang selalu memperhatikan bagian luarnya, Tuhan selalu melihat hati manusia! Itulah sebabnya Eliab, Abinadab, Syama dan saudara-saudaranya yang lain tak terpilih oleh Tuhan. Bertanyalah Samuel kepada Isai, "'Inikah anakmu semuanya?' Jawabnya: 'Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.'" (1 Samuel 16:11). Tersirat dalam benak Isai bahwa mustahil anak bungsunya (Daud) yang kerjanya hanya menggembalakan kambing domba akan dipilih menjadi raja, sementara kakak-kakaknya yang secara manusia memenuhi kriteria saja ditolak oleh Tuhan. Itulah jalan pikiran manusia, tapi Tuhan berfirman pada Samuel, "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia." (1 Samuel 16:12b). Justru Daud, -orang yang kurang diperhitungkan, bahkan dipandang remeh oleh ayahnya sendiri,- yang Tuhan pilih dan diurapi-Nya... bukan karena keelokan parasnya seperti yang dikisahkan: "Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok." (1 Samuel 16:12a).
Daud punya sesuatu yang tak dimiliki oleh saudara-saudaranya yaitu hati yang bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan selalu terbuka untuk diselidiki dan dikoreksi, sebagai tanda kerendahan hati. Karena itu Daud mengakui bahwa hanya karena kebaikan Tuhan saja jika dia menjadi besar dan bisa melangkah sampai sejauh itu!
"Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." Mazmur 84:12
No comments:
Post a Comment