Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Oktober 2011 -
Baca: Markus 9:33-37
"Kata-Nya kepada mereka (para murid): 'Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.'" Markus 9:35
Ada suatu tradisi atau adat bangsa Yahudi yang dapat kita jadikan pelajaran yang baik dan berharga, di mana biasanya seorang hamba dalam keluarga harus membasuh kaki para tamu tuannya.
Membasuh kaki adalah tugas dan pekerjaan seorang hamba. Pantaskah jika tugas ini dilakukan oleh seorang raja atau tuan? Seorang raja biasanya hanya duduk di atas singgasana, memerintah rakyatnya dan dilayani para hamba. Adalah mustahil raja mau turun melakukan pekerjaan yang layak dilakukan oleh seorang hamba (budak), apalagi sampai membasuh kaki seseorang. Tetapi inilah yang dilakukan oleh Yesus, Raja di atas segala raja, Putera Tunggal Allah, yang "...telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:7). Yesus rela turun ke bumi mengambil rupa seorang hamba dengan membasuh kaki murid-muridNya. "Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-muridNya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya." (Yohanes 13:4-5). Dalam hal ini Yesus memberikan satu teladan hidup supaya setiap orang percaya memiliki kerendahan hati dan mau melayani satu sama lain. Apa yang dilakukan Yesus ini menjadi suatu peringatan bagi kita agar mau melakukan pekerjaan yang diangap paling hina oleh orang lain, tetapi di hadapan Tuhan pekerjaan itu sangat berarti. Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26b-27).
Jadi kita ini adalah hamba yang bertugas melayani, bukan dilayani. Saat ini banyak orang yang sudah dipakai Tuhan sebagai alatNya dan berhasil di dalam pelayanannya justru tidak lagi memiliki 'hati hamba', sebaliknya justru menjadi sombong dan semakin tinggi hati. Mereka lebih mempertahankan harga dirinya dan menganggap diri lebih dari orang lain. Inikah yang diajarkan Yesus? Ia mengajar kita untuk selalu ingat siapa sebenarnya diri kita di hadapanNya.
Jika sampai saat ini kita dipercaya melayani Tuhan, bahkan dengan karunia atau talenta yang luar biasa, itu semata-mata karena anugerahNya, bukan karena kuat dan gagah kita!
\(.0.)/ praise the lord
ReplyDeleteAmin Puji Tuhan 🙏🏼 terima kasih Tuhan Yesus 🙏🏼
ReplyDelete