Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Desember 2012 -
Baca: Kolose 1:15-23
"sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh
kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak
bercacat di hadapan-Nya." Kolose 1:22
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena melalui karya kudusNya di atas kayu salib kita telah diperdamaikan dengan Allah. Alkitab menyatakan, "...kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati
dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat," (Kolose 1:21). Tetapi syukur kepada Allah bahwa melalui kematianNya Dia telah mendamaikan kita dengan Bapa.
Kebiasaan manusia normal adalah berbeda. Allah telah memenangkan kita dengan kasihNya, menawarkan pengampunan dan pemulihan dalam persekutuan denganNya. Meski demikian ada satu persamaan antara penakluk dunia dengan Allah kita, yaitu penakluk dunia menginginkan penyerahan diri sepenuhnya dari pihak yang dikalahkan, demikian pula Allah ingin kita menyerah pasrah sepenuhnya kepadaNya. Dia hanya ingin kita hidup bergantung sepenuhnya kepadaNya dan anugerahNya. Sebenarnya kita lebih pantas mendapat hukuman daripada diberkati. Namun Dia Allah Mahapengasih yang menyelamatkan kita dari kemurkaan, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus
telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga; supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya." (Efesus 1:3, 6).
Seringkali kita menyangka bahwa Tuhan mempunyai rancangan buruk bagi kita, sehingga kita tidak mempercayaiNya dan terus-menerus menolak keinginanNya. Tuhan ingin kita memiliki persekutuan erat denganNya. Daud melukiskan kedekatannya dengan Tuhan sebagai persekutuan paling membahagiakan di sepanjang hidupnya, "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada
sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." (Mazmur 16:11). Persekutuan indah dengan Tuhan itulah yang membawa sukacita tersendiri. Inilah satu-satunya keilahian Tuhan yang benar dan memuaskan. Paulus mengatakan, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (1 Timotius 6:6). Dalam persekutuan yang berserah penuh ini tersimpan sebuah tujuan: masuk ke dalam alur utama tujuan Allah; kita akan pergi ke tempat di mana Tuhan berada.
Jangan pernah menjadi getir dalam menghadapi tantangan hidup ini, karena Tuhan akan memimpin kita untuk melaluinya.
Terima kasih Tuhan karena Kuasa darahMu di kayu salip sehingga kami bisa selamat, piinpilah selalu perjalanan hidupku.Amin
ReplyDelete