Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2020
Baca: Ibrani 5:11-14
"Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil." Ibrani 5:13
Tidak lama lagi Kristus akan datang kembali ke dunia untuk yang kedua kalinya. Pada kedatangan-Nya yang pertama Kristus datang sebagai bayi yang lahir melalui perawan Maria di Betlehem di tanah Yudea, tapi pada kedatangan-Nya yang kedua kelak Kristus akan datang sebagai pengantin laki-laki yang siap menjemput mempelai wanita-Nya. 'Mempelai wanita' ini berbicara gereja Tuhan (umat Tuhan) yang dewasa rohaninya, bukan orang Kristen yang rohaninya masih kanak-kanak.
Siapkah kita menyambut kedatangan Sang Mempelai laki-laki? Mumpung masih ada waktu dan kesempatan, marilah kita pergunakan semaksimal mungkin untuk mengejar perkenanan Tuhan. Kalau tidak, kita akan menjadi orang-orang Kristen yang tertinggal, sebab Kristus menghendaki anak-anak-Nya terus bertumbuh hingga mencapai kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak (Efesus 4:23-24a). Kerohanian yang tidak bertumbuh, atau tetap saja menjadi kanak-kanak, disebut pula kerdil rohani. Di dalam Perjanjian Lama dinyatakan bahwa kerdil adalah salah satu jenis cacat rohani (Imamat 21:18-20). Kekerdilan rohani sangat menghambat kemajuan pekerjaan Tuhan.
Banyak orang Kristen, yang sekalipun sudah mengikut Tuhan selama bertahu-tahun, tetap saja 'kerdil' rohani, tak pernah bertumbuh sebagaimana yang Tuhan harapkan, sekalipun "...ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok...dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." (Ibrani 5:12). Tanda nyata orang yang kerdil rohani (kanak-kanak rohani) misalkan: gampang sekali tersinggung, marah, bersungut-sungut, mengeluh, tidak mudah menerima nasihat atau teguran, selalu membenarkan diri sendiri, susah untuk taat. Untuk bisa menjadi mempelai Kristus orang percaya harus bisa "...meninggalkan sifat kanak-kanak itu." (1 Korintus 13:11).
"Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena
hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap
sedia." Wahyu 19:7
Saturday, February 15, 2020
Friday, February 14, 2020
TEMBOK JANGAN SAMPAI RUNTUH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2020
Baca: Nehemia 1:1-11
"Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." Nehemia 1:3b
Pada zaman dahulu setiap negara atau kota memiliki tembok luar yang kokoh untuk melindungi rakyatnya dan membentengi dari musuh, sehingga rakyat menjadi aman dan terlindungi dari bahaya. Adalah sangat berbahaya apabila tembok itu sudah runtuh, apalagi pintu-pintu gerbangnya sudah terbakar, karena cepat atau lambat musuh akan dengan mudah menyerang.
Tembok menggambarkan kehidupan kita: "Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku." (Yesaya 49:16). Saat tembok itu berdiri dengan kokoh keadaan kita aman, tenang dan damai, namun ketika tembok itu runtuh, musuh akan dengan mudah menyerang, hidup menjadi berantakan dan hancur. Waktu itu Nehemia menjabat sebagai juruminum kaisar Persia, suatu kedudukan yang sangat terhormat. Begitu mendengar kabar tentang tembok Yerusalem mengalami keruntuhan dan menyisakan puing-puing, hatinya terasa tersayat. Di tengah kehancuran, penting sekali kita belajar dari Nehemia yang tetap menjaga sikap hatinya: 1. Berdoa dan berpuasa. "Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa..." (Nehemia 1:4). Ketika sedang tertimpa masalah seringkali kita menjauh dari Tuhan, dimana seharusnya kita semakin mendekat kepada Tuhan dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Nehemia memohon pengampunan atas dosa-dosa bangsanya, "Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu." (Nehemia 1:7).
2. Tetap melakukan tugasnya. Meski pertolongan Tuhan belum datang, Nehemia tetap mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik; "...menjadi tugasku untuk menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan menyampaikannya kepada raja." (Nehemia 2:1). Walau didera banyak masalah, jangan pernah tidak setia kepada Tuhan, tetap kerjakan apa yang menjadi bagian kita.
Di tengah pergumulan hidup yang berat, tetaplah tekun dan setia, pertolongan Tuhan pasti akan dinyatakan tepat pada waktu-Nya.
Baca: Nehemia 1:1-11
"Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." Nehemia 1:3b
Pada zaman dahulu setiap negara atau kota memiliki tembok luar yang kokoh untuk melindungi rakyatnya dan membentengi dari musuh, sehingga rakyat menjadi aman dan terlindungi dari bahaya. Adalah sangat berbahaya apabila tembok itu sudah runtuh, apalagi pintu-pintu gerbangnya sudah terbakar, karena cepat atau lambat musuh akan dengan mudah menyerang.
Tembok menggambarkan kehidupan kita: "Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku." (Yesaya 49:16). Saat tembok itu berdiri dengan kokoh keadaan kita aman, tenang dan damai, namun ketika tembok itu runtuh, musuh akan dengan mudah menyerang, hidup menjadi berantakan dan hancur. Waktu itu Nehemia menjabat sebagai juruminum kaisar Persia, suatu kedudukan yang sangat terhormat. Begitu mendengar kabar tentang tembok Yerusalem mengalami keruntuhan dan menyisakan puing-puing, hatinya terasa tersayat. Di tengah kehancuran, penting sekali kita belajar dari Nehemia yang tetap menjaga sikap hatinya: 1. Berdoa dan berpuasa. "Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa..." (Nehemia 1:4). Ketika sedang tertimpa masalah seringkali kita menjauh dari Tuhan, dimana seharusnya kita semakin mendekat kepada Tuhan dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Nehemia memohon pengampunan atas dosa-dosa bangsanya, "Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu." (Nehemia 1:7).
2. Tetap melakukan tugasnya. Meski pertolongan Tuhan belum datang, Nehemia tetap mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik; "...menjadi tugasku untuk menyediakan anggur, aku mengangkat anggur dan menyampaikannya kepada raja." (Nehemia 2:1). Walau didera banyak masalah, jangan pernah tidak setia kepada Tuhan, tetap kerjakan apa yang menjadi bagian kita.
Di tengah pergumulan hidup yang berat, tetaplah tekun dan setia, pertolongan Tuhan pasti akan dinyatakan tepat pada waktu-Nya.
Subscribe to:
Posts (Atom)