Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Oktober 2010 -
Baca: 1 Samuel 17:40-58
"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu." 1 Samuel 17:45
Di era serbamodern ini tidak mudah orang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Kebanyakan orang cenderung bersandar pada kekuatan, kemampuan, kesuksesan atau perkara-perkara yang dimilikinya. Contoh: mengandalkan keahlian dan ijazah bagi mereka yang ingin sukses dalam karir atau pekerjaan sudah menjadi 'harga mati', tak bisa ditawar lagi. Bagi para pebisnis, yang menjadi tumpuan harapannya adalah besar/kecilnya modal yang ia miliki sehingga Tuhan atau perkara rohani tidak lagi masuk prioritas dalam hidupnya. Bukankah demikian?
Namun, orang yang bersandar pada Tuhan melakukan segala sesuatu dengan nama Tuhan yaitu Tuhan Yesus Kristus, karena nama itu mempunyai kekuatan dan kuasa yang tak terbatas. Hal ini tertulis dalam Alkitab: "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Jika kita menyerukan nama Tuhan Yesus, kita sedang menyerukan nama Allah yang Perkasa.
Dengan kekuatan dan selengkap senjata perangnya Goliat merasa yakin bahwa ia akan dengan mudah membunuh Daud. Secara teori dan logika manusia Goliat pasti akan menang. Perhatikan apa yang dilakukan Daud: "...aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu." (1 Samuel 17:45). Nama Tuhan itulah yang membawa keselamatan dan kemenangan sehingga Goliat pun mati terbunuh. Daud tahu bahwa nama Tuhanlah yang membawa kemenangan. Oleh karenanya di tetap merendah ketika Saul menanyakan soal dirinya, " 'Anak siapakah engkau, ya orang muda?' Jawab Daud: 'Anak hamba tuanku, Isai, orang Betlehem itu.' " (1 Samuel 17:58). Daud tetap mengakui bahwa ia adalah anak hamba Saul. Jadi, jangan sekali-kali bersandar pada keberadaan kita. Dalam segala perkara cukuplah kita membawa nama Tuhan Yesus, di mana pun berada.
Mari berkata, "Ya, Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan." (2 Samuel 22:2-3)
Haleluya ๐ Puji Tuhan ๐
ReplyDeleteNama Tuhan heran dan diatas segala-galanya๐