Monday, April 30, 2012

SALOMO: Hati yang Mulai Berubah!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2012 -

Baca:  1 Raja-Raja 11:1-13

"'Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.' Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta."  1 Raja-Raja 11:2

Dalam Yohanes 10:10 dikatakan,  "Pencuri (Iblis) datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  Karena itu berbagai cara dilakukan Iblis untuk menghancurkan kehidupan manusia.  Jika gagal dengan cara yang satu, Iblis akan mencoba cara yang lain.  jika melalui kejadian yang buruk, sakit-penyakit tidak berhasil, Iblis akan mencoba mencari celah yang lain.  Salah satunya adalah melalui kelimpahan atau berkat.  Berapa banyak orang jatuh dalam dosa justru pada saat ia diberkati.  Sementara saat berada dalam penderitaan seseorang dapat begitu dekat dan bergaul karib dengan Tuhan.  Tetapi saat ia berlimpah dengan harta hatinya tidak lagi terpaut kepada Tuhan, karena Alkitab mengatakan: "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).

     Kita bisa belajar dari kisah hidup raja Salomo.  Ia adalah seorang raja yang  "...melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat."  (1 Raja-Raja 10:23);  hikmat, kekayaan, kekuasaan dan popularitas Salomo benar-benar tak tertandingi oleh raja mana pun yang ada di dunia.  Dan sungguh benar bahwa semakin tinggi pohon semakin besar pula angin yang menerpanya.  Semua itu membuat Salomo lupa diri dan kian terlena;  harta, tahta dan wanita secara perlahan telah mengubah arah hidupnya.  Hatinya mulai berubah!  Ia tidak lagi mengindahkan perintah Tuhan.  Nasihat dan pesan dari ayahnya, Daud,  "Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya,..."  (1 Raja-Raja 2:3)  ia lupakan dan mulai berkompromi dengan dosa.

     Mengapa Salomo menjadi seperti itu?  Semua itu berawal ketika ia  "...mencintai banyak perempuan asing.  Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het,"  (ayat 1).  Karena perempuan-perempuan asing itulah iman Salomo menjadi goyah dan hatinya menjadi condong kepada ilah-ilah mereka.  Padahal dengan tegas Tuhan sudah melarang Salomo untuk bergaul dengan mereka, karena  "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Tuhan pun menjadi sangat marah!

Goncangan hebat terjadi di akhir pemerintahan Salomo dan kerajaannya pun koyak.

Sunday, April 29, 2012

MENYEDIAKAN WAKTU UNTUK TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2012 -

Baca:  Mazmur 63:1-12

"Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu."  Mazmur 63:5

Berapa lama Saudara memiliki waktu untuk bersekutu dengan Tuhan?  Banyak yang menjawab:  tidak pasti, kalau lagi tidak sibuk.  Dalam sehari Tuhan memberi kita waktu selama 24 jam.  Dari 24 jam itu, berapa jam yang kita gunakan untuk mencari hadirat Tuhan atau kita khususkan untuk memuji dan menyembah Dia?

     Daud tidak pernah melewatkan hari tanpa bersekutu dengan Tuhan dan memuji-muji Tuhan, baik itu pagi, siang dan malam.  Tertulis:  "Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4), juga  "...pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu;" (Mazmur 59:17) dan  "...pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9).  Di  segala waktu dan keadaan (suka maupun duka) Daud selalu memuji-muji Tuhan.  Sama seperti yang dilakukan oleh suku Lewi, satu-satunya suku di antara 12 suku di Israel yang memiliki tugas 'istimewa' yaitu dikhususkan  untuk melayani Tuhan, menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan.  Dikatakan:  "...mereka bertugas menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan setiap pagi, demikian juga pada waktu petang,"  (1 Tawarikh 23:30).

     Selama masih ada waktu, selama matahari terbit di ufuk timur, selama bintang masih gemerlap di waktu malam, dan selama bumi masih berputar, suku Lewi tak henti-hentinya menaikkan korban syukur dan puji-pujian bagi Tuhan, baik itu pada waktu pagi, petang dan juga pada hari-hari khusus seperti sabat, bulan baru, hari raya dan sebagainya.  Kita pun harus demikian, menyediakan waktu khusus bagi Tuhan.  Jangan hanya saat ibadah di gereja saja!  Kita sendiri harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mencari hadirat Tuhan.  Bagi yang bekerja bisa menyediakan waktu pagi hari untuk Tuhan sebelum berangkat beraktivitas.  Para ibu rumah tangga malah lebih fleksibel karena memiliki waktu luang lebih banyak di rumah, bisa pagi, siang atau sore.  Atau mungkin kita hanya bisa pada malam hari setelah semua tugas dan pekerjaan terselesaikan.  Tidak masalah!  Daud berkata,  "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2)

Jika Daud bisa, mengapa kita tidak?