Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2019
Baca: Daniel 6:1-29
"Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa
itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak
bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak
melakukan kejahatan." Daniel 6:22-23
Raja Darius mendapatkan tekanan dari para pejabat tinggi kerajaan dan wakilnya untuk mengeluarkan sebuah undang-undang yang berisi larangan, yaitu barang siapa yang dalam waktu tiga puluh hari menyembah kepada salah satu dewa atau manusia, kecuali kepada raja, maka ia akan menerima hukuman dilemparkan ke dalam gua singa.
Sekalipun telah mendengar bahwa surat perintah itu telah dibuat, Daniel tetap berdoa kepada Tuhan yang hidup dan benar, setiap hari. Ketika para musuh memdapati Daniel sedang berdoa, segeralah mereka menghadap raja dan memintanya untuk melemparkan Daniel ke gua singa. Raja Darius pun menjadi sangat sedih, sebab ia sangat mengasihi Daniel, tapi surat perintah tersebut tidak bisa diubah! "Maka dibawalah sebuah batu dan diletakkan pada mulut gua itu, lalu raja
mencap itu dengan cincin meterainya dan dengan cincin meterai para
pembesarnya, supaya dalam hal Daniel tidak dibuat perubahan apa-apa." (Daniel 6:18). Bila diperhatikan, ada perbedaan reaksi antara Darius dan Daniel ketika dihadapkan pada situasi yang tidak ada harapan. Setelah Daniel dilemparkan ke gua singa, raja tidak dapat tidur karena terus memikirkan nasib Daniel dan membayangkan hal-hal buruk terjadi. "Pagi-pagi sekali ketika fajar menyingsing, bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa; dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan
suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: 'Daniel, hamba Allah yang
hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia
melepaskan engkau dari singa-singa itu?'" Daniel 6:20-21).
Sebaliknya, Daniel tetap bisa tenang dan tak kehilangan damai sejahtera sekalipun berada di kandang singa, karena mata rohaninya senantiasa tertuju kepada Tuhan, yang kuasa-Nya tidak pernah berubah. Daniel menegaskan kepada raja bahwa Tuhan yang ia sembah, telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu.
Dengan mata iman Daniel sanggup melihat pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang dahsyat, ketika orang lain tak mampu melihatnya!
Amin. Terpujilah Tuhan
ReplyDeleteHaleluyah...
ReplyDeletePuji Tuhan Amin
ReplyDeleteHaleluyaaaa...
ReplyDelete