Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juni 2013 -
Baca: Kisah Para Rasul 20:17-38
"Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat
mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh
Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia
Allah." Kisah 20:24
Beberapa waktu lalu nama Indonesia kembali berkibar di kancah perbulutangkisan dunia. Keberhasilan ganda campuran Tantowi Ahmad/Lilyana Natasir menjadi juara All England kedua kalinya secara beruntun adalah prestasi yang sangat membanggakan. Kemenangan mereka ibarat tetesan embun bagi dunia olahraga Indonesia dan menjadi lecutan bagi atlet-atlet lain untuk meraih kemenangan dan membawa harum nama Indonesia. Semudah itukah kemenangan diraih? Tidak, karena kemenangan tidak jatuh dari langit! Selalu ada harga yang harus dibayar. Di balik kemenangan pasti ada pengorbanan: kerja keras, disiplin, keringat yang bercucuran, air mata, atau bahkan darah yang tercurah.
Demikian juga dengan keselamatan, kemenangan, kesembuhan, pemulihan, berkat dan lain-lain yang telah kita terima secara cuma-cuma, ini adalah buah pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib. "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24). Yesus Kristus rela menderita dan menyerahkan nyawaNya supaya kita terbebas dari segala kutuk dosa. "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi
kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung
pada kayu salib!'" (Galatia 3:13). Rasul Petrus juga menegaskan, "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari
nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan
perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Sebuah pengorbanan yang tak ternilai harganya!
Banyak orang Kristen meremehkan pengorbanan Kristus di kayu salib. Terbukti kita masih berkompromi dengan dosa dan hidup untuk diri sendiri. Berbeda dengan Paulus yang merespons anugerah keselamatan yang diterimanya itu dengan bertekad, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21).
Paulus rela korbankan waktu, tenaga, seluruh hidupnya demi Injil sampai titik darah penghabisan!
No comments:
Post a Comment