Monday, September 14, 2020

BELAJAR DARI SIFAT BURUNG MERPATI (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 September 2020

Baca:  Matius 10:16:33

"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati."  Matius 10:16

Hari-hari yang kita jalani di dunia ini semakin hari semakin berat karena tantangan yang kita hadapi juga semakin besar, gejolak di segala bidang kehidupan dan kejahatan manusia juga semakin memuncak.  Orang tak lagi punya kepedulian terhadap sesamanya karena kasih sudah menjadi dingin;  orang mudah sekali tersulut emosi, suka memberontak dan tak lagi mengindahkan hukum atau aturan.  Dunia ini sudah seperti hutan rimba, siapa yang kuat dialah yang menang.  Dunia dipenuhi dengan serigala-serigala yang siap menerkam, tapi Tuhan justru mengutus kita untuk berlaku seperti domba di tengah serigala.  Karena itu kita harus memiliki kewaspadaan yang tinggi karena serigala selalu mencari mangsa.  Biarlah kita menjadi cerdik seperti ular, tetapi tetap tulus seperti merpati.

     Mengapa kita harus tulus seperti merpati?  Merpati adalah salah satu lambang dari Roh Kudus.  Ketika Tuhan Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan Alkitab menyatakan,  "...pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: 'Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.'"  (Matius 3:16-17).  Selain itu merpati juga sering dipakai sebagai simbol kesetiaan!  Mengapa?  Karena merpati dikenal sebagai burung yang sangat setia terhadap pasangannya, di mana biasanya merpati hanya memiliki satu kekasih atau pasangan untuk seumur hidupnya.

     Tuhan sedang mencari orang-orang yang setia meski tak mudah menemukan orang yang setia!  Pemazmur mengeluhkan hal ini,  "...telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia."  (Mazmur 12:2).  Kesetiaan adalah karakter yang Tuhan cari dalam diri orang percaya:  "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?"  (Amsal 20:6), sebab  "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;"  (Amsal 19:22).  Apakah karakter setia itu ada pada kita?  "Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."  (Wahyu 17:14b).

Sunday, September 13, 2020

PERINTAH TUHAN SERING TIDAK MASUK AKAL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 September 2020

Baca:  Lukas 17:11-19

"'Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.' Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir."  Lukas 17:14

Hidup dalam ketaatan itu sulit sekali dilakukan, tapi hidup dalam ketidaktaatan adalah hal yang paling mudah.  Ketika mendapatkan perintah dari Tuhan untuk melakukan sesuatu kita sering menimbang-nimbang dan berpikir ulang 1000X untuk menaatinya, terlebih-lebih bila perintah Tuhan itu sepertinya tidak masuk akal, tidak realistis.

     Janda Sarfat yang hanya punya sedikit minyak dan tepung justru diperintahkan untuk menjamu nabi Tuhan  (Elia)  terlebih dahulu, padahal untuk dimakan sendiri saja tidaklah cukup  (1 Raja-Raja 17:12-13);  melalui Elisa Tuhan memerintahkan Naaman untuk mandi tujuh kali di sungai Yordan yang airnya keruh, padahal menurut Naaman ada sungai-sungai lain yang airnya lebih layak,  "Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel?"  (2 Raja-Raja 5:12).  Ketika mereka taat melakukan perintah Tuhan yang sepertinya tak masuk akal, hal itu justru menjadi kunci untuk mengalami berkat dan mujizat Tuhan.  Dalam perjalanan menuju ke Yerusalem Tuhan Yesus melewati kota Samaria dan datanglah 10 orang kusta menemui Dia.  Pada zaman itu orang yang sakit kusta mendapatkan perlakuan tidak baik dari masyarakat:  dikucilkan dan diasingkan.  Karena itu mereka hanya bisa berteriak dari kejauhan meminta belas kasihan Tuhan,  "...Guru, kasihanilah kami!"  (Lukas 17:13).  Tanpa penumpangan tangan Tuhan langsung memerintahkan mereka untuk pergi dan memperlihatkan diri kepada imam-imam  (ayat nas).  Perintah Tuhan ini sepertinya tidak masuk akal, sebab bertemu dengan orang biasa saja mereka sulit, apalagi menemui para imam yang dipandang sebagai  'orang suci'.  Ini sepertinya tindakan konyol!

     Namun ketika mereka melakukan apa yang Tuhan perintahkan, pergi menemui para imam, di tengah perjalanan mereka sudah sembuh.  Ketika kita mau taat dan berpegang teguh pada firman Tuhan, sekalipun secara manusia kelihatan mustahil, kita akan melihat dan mengalami perkara-perkara yang besar dan dahsyat.  Kuncinya hanya satu, yaitu mau taat atau tidak!  Tak perlu ragu untuk melakukan apa yang Tuhan perintahkan, karena Tuhan tidak pernah salah dalam memberikan perintah.

Tuhan mengerjakan mujizat-Nya bagi orang-orang yang mau taat perintah-Nya!