Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juni 2019
Baca: Lukas 16:19-31
"Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia
mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab
aku sangat kesakitan dalam nyala api ini." Lukas 16:24
Kisah tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin tidaklah asing di telinga kita. Kisah ini hendaknya semakin menyadarkan kita bahwa sorga dan neraka itu benar-benar ada. Jadi, neraka itu bukanlah cerita fiksi yang bertujuan untuk menakut-nakuti orang. Tak bisa dibayangkan penderitaan yang akan dialami oleh orang yang sudah berpulang dalam keadaan penuh dosa, karena belum menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Ketika nafas terakhir terhembus, melayanglah rohnya keluar dari tubuh; betapa terkejutnya ia setelah mata rohani tercelik, karena ia melihat adanya jurang pemisah yang teramat besar antara sorga dan neraka. Orang yang terbuang ke neraka hanya bisa meratap... semuanya sudah terlambat! "Sudah lewat musim menuai, sudah berakhir musim kemarau, tetapi kita belum diselamatkan juga!" (Yeremia 8:20).
Penyesalan yang terlambat sungguh sangat menyiksa! Orang kaya (bacaan) diliputi rasa cemas memikirkan keluarganya yang belum bertobat, sebab ia tahu mereka akan mengalami siksa tiada tara, seperti dirinya yang berseru kepada bapa Abraham. Orang berdosa yang tersiksa di neraka, yang ingin melepaskan diri dari siksaan dan lari ke sorga, takkan mungkin, sebab "...di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak
terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun
mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang." (Lukas 16:26). Ia benar-benar tersiksa karena penyesalan yang tak kunjung berakhir, karena telah menyia-nyiakan kasih karunia dan kesempatan yang telah Tuhan berikan. Menyesal sangat, karena tiap saat melihat betapa indahnya sorga dan betapa dahsyatnya penderitaan di neraka.
Bagi kita yang masih hidup di dunia ini dan yang telah beroleh anugerah keselamatan dari Tuhan, tidakkah kita tergerak hati untuk menjangkau jiwa-jiwa yang belum diselamatkan? Apakah kita hanya ingin menikmati keselamatan itu untuk diri sendiri, dan membiarkan keluarga, teman atau sahabat kita mengalami kebinasaan kekal?
Selagi ada waktu dan kesempatan marilah kita berlomba-lomba menjangkau jiwa-jiwa yang masih tersesat, sebab bila terlambat, penyesalan tiada guna!
Halleluyah. Terimakasih atas renungan yg tlh mengingatkan
ReplyDeleteAmin😇
ReplyDeleteAmen
ReplyDeleteTerimakasih ya Tuhan, kami diingatkan kembali, kami sering lupa dengan kebiasaan dosa kami.
ReplyDeleteAmin
ReplyDelete