Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Desember 2014
Baca: Matius 8:14-17
"Dialah yang memikul kelemahan kita..." Matius 8:17
Perlu disadari bahwa sampai kapan pun kita tidak akan pernah bisa sama persis seperti orang lain. Yang bisa kita lakukan adalah meneladani atau mencontoh sisi positif dari kehidupan orang lain: perihal keberhasilan, prestasi, atau kreativitas mereka. Ini dapat memotivasi kita untuk lebih bersemangat dalam menjalani hidup: jika mereka bisa, tidak menutup kemungkinan kita pun juga bisa. Mengapa tidak?
Mungkin saat ini kita merasa minder, berkecil hati, mengasihani diri sendiri dan berputus asa oleh karena kelemahan yang kita miliki. Tidak seharusnya kita bersikap demikian, karena sesungguhnya setiap orang selain punya nilai lebih pasti juga punya kelemahan, seperti peribahasa: 'tak ada gading yang tak retak, artinya tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Yang terpenting adalah apa yang kita kerjakan ketika menyadari bahwa di dalam diri ini ada kelemahan. Kelemahan diri adalah suatu keterbatasan yang kita warisi atau kita dapatkan karena suatu peristiwa yang terjadi, di mana kita tidak punya kuasa untuk menolak atau mengubah peristiwa tersebut. Kelemahan tersebut bisa berupa keterbatasan fisik (cacat), penyakit tertentu, atau mungkin juga keterbatasan emosional berupa trauma, kepahitan, temperamen bawaan atau juga keterbatasan kecerdasan.
Terkadang Tuhan mengijinkan adanya kelemahan dalam diri seseorang dengan tujuan hendak menyatakan kuasa-Nya. Tuhan berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9). Kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah terkesan dengan kepandaian, kegagahan, kecantikan, kemampuan, kekuatan seseorang yang seringkali membuat mereka merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Karena itu Tuhan tidak pernah memilih seseorang berdasarkan apa yang terlihat secara kasat mata, tapi Ia melihat hati dan sangat tertarik kepada orang-orang yang memiliki kelemahan dan mau mengakuinya. Banyak orang sulit sekali mengakui kelemahannya, tapi cenderung membusungkan dada dan meremehkan orang lain. Terhadap orang yang demikian Tuhan sama sekali tidak berminat.
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." Matius 5:3
Terima kasih ya Tuhan untuk berkat ygg Kau Berikan pd kami. Ajari kami untuk menerima dan mengerti serta mempergunakannya untuk kemuliaanu
ReplyDeleteAmin
Deletebesar Kau Tuhan
ReplyDeleteAmin Puji Tuhan, terima kasih Tuhan, Engkau selalu mempedulikan kami... 🙏
ReplyDelete