Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Agustus 2015
Baca: Matius 5:1-12
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." Matius 5:6
Setiap manusia pasti pernah dan selalu merasa lapar dan haus secara jasmani. Kita lapar terhadap makanan dan haus akan minuman. Rasa lapar dan haus ini menggambarkan kebutuhan hidup jasmaniah manusia yang harus dipenuhi. Jika kedua kebutuhan ini (makanan dan minuman) tidak terpenuhi bisa berakibat sangat fatal dan berujung kepada kematian. Tetapi rasa lapar dan haus yang dimaksudkan Tuhan Yesus dalam ayat ini berbeda dengan konsep umum manusia tentang rasa lapar dan haus secara jasmani.
Rasa lapar dan haus yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus adalah lapar dan haus akan kebenaran; dan ketika seseorang merasa lapar dan haus aka kebenaran ia akan disebut sebagai orang yang berbahagia. Lapar dan haus ini berbicara mengenai suatu keinginan atau hasrat yang kuat dari dalam diri seseorang. Adapun keinginan dan hasrat yang dimaksudkan memiliki makna yang positif, karena ditujukan kepada perkara-perkara rohani. Dalam analogi ini Tuhan Yesus hendak menegaskan bahwa kebenaran sesungguhnya adalah kebutuhan utama yang harus dipenuhi bagi tubuh rohani seseorang, yang sama pentingnya dengan makanan dan minuman bagi kesehatan tubuh jasmani. Karena merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan rohani manusia maka kebenaran bukanlah sebuah pilihan atau alternatif yang dapat dipenuhi sewaktu-waktu saja. kebenaran adalah kebutuhan hakiki manusia, yang tidak bisa tidak, harus dipenuhi. Adapun kebenaran yang hakiki itu hanya akan kita dapatkan di dalam Tuhan, sebab "Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya." (Mazmur 25:10).
Seringkali kita berpikiran bahwa kebutuhan manusia itu semata-mata hanya berkenaan dengan kebutuhan jasmaniah. Akibatnya manusia cenderung mengejar kepentingan duniawi saja demi memuaskan keinginan dagingnya, tidak peduli meski harus hidup jauh dari Tuhan. Mereka justru mengabaikan kebutuhan yang paling mendasar yaitu kebenaran. Mungkin secara materi segala kebutuhan terpenuhi, namun hati tetap saja hampa, kosong, tidak bahagia dan tidak pernah terpuaskan!
Karena kekuatiran akan duniawi orang tidak lagi lapar dan haus akan kebenaran!
No comments:
Post a Comment