Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2016
Baca: Filipi 3:1b-16
"...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," Filipi 3:13b
Melupakan masa lalu memang tidak semudah membalik telapak tangan, apalagi jika masa lalu itu dipenuhi kenangan-kenangan indah bersama dengan orang yang kita kasihi: orangtua, sahabat, kekasih dan sebagainya. Itulah sebabnya ada orang yang sulit sekali beranjak dari masa lalu, padahal yang namanya masa lalu sudah tidak bisa terulang lagi. Kenangan masa lalu itu akan indah kalau cuma sebatas dibayangkan, tapi akan menyakitkan kalau diharapkan bisa terulang kembali karena hal itu tak mungkin terjadi. Terlebih lagi bila masa lalu kita dipenuhi oleh kegagalan dan luka hati, enggan rasanya untuk melupakan begitu saja, sehingga kegagalan dan luka hati itu terus membayangi dan membekas di setiap langkah hidup kita.
Sampai kapan kita menjalani hidup hari ini dengan dibayang-bayangi oleh masa lalu? Yang sedang kita hadapi dan jalani adalah sebuah kenyataan, bukan masa lalu. Karena itu jadikan masa lalu sebagai pengalaman dan bahan pembelajaran, jangan malah menghalangi dan menghambat langkah kita untuk menatap masa depan, karena untuk memiliki kehidupan yang lebih baik, mau tidak mau, kita harus keluar dari belenggu masa lalu. Percuma terus meratapi kegagalan masa lalu atau membangga-banggakan kejayaan masa lalu karena hal itu tidak bisa mengubah keadaan yang sedang kita hadapi. Kita harus hidup dalam realitas hari ini, bukan kemarin atau masa lalu.
Paulus, yang dulunya bernama Saulus, orang dari Tarsis, dikenal banyak orang sebagai penganiaya dan pembunuh pengikut Kristus. Salah satunya adalah ketika Stefanus dirajam batu ia pun punya andil besar dalam peristiwa itu. Namun setelah bertemu dengan Tuhan Yesus ia mengalami kelahiran baru. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Setelah itu Paulus dipanggil Tuhan untuk menjangkau jiwa-jiwa melalui pemberitaan Injil. Melihat hal itu Iblis tidak tinggal diam, ia terus mendakwa dan mengganggu memori Paulus tentang masa lalunya yang kelam, namun Paulus tidak terprovokasi. Ia membuat keputusan berani yaitu meninggalkan masa lalu, dan mengarahkan pandangan ke depan dengan penuh iman kepada Kristus. (Bersambung).
No comments:
Post a Comment