Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2018
Baca: Amsal 19:1-29
"Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu." Amsal 19:17
Sebagai pengikut Kristus kita diperintahkan untuk mengikuti teladan Kristus, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Kristus berkata, "...sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (1 Yohanes 13:34). Jadi, memiliki kasih adalah tanda sebagai murid Kristus (Yohanes 15:8).
Salah satu teladan hidup Kristus adalah hati-Nya dipenuhi oleh belas kasihan terhadap semua orang (Matius 9:36; Matius 14:14). Rasul Paulus menegaskan pula, "...dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan," (Filipi 2:1). Belas kasihan atau welas asih adalah emosi manusia yang muncul akibat penderitaan orang lain. Lebih kuat daripada empati, perasaan ini biasanya memunculkan suatu usaha untuk mengurangi penderitaan orang lain. Berbicara tentang belas kasihan, kita selalu diingatkan dengan kisah seorang Samaria yang murah hati (Lukas 10:25-37), yang telah menujukkan kasihnya yang tulus kepada orang yang telah dirampok dan dianiaya oleh para penyamun. Hanya orang Samaria itu yang hatinya tergerak oleh belas kasihan, padahal di kalangan orang Israel orang Samaria disebut orang yang kafir dan najis, tapi justru orang inilah yang menunjukkan kasih. Sedangkan seorang imam dan juga orang Lewi yang lebih dulu melewati jalan itu malah memilih untuk menghindar. Imam adalah orang yang mempunyai tugas mulia di rumah Tuhan, ia adalah mediator atau perantara antara manusia dan Tuhan. Umat yang ingin berhubungan dengan Tuhan harus melalui imam. Lewi adalah kaum yang dipilih Tuhan untuk melayani di rumah Tuhan. Sama halnya dengan imam yang lewat sebelumnya, orang Lewi ini pun hanya berjalan melewati korban perampokan tersebut.
Sangat ironis memang, orang-orang yang menyandang status sebagai pelayan Tuhan dan mengerti kebenaran firman Tuhan tapi tidak mau melayani orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan.
Apalah artinya sibuk melayani pekerjaan Tuhan jika semua itu sebatas teori dan kegiatan agamawi saja!
No comments:
Post a Comment