Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juni 2015
Baca: Amsal 18:1-24
"Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak." Amsal 18:9
Hal yang sangat tidak disukai oleh orang dan sekaligus menjadi sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan adalah sifat malas.
Dalam perumpamaan tentang talenta (baca Matius 25:14-30), si tuan kecewa dengan hamba yang dipercaya menerima satu talenta karena ia tidak mengembangkannya, melainkan menyembunyikannya di dalam tanah. "Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku
menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di
mana aku tidak menanam? ... Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang
paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." (Matius 25:26, 30). Hamba yang malas harus menuai akibat kemalasannya itu. Tuhan telah memberi kita kemampuan atau karunia dengan maksud supaya kita berkarya dan mengembangkan kemampuan tersebut semaksimal mungkin, sebab pada saatnya akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa orang yang malas disebut jahat, bahkan disebut sebagai perusak (ayat nas). Mengapa? Karena Tuhan telah memiliki rancangan hal-hal baik bagi setiap orang percaya, tapi Ia menghendaki adanya kerjasama, ada bagian yang harus kita kerjakan untuk menggenapi rencana-Nya. Namun karena kita malas dan tidak mau membayar harga, semua rancangan Tuhan atas kita menjadi berantakan bukan karena Tuhan tidak sanggup melaksanakan rencana-Nya, tetapi karena kita sendiri yang tidak mau taat.
Ketahuilah bahwa kemalasan hanya akan berdampak buruk: merusak masa depan, impian dan harapan menjadi buyar, menghambat kemajuan (stagnan) dan cenderung mengalami kemunduran, menyebabkan penderitaan karena tidak ada kekayaan yang akan singgah di dalam rumah pemalas, sebab "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4). Akhirnya para pemalas bisanya hanya mengeluh, bersungut-sungut, menjadi beban bagi orang lain, kecewa dan ujung-ujungnya berani menyalahkan Tuhan.
"Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." Pengkotbah 10:18
No comments:
Post a Comment