Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2011 -
Baca: Kisah 6:1-7
"Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu," Kisah 6:3
Melayani Tuhan adalah pekerjaan yang sangat mulia dan itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa. Karena tugas melayani Tuhan adalah mulia, maka kita yang sudah dipercaya Tuhan untuk terlibat dalam pelayanan, di mana pun berada dan apa pun bentuknya, tidak boleh mengerjakan tugas tersebut sekendak sendiri atau asal-asalan. Itulah sebabnya Rasul Paulus pun sangat berhati-hati dalam memilih dan menetapkan orang-orang yang hendak dipercaya untuk melayani jemaat Tuhan. Secara kuantitas orang-orang yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus jumlahnya memang banyak sekali, namun tidak semua orang layak dan bisa dipilih untuk menjadi pekerja Tuhan. Akhirnya dari ribuan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus hanya tujuh orang saja yang terpilih dan layak mengemban tugas sebagai pelayan Tuhan.
Ini menjadi PR yang tidak mudah bagi para hamba Tuhan atau Gembala Sidang agar mereka tidak sembrono atau terlalu menggampangkan dalam memilih para pengerja atau pelayan. Seringkali Gembala Sidang memilih para pengerjanya berdasarkan faktor like or dislike, ia seorang yang kaya atau menjadi donatur gereja, memiliki hubungan yang sangat dekat dan sebagainya, padahal orang-orang yang dipilihnya itu tidak memenuhi kualitas hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan: masih hidup dalam keinginan duniawi (tabiat daging), tidak bisa dipercaya, kurang setia, suka menghakimi, tidak bisa menguasai diri dalam hal perkataan dan tidak suka berdoa (tidak memiliki kekariban dengan Tuhan secara pribadi). Apabila ada pelayan Tuhan yang seperti ini, akankah ia bisa menjadi berkat bagi jemaat Tuhan? Bukankah justru akan menjadi batu sandungan dan makin melemahkan jemaat Tuhan lainnya?
Adapun kualitas hidup seorang pelayan Tuhan itu seharusnya demikian: 1. Ia haruslah orang yang terkenal baik. Artinya memiliki reputasi baik di antara jemaat dan juga lingkungan di mana ia tinggal. 2. Ia memiliki kehidupan yang bisa diteladani oleh semua orang. Menjadi teladan dalam hal apa? Nasehat Paulus, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b).
Jika kita masih hidup sebagai 'manusia lama' dan tidak bisa menghasilkan buah-buah pertobatan, sia-sialah pelayanan kita di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia!
Haleluya Puji Tuhan 🙏🏼
ReplyDelete