Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2018
Baca: Roma 8:31-39
"Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" Roma 8:31
Salah satu hal yang membanggakan dalam diri kita sebagai orang percaya adalah kita punya Tuhan yang tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita sendirian (Ibrani 13:5), Dia Imanuel, Tuhan beserta kita. Jika Tuhan ada di pihak kita, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13).
Di depan kita tantangan semakin hari semakin berat, begitu pula dengan arus kehidupan duniawi yang begitu deras. Jika kita tidak melekat kepada Tuhan dan berakar kuat di dalam Dia kita akan terseret dan tenggelam di dalamnya. Belum lagi lawan kita yaitu Iblis, "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Ingat! Iblis selalu mencari celah dan waktu yang tepat untuk menghancurkan kehidupan manusia, dan waktu yang tepat itu adalah ketika kita sedang lengah dan tak berjaga-jaga. karena itu Tuhan menasihati, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Kita tak perlu takut dan gentar menghadapi serangan Iblis, "...sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4). Jika Tuhan ada di pihak orang percaya Iblis tidak akan punya kuasa lagi atas hidup kita, sebab Tuhan telah memberi kita otoritas untuk mengusirnya. "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk
menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh,
sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19).
Tak perlu kuatir dan cemas menghadapi dunia yang penuh goncangan ini, sebab kita menerima kerajaan yang tak tergoncangkan (Ibrani 12:28). Sekalipun badai hidup menerpa, percayalah bahwa Tuhan yang ada di pihak kita adalah Tuhan yang sanggup meneduhkan badai. "dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang." (Mazmur 107:29), dan "Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu." (Mazmur 91:7).
Tiada perkara yang mustahil dalam hidup ini jika Tuhan ada di pihak kita!
Wednesday, June 20, 2018
Tuesday, June 19, 2018
RATAPAN YANG MENDATANGKAN KEBAIKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2018
Baca: Yesaya 15:1-9
"Puteri Dibon naik ke bukit-bukit pengorbanan untuk menangis; Moab meratap karena Nebo dan karena Medeba. Di situ semua orang menggundul kepalanya dan memotong janggutnya sebagai tanda berkabung." Yesaya 15:2
Kapan biasanya kita mendengar orang meratap dan berkabung? Ketika kita menghadiri sebuah acara pemakaman, atau ketika kita ditinggalkan oleh orang yang terkasih untuk selama-lamanya (meninggal). Tetapi Alkitab menyatakan, "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya." (Pengkhotbah 7:2). Dalam hidup ini "ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;" (Pengkhotbah 3:4). Saat kita sedang berada di rumah duka dalam keadaan meratap dan berkabung saat itulah kita menyadari betapa fananya kehidupan manusia di dunia ini; dan kita pun diingatkan untuk lebih memperhatikan hidup, tidak lagi sembrono dan menghargai betapa pentingnya waktu dan kesempatan.
Dalam pembacaan firman Tuhan dinyatakan bahwa ratapan dan perkabungan harus dialami oleh orang-orang di Moab. Tuhan menjatuhkan hukuman dan malapetka atas mereka oleh karena mereka memberontak kepada Tuhan dan melakukan banyak kejahatan. Kita tahu bahwa orang-orang Moab adalah keturunan Lot dari hasil inses (persetubuhan sedarah) dengan anak kandungnya. Setelah Lot dan kedua putrinya diselamatkan Tuhan keluar dari kota Sodom yang di bumihanguskan oleh murka Tuhan, pergilah Lot dan Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anak perempuannya dalam suatu gua di pegunungan dan terjadilah hubungan terlarang ini. Hukuman ini adalah sebagai bentuk teguran dan peringatan dari Tuhan, juga sebagai penegasan bahwa hanya Tuhanlah yang patut diagungkan dan disembah, bukan dewa-dewa atau berhala.
Bersyukurlah jika Tuhan menegur keras kita dengan masalah atau situasi-situasi sulit yang membuat kita harus meratap dan berduka, itu pertanda bahwa Tuhan peduli dan sangat mengasihi kita. Ini adalah cara Tuhan untuk menarik kita mendekat kepada-Nya; dan ketika kita mau bertobat segala yang baik pasti Tuhan sediakan.
"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." Ayub 5:17
Baca: Yesaya 15:1-9
"Puteri Dibon naik ke bukit-bukit pengorbanan untuk menangis; Moab meratap karena Nebo dan karena Medeba. Di situ semua orang menggundul kepalanya dan memotong janggutnya sebagai tanda berkabung." Yesaya 15:2
Kapan biasanya kita mendengar orang meratap dan berkabung? Ketika kita menghadiri sebuah acara pemakaman, atau ketika kita ditinggalkan oleh orang yang terkasih untuk selama-lamanya (meninggal). Tetapi Alkitab menyatakan, "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya." (Pengkhotbah 7:2). Dalam hidup ini "ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;" (Pengkhotbah 3:4). Saat kita sedang berada di rumah duka dalam keadaan meratap dan berkabung saat itulah kita menyadari betapa fananya kehidupan manusia di dunia ini; dan kita pun diingatkan untuk lebih memperhatikan hidup, tidak lagi sembrono dan menghargai betapa pentingnya waktu dan kesempatan.
Dalam pembacaan firman Tuhan dinyatakan bahwa ratapan dan perkabungan harus dialami oleh orang-orang di Moab. Tuhan menjatuhkan hukuman dan malapetka atas mereka oleh karena mereka memberontak kepada Tuhan dan melakukan banyak kejahatan. Kita tahu bahwa orang-orang Moab adalah keturunan Lot dari hasil inses (persetubuhan sedarah) dengan anak kandungnya. Setelah Lot dan kedua putrinya diselamatkan Tuhan keluar dari kota Sodom yang di bumihanguskan oleh murka Tuhan, pergilah Lot dan Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anak perempuannya dalam suatu gua di pegunungan dan terjadilah hubungan terlarang ini. Hukuman ini adalah sebagai bentuk teguran dan peringatan dari Tuhan, juga sebagai penegasan bahwa hanya Tuhanlah yang patut diagungkan dan disembah, bukan dewa-dewa atau berhala.
Bersyukurlah jika Tuhan menegur keras kita dengan masalah atau situasi-situasi sulit yang membuat kita harus meratap dan berduka, itu pertanda bahwa Tuhan peduli dan sangat mengasihi kita. Ini adalah cara Tuhan untuk menarik kita mendekat kepada-Nya; dan ketika kita mau bertobat segala yang baik pasti Tuhan sediakan.
"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." Ayub 5:17
Subscribe to:
Posts (Atom)