Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Oktober 2016
Baca: Kejadian 25:19-34
"Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu." Kejadian 25:34b
Esau adalah saudara kembar Yakub, tetapi ia lahir terlebih dahulu, karena itu Esau beroleh hak kesulungan. Karena tubuhnya berbulu ia dinamai Esau (ayat 25). Kemudian menyusullah Yakub yang ketika lahir memegang tumit Esau. Karena itu ia dinamai Yakub, yang berarti si penipu. Esau tumbuh menjadi orang yang pandai berburu dan menjadi kesayangan ayahnya yang suka makan daging buruan, sedangkan Yakub yang berkepribadian tenang lebih memilih tinggal di kemah dan menjadi kesayangan ibunya.
Sepulang berburu dengan rasa lelah dan lapar Esau melihat Yakub sedang memasak sup kacang merah. Berkatalah ia kepada Yakub, "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." (ayat 30). Dasar Yakub si penipu, ia menggunakan kesempatan emas ini untuk membujuk saudaranya itu: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu. Sahut Esau: 'Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?'" (ayat 31-32). Tanpa memertimbangkan konsekuensi tindakannya, dengan mudahnya Esau menukarkan hak kesulungannya hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya (perutnya): masakan kacang merah. "Kata Yakub: 'Bersumpahlah dahulu kepadaku.' Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya." (ayat 33). Esau telah memandang rendah hak kesulungan yang dimilikinya dan begitu saja melepaskan hak tersebut, padahal hak kesulungan adalah hak khusus yang diberikan kepada anak laki-laki pertama, yang di dalamnya termasuk warisan yang bernilai dua kali lipat, menjadi ahli waris dan pemimpin keluarga. Sebagai anak sulung sebenarnya Esau berhak menjadi penerus Ishak (ayahnya) sebagai kepala keluarga dan mewarisi dua bagian tanah milik mereka, serta berkat dari Tuhan (ayat 31), namun ia telah kehilangan hak kesulungannya.
Dari kisah ini kita mendapat pengertian bahwa Yakub sangatlah menghargai hak kesulungan sampai-sampai ia menempuh segala cara, sekalipun harus menipu saudara kembarnya itu. Karena kesalahannya dalam membuat pilihan dan keputusan yang tanpa pertimbangan secara masak Esau harus mengalami kenyataan pahit di sepanjang perjalanan hidupnya karena ia telah kehilangan berkat yang seharusnya menjadi haknya. (Bersambung)
No comments:
Post a Comment