Wednesday, August 21, 2019

AKIBAT MEREMEHKAN TANGGUNGJAWAB

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2019

Baca:  1 Samuel 2:27-36

"Dan Aku akan mengangkat bagi-Ku seorang imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku, dan Aku akan membangunkan baginya keturunan yang teguh setia, sehingga ia selalu hidup di hadapan orang yang Kuurapi."  1 Samuel 2:35

Di zaman Perjanjian Lama seorang imam memiliki tanggung jawab dan tugas yang besar dan mulia, yaitu melayani dan mewakili umat di hadapan Tuhan.  Adapun tugas seorang imam:  mempersembahkan korban di atas mezbah, membakar ukupan, berdoa syafaat kepada Tuhan bagi umat yang diwakilinya.  Oleh karena itu seorang imam tidak boleh main-main dengan hidupnya, ia haruslah orang yang memiliki kehidupan yang benar di hadapan Tuhan dan memberi teladan yang baik bagi umat yang dilayani.

     Saat menjabat sebagai imam, imam Eli justru tidak menunjukkan teladan hidup yang baik.  Ia melakukan perbuatan yang tidak benar di hadapan Tuhan.  Itu artinya imam Eli memandang remeh tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepadanya.  Tuhan menegur imam Eli dengan sangat keras!  "Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?" (1 Samuel 2:29).  Bahkan imam Eli juga membiarkan anak-anaknya berlaku dursila,  "Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN."  (1 Samuel 2:17).  Tuhan menilai bahwa imam Eli telah gagal dalam mengemban tugas sebagai seorang imam.  Akhirnya Tuhan mendatangkan hukuman atas keluarga imam Eli ini:  garis keturunannya langsung terputus, karena kedua anaknya  (Hofni dan Pinehas)  mati, dan jabatannya sebagai imam pun dicopot.

     Selanjutnya Tuhan telah menyiapkan dan memilih orang yang dipandangnya layak untuk dipercaya memegang jabatan imam, menggantikan imam Eli, yaitu Samuel.  Jika saat ini Tuhan mempercayakan kita sebuah tanggung jawab pelayanan, lakukan itu dengan hati yang takut akan Tuhan.  Jangan pernah main-main dengan pelayanan Saudara!  Kegagalan keluarga imam Eli ini menjadi pelajaran berharga bagi kita.

Hidup benar adalah syarat mutlak bagi orang-orang yang melayani Tuhan!

Tuesday, August 20, 2019

MENGALAHKAN KEINGINAN DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2019

Baca:  1 Yohanes 2:7-17

"Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."  1 Yohanes 2:16

Hidup Kristen adalah hidup yang tidak mudah, sebab hidup Kristen adalah sebuah peperangan rohani.  Berperang melawan siapa?  Berperang melawan musuh yaitu Iblis, yang adalah musuh utama,  "...perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:12).  Peperangan selanjutnya adalah peperangan melawan cara hidup duniawi.  Alkitab menyatakan bahwa persahabatan dengan dunia ini menjadikan kita ini musuh Tuhan  (Yakobus 4:4).  Karena itu orang percaya harus punya ketegasan untuk meninggalkan segala hal yang bersifat duniawi agar kita layak dan berkenan kepada Tuhan.

     Dunia dengan segala keinginan dan kenikmatannya seringkali dimanfaatkan Iblis untuk mempengaruhi, melemahkan, dan menghancurkan kehidupan manusia.  Ada tiga keinginan yang ada di dalam dunia ini:  1.  Keinginan daging.  Rasul Paulus menegaskan bahwa keinginan daging itu berlawanan dengan keinginan Roh  (Galatia 5:17);  keinginan daging adalah maut  (Roma 8:7).  Mereka yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada Tuhan  (Roma 8:8).  Kedagingan adalah titik yang paling lemah yang dimiliki oleh manusia:  "...roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  2.  Keinginan mata.  Mata manusia selalu merasa tidak puas untuk melihat sesuatu  (Pengkhotbah 1:8).  Karena mata melihat, timbullah keinginan untuk melakukan.  "Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu."  (Matius 6:22-23).  Mata adalah medan peperangan yang paling berbahaya.

     3.  Keangkuhan hidup.  Ini berkaitan dengan ego manusia yang cenderung mementingkan diri sendiri, ingin dipuji, ingin dihormati, dihargai dan ingin dilayani.  Ego inilah yang seringkali menjatuhkan manusia ke dalam dosa kesombongan.  Berhati-hatilah!  Sebab dosa kesombongan adalah dosa yang sangat besar di mata Tuhan.

Orang percaya harus benar-benar  'mati'  dari segala keinginan dunia!