Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2015
Baca: Hosea 10:9-15
"Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia!" Hosea 10:12a
Alkitab menyatakan "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya....ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;" (Pengkotbah 3:1-2). Dalam hidup ini ada waktunya menabur dan ada waktunya menuai apa yang ditabur. Karena itu selagi ada waktu dan kesempatan milikilah keberanian dan jangan pernah lelah menabur. "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat
kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah
ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik." (Pengkotbah 11:6), sebab "...apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah." (Galatia 6:9). Ada banyak orang Kristen yang enggan, ragu dan berpikir 1000x ketika hendak menabur, entah itu menabur waktu, tenaga, pikiran dan juga materi untuk pekerjaan Tuhan, apalagi untuk sesama, karena menabur identik dengan berkorban, kehilangan sesuatu, atau mengalami kerugian. Adakah petani menuai hasil jika ia sendiri tidak menabur benih? Di dalam 2 Timotius 2:6 tertulis: "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."
Ketika terjadi kelaparan di negeri tempat ia tinggal Ishak memutuskan untuk "...pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin." (Kejadian 26:1). Artinya Ishak tinggal sebagai orang asing di negeri musuh. Perhatikan! Di tengah situasi yang buruk dan tidak mendukung sekalipun Ishak membuat tindakan iman, "Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN." (Kejadian 26:12). Karena keberaniannya menabur Ishak mengalami breakthrough dalam hidupnya: hidupnya dipulihkan dan diberkati secara luar biasa.
Musim panen merupakan akhir kerja keras, cucuran keringat dan air mata, terbayarnya semua pengorbanan. Untuk sampai ke sana dibutuhkan ketekunan, kesabaran, ketabahan hati, "Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia
sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7).
Apa yang kita tuai di masa depan ditentukan oleh keberanian untuk menabur di masa kini.
Thursday, April 30, 2015
Wednesday, April 29, 2015
HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2015
Baca: Yesaya 48:12-22
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti," Yesaya 48:18
Masalah, tantangan, konflik, ujian dan berbagai macam pergumulan merupakan bagian hidup manusia di muka bumi ini, bukan hanya orang-orang dunia yang mengalaminya, tapi umat Tuhan pun tak luput dari itu. Meski demikian bukanlah alasan bagi kita untuk larut dalam kesedihan dan kehilangan damai sejahtera, sebab selalu ada pertolongan dan jalan ke luar bagi setiap orang yang hidup di dalam Tuhan, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20).
Pada malam sebelum Ia disalibkan Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa tidak lama lagi mereka tidak melihat Dia lagi, karena secara jasmani Ia akan kembali kepada Bapa (naik ke sorga), meninggalkan murid-murid-Nya. Meski demikian Tuhan Yesus menghendaki murid-muridNya tetap kuat, tidak gelisah dan gentar, sebab Tuhan Yesus tidak meninggalkan begitu saja. "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu." (Yohanes 14:27). Adapun damai sejahtera yang diberikan Tuhan berbeda 180 derajat dibandingkan yang dunia berikan. Damai sejahtera Tuhan adalah damai sejahtera sejati, tidak dipengaruhi situasi dan kondisi yang ada, tetapi timbul dari dalam hati sebagai dampak ketaatan seseorang melakukan firman-Nya.
Selama kita hidup benar di hadapan Tuhan dengan tidak menyimpang ke kanan ke kiri serta menjauhkan diri dari segala kejahatan, tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikuatirkan dalam hidup ini, sebab ada jaminan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, bahkan kita akan dikelilingi-Nya, diawasi-Nya dan dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya (baca Ulangan 32:10b). Damai sejahtera akan kita rasakan ketika kita menyadari bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja dan apa yang terjadi di dalam kehidupan kita adalah yang terbaik dari Tuhan.
"Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." Yesaya 32:17
Baca: Yesaya 48:12-22
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti," Yesaya 48:18
Masalah, tantangan, konflik, ujian dan berbagai macam pergumulan merupakan bagian hidup manusia di muka bumi ini, bukan hanya orang-orang dunia yang mengalaminya, tapi umat Tuhan pun tak luput dari itu. Meski demikian bukanlah alasan bagi kita untuk larut dalam kesedihan dan kehilangan damai sejahtera, sebab selalu ada pertolongan dan jalan ke luar bagi setiap orang yang hidup di dalam Tuhan, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20).
Pada malam sebelum Ia disalibkan Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa tidak lama lagi mereka tidak melihat Dia lagi, karena secara jasmani Ia akan kembali kepada Bapa (naik ke sorga), meninggalkan murid-murid-Nya. Meski demikian Tuhan Yesus menghendaki murid-muridNya tetap kuat, tidak gelisah dan gentar, sebab Tuhan Yesus tidak meninggalkan begitu saja. "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu." (Yohanes 14:27). Adapun damai sejahtera yang diberikan Tuhan berbeda 180 derajat dibandingkan yang dunia berikan. Damai sejahtera Tuhan adalah damai sejahtera sejati, tidak dipengaruhi situasi dan kondisi yang ada, tetapi timbul dari dalam hati sebagai dampak ketaatan seseorang melakukan firman-Nya.
Selama kita hidup benar di hadapan Tuhan dengan tidak menyimpang ke kanan ke kiri serta menjauhkan diri dari segala kejahatan, tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikuatirkan dalam hidup ini, sebab ada jaminan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, bahkan kita akan dikelilingi-Nya, diawasi-Nya dan dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya (baca Ulangan 32:10b). Damai sejahtera akan kita rasakan ketika kita menyadari bahwa dalam segala perkara Tuhan turut bekerja dan apa yang terjadi di dalam kehidupan kita adalah yang terbaik dari Tuhan.
"Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." Yesaya 32:17
Subscribe to:
Posts (Atom)