Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2010 -
Baca: Lukas 17:7-10
"Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan." Lukas 17:10b
Tidak ada ceritanya seorang hamba yang baru menyelesaikan tugas atau pekerjaannya memerintah tuannya agar ia disediakan makanan. Yang ada sebaliknya: secapai-capainya hamba bekerja, apabila si tuan memintanya untuk menyediakan makanan, hamba itu pun pergi melakukan apa yang diperintahkan tuannya itu. Bila si tuan sudah selesai makan barulah hamba itu boleh makan. Ditanyakan juga: "Adakah ia (tuan) berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?" (ayat 9). Tidak. Itu sudah menjadi tugas dan tanggung jawab seorang hamba, yaitu melakukan apa pun yang diperintahkan tuannya meski dalam keadaan lelah. Jadi, seorang hamba tidak punya hak untuk menuntut tuannya.
Dalam hal ini Tuhan Yesus sendiri telah meninggalkan teladan bagi kita, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:6-8). Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.
Seorang hamba haruslah memiliki kerendahan hati. Ada seorang perempuan dari Siro-Fenisia yang datang keapda Yesus karena anaknya dirasuk setan. Tetapi Tuhan Yesus berkata, "...tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya keapda anjing." (Markus 7:27). Meski perkataan Tuhan sangat 'pedas', perempuan itu tidak tersinggung atau sakit hati, sebab ia sadar siapa dirinya, seorang hamba yang rendah. Ia pun menjawab, "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (Markus 7:28). Maka karena ia memiliki kerendahan hati, Tuhan Yesus menunjukkan belas kasihNya dan terjadinya mujizat: anaknya dipulihkan.
Begitu pula kita sebagai hamba Tuhan, tidak ada yang patut dibanggakan. Tugas kita hanyalah melakukan apa kehendak Tuan kita yaitu Tuhan Yesus. Dalam hal ini tidak ada istilah hamba Tuhan besar atau hamba Tuhan kecl; semuanya sama, kita adalah hambaNya.
Mari lakukan dengan setia hal sekecil apa pun yang dipercayakan Tuhan kepada kita sampai Dia datang kembali.
Amin Ya Tuhan... Kami adalah hamba Mu, pimpinlah kami ya Tuhan menjadi hambaMu yang setia๐
ReplyDeleteAmin Puji Tuhan ๐
ReplyDelete