Sunday, November 30, 2014

MELAKUKAN TUGAS: Dengan Sukarela

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2014

Baca:  2 Korintus 8:16-24

"Memang ia menyambut anjuran kami, tetapi dalam kesungguhannya yang besar itu ia dengan sukarela pergi kepada kamu."  2 Korintus 8:17

Masihkah kita bersemangat menjalani hari-hari kita?  Akhir-akhir ini banyak orang Kristen kehilangan semangat dan gairah hidup.  Terbukti mereka melakukan segala sesuatu dengan berat hati, asal-asalan, penuh keterpaksaan dan tidak sukarela.  Mengapa bisa begitu?  Karena pikirannya hanya terfokus kepada kegagalan, masalah, kekecewaan dan luka-luka hati lainnya.  Apa pun yang menjadi tugas kita, entah itu tugas keseharian di kantor, rumah tangga, sekolah, kampus, terlebih-lebih tugas pelayanan, sudah selayaknya kita lakukan dengan sukarela, tidak setengah hati, hitung-hitungan, apalagi terpaksa disertai persungutan.  Alkitab menasihatkan:  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23).

     Ketika dipercaya oleh rasul Paulus untuk sebuah tugas pelayanan di tengah-tengah jemaat di Korintus Titus meresponsnya dengan penuh antusias.  Ia melakukan tugasnya dengan kesungguhan dan sukarela.  Kata sukarela berarti dengan kemauan sendiri, rela hati, atas kehendak sendiri.  Ini berkenaan dengan ketulusan dan keikhlasan hati seseorang, bukan karena terpaksa, nggrundel, ngedumel atau hanya sungkan karena didorong-dorong oleh pihak lain.  Segala sesuatu yang dikerjakan dengan sukarela pasti akan menghasilkan dampak yang positif bagi diri si pelaku dan juga orang lain.  Hasilnya pun pasti akan jauh berbeda dibandingkan dengan orang yang mengerjakan tugas-tugasnya setengah hati dan tidak rela.  Karena itulah rasul Paulus menyebut Titus sebagai orang yang terpuji dalam pekerjaannya dan juga komitmennya  (ayat 18 dan 22).

     Kalau kita melakukan segala sesuatu dengan sukarela dan penuh semangat, sebesar apa pun tugas dan tanggung jawab kita akan terasa ringan dan menyenangkan.  Sebaliknya kalau kita tidak dengan rela hati mengerjakannya, sekecil apa pun tugas akan terasa berat dan menyiksa.  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).

Mari kerjakan apa pun tugas-tugas yang dipercayakan kepada kita dengan sukarela, sebab  "...dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah."  Kolose 3:24

Saturday, November 29, 2014

TIDAK HITUNG-HITUNGAN: Untuk Tuhan dan Sesama

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2014

Baca:  Matius 25:31-46

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."  Matius 25:40

Bagaimana bisa memberi dan memberkati orang lain jika kita sendiri tidak memiliki sesuatu?  "Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu."  (2 Korintus 8:12).  Namun kita masih bisa memberikan perhatian, ucapan terima kasih, pujian atas pekerjaan baik, meluangkan waktu mendengar, mencurahkan pikiran dan tenaga;  itu cukup membuat orang lain tersenyum dan diubahkan.  Memberi tidak bisa dipisahkan dari sikap hati si pemberi.  Masalah hati adalah sisi terpenting bagi Tuhan, sebab  "...menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."  (1 Tawarikh 28:9), artinya Tuhan selalu melihat motivasi di balik semua tindakan kita.

     Yeremia memperingatkan,  "Bersihkanlah hatimu dari kejahatan, hai Yerusalem, supaya engkau diselamatkan! Berapa lama lagi tinggal di dalam hatimu rancangan-rancang kedurjanaanmu?"  (Yeremia 4:14).  Jadi, sebersit motivasi yang salah dan niat jahat setitik pun pasti diketahui Tuhan.  Sekecil apa pun pemberian kita  "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:7).  Memberi dengan sukcita berarti tidak ada keterpaksaan dan sedih hati, namun sukarela;  dan ketika kita rela hati melepaskan apa yang ada di tangan kita, Tuhan akan rela juga melepaskan apa pun yang di tangan-Nya untuk kita.

     Daud mengakui,  "...dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu."  (1 Tawarikh 29:14).  Jika menyadari ini kita tidak akan menjadi orang egois, hitung-hitungan dalam memberi, baik untuk Tuhan dan juga sesama.  Sebaliknya hati kita akan terbeban untuk mendukung pekerjaan Tuhan, dipenuhi empati terhadap orang lain yang membutuhkan pertolongan.

Memberi adalah perintah Tuhan, dan  "...sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku."  Matius 25:45