Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 November 2013 -
Baca: 1 Raja-Raja 3:16-28
"Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan
raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa
hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan." 1 Raja-Raja 3:28
Inilah jawaban Salomo, "'Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara
untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan
yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat
besar ini?' Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian." (1 Raja-Raja 3:9-10). Mungkin banyak orang akan berkata bahwa Salomo itu bodoh, disuruh Tuhan untuk meminta apa saja kok dia cuma menginginkan hikmat.
Mengapa Salomo hanya meminta hikmat? Karena hikmat adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Tanpa hikmat seorang raja atau pemimpin tidak akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Salomo tahu benar apa yang ia butuhkan saat itu dan hanya Tuhan yang sanggup memenuhi keinginannya itu. "Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (Amsal 2:6). Salomo pun menulis: "Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya." (Amsal 3:13-15). Dengan hikmat dari Tuhan Salomo dapat membuat keputusan dengan bijak, dapat membedakan mana yang baik dan yang jahat, serta dapat menegakkan kebenaran dan keadilan atas perkara yang terjadi pada bangsa Israel. Dalam hal ini Salomo lebih mengutamakan kebutuhan terpenting berkenaan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin, karena sebagai pemimpin ia harus bisa menjadi panutan bagi rakyatnya dan harus mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadinya.
Di zaman sekarang ini sulit sekali menemukan pemimpin yang demikian. Kebanyakan orang yang sudah menduduki jabatan penting atau berada di 'atas' lebih memikirkan kepentingannya sendiri. Dengan jabatan dan kekuasaan yang dimiliki mereka berusaha untuk memperkaya diri sendiri dengan menekan orang-orang yang lemah. (Bersambung)
No comments:
Post a Comment