Tuesday, January 31, 2012

PEMUDA EUTHIKUS: Iman Paulus bekerja!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2012 - 

Baca:  Kisah 20:7-12

"Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur."  Kisah 20:12

Pernahkah Saudara mengantuk saat ibadah?  Jujur kita jawab:  pernah atau mungkin malah sering, apalagi kalau jam ibadahnya di siang hari, benar-benar tak bisa ditahan rasa kantuknya;  belum lagi cara si pengkotbah menyampaikan firman Tuhan yang begitu membosankan.

     Rasa kantuk yang luar biasa juga dialami oleh seorang pemuda yang bernama Euthikus, yang  "...duduk di jendela.  Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya."  (Kisah 20:9a).  Euthikus sedang berada dalam rasa kantuk yang berat saat ia mendengarkan Paulus berkhotbah, padahal Paulus berkhotbah dengan berapi-api dan suara yang menggelegar, tetapi tetap saja ia tidak dapat mengusir beban kantuk yang begitu berat, menggelayuti kedua matanya.  Setelah mencoba dengan sekuat tenaga untuk bertahan menghadapi serangan kantuk itu akhirnya Euthikus sudah tidak tahan lagi dan tertidur lelap, sampai terjatuh dari tingkat tiga ke bawah.  Melihat kejadian ini semua orang menjadi gempar, ia pasti mati.  Rasul Paulus merasa bertanggung jawab atas musibah yang menimpa Euthikus ini.  Simak pernyataannya,  "Jangan ribut, sebab ia masih hidup."  (Kisah 20:10).  Mengapa Paulus begitu yakin bahwa Euthikus masih hidup?  Pasti Paulus tidak asal bicara.  Ia bukannya tidak tahu cara membedakan antara orang mati dan hidup.  Iman!  Inilah yang membuat Paulus merasa yakin bahwa pemuda itu hidup dan dapat dibangkitkan lagi.  Ada tertulis:  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Paulus sedang memperkatakan iman!  Iman memampukan seseorang menentang alam logika manusia.  Dengan iman, Paulus percaya meski segala sesuatunya belum terlihat secara kasat mata;  dan terbukti:  Euthikus bangkit kembali.  Itu bukan karena Paulus, tapi karena iman yang ada di dalam diri Paulus.

     Sebagai orang percaya kita pun harus belajar memandang dengan mata iman.  Iman di sini bukan sekedar untuk mempercayai bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat, tetapi juga iman untuk menghadapi segala persoalan yang terjadi dalam kehidupan kita.  Mari kita jalani hari ini dengan penuh iman kepada Tuhan.  Yakinlah bahwa tiada yang mustahil bagi Dia!

Tidak ada cara lain untuk mengalami dan merasakan perbuatan-perbuatan ajaib dari Tuhan kecuali kita berjalan dalam iman setiap hari!

Monday, January 30, 2012

KASIH TUHAN TIADA BERKESUDAHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2012 - 

Baca:  Hosea 11:1-11

"Makin Kupanggil mereka  (Israel - Red.), makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku;  mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung."  Hosea 11:2

Manusia yang hanya berasal dari debu tak mungkin mampu memahami, menyelami dan mengerti pikiran Tuhan yang Mahabesar dan tak terukur itu.  Menurut pemikiran manusia  -karena Tuhan adalah Pribadi yang Mahakudus-  tentunya mereka yang bersalah, berbuat dosa dan menyeleweng dari jalan-jalanNya pasti segera dibinasakanNya.  Namun pikiran manusia bukanlah pikiran Tuhan!  Tertulis:  "Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan."  (Hosea 11:9b).  Tak semudah cara manusia berpikir bahwa Tuhan akan membinasakan umat yang menyimpang dari jalan-jalanNya.  Akan tetapi Tuhan itu panjang sabar dan senantiasa memberi kesempatan kepada manusia untuk kembali bertobat.  Memang Tuhan sangat sedih dan menyesal jika umat yang dipilih dan dikasihiNya itu semakin dipanggil semakin menjauh dari hadapanNya.

     Sudah sangat jelas bahwa bangsa Israel kala itu adalah bangsa yang degil dan tegar tengkuk, namun kasih Tuhan tidak berkesudahan.  Dalam kekecewaanNya Tuhan berkata,  "Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka.  Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih.  Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka;  Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan."  (Hosea 11:3-4).

     Pengalaman bangsa Israel ini menjadi pelajaran berharga bagi kita.  Mari kita belajar untuk menghargai betapa besar kasih Tuhan kepada kita.  Mengertilah bahwa apabila persoalan atau kesesakan datang menimpa hidup kita, itu bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita.  Tuhan ingin melalui  'proses hidup'  ini kita dapat kembali mengingat kasih dan kebaikanNya.  Mungkin selama ini kita telah melangkah jauh dari hadapanNya, dan melalui masalah dan penderitaan yang kita alami ini tali kasih Tuhan ingin menarik dan mengait hati kita untuk kembai bersimpuh di hadapan kakiNya untuk menerima kembali pemulihan dari Tuhan.

Kasih tidak selamanya memanjakan, tetapi adakalanya mendidik dan mendisiplinkan.  Kasih yang tegas harus Tuhan lakukan agar kita tidak tersesat jauh!