Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2011 -
Baca: Yesaya 43:8-21
"Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara." Yesaya 43:19
Pernahkah Saudara mengalami jalan buntu dalam permasalahan? Apa yang dilakukan seseorang ketika sedang mengahdapi jalan buntu? Pada umumnya mereka menjadi putus asa dan cenderung mengandalkan kekuatan lain, baik itu kekuatan manusia atau bahkan lari kepada kuasa gelap, yang penting masalahnya segera mendapatkan jalan keluar.
Bangsa Israel juga pernah mengalami jalan buntu. Tatkala keluar dari Mesir untuk menuju tanah Perjanjian, mereka dikejar-kejar pasukan Firaun. Sementara di depan mereka terbentang Laut Teberau, dari kanan kiri mereka terhimpit gugusan gunung-gunung. Secara logika, bangsa Israel benar-benar mengalami jalan buntu. Bangsa Israel yang adalah bangsa pilihan Tuhan juga diijinkan mengalami masalah, oleh karena itu jgangan heran bila kita pun menghadapi masalah meski dalam bentuk berbeda. Namun Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk lari dari masalah itu, melainkan berani menghadapinya karena Ia menyertai kita. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Saat menghadapi jalan buntu, bangsa Israel menjadi sangat takut, sepertinya mustahil lepas dari kejaran tentara Firaun. Saat terdesak inilah mereka berseru-seru kepada Tuhan dan Ia menyelamatkan mereka dengan caraNya yang ajaib. Sungguh benar firmanNya, "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mazmur 50:15). Milikilah penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan andalkan Dia dalam segala hal. Jangan menunggu sampai kita berada dalam masalah. Yakinlah bahwa Tuhan pasti sanggup membuka jalan baru untuk setiap permasalahan yang kita alami. Reaksi pertama bangsa Israel ketika mengalami jalan buntu adalah ingin kembali ke Mesir. Mereka berpikir lebih menjadi budak di Mesir daripada harus mati sia-sia di padang gurun.
Adakalanya kita harus mengalami persoalan. Bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita, justru Dia ingin membentuk dan melatih iman kita supaya makin berakar kuat di dalamNya. "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:6). Masalah justru menjadi alat bagi Tuhan menyatakan kuasaNya atas kita.
Selalu ada jalan buat persoalan kita!
No comments:
Post a Comment