Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2016
Baca: Yohanes 3:14-21
"Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." Yohanes 3:17
Keselamatan merupakan tema utama dari Alkitab Perjanjian Lama maupun Baru. Pusat keselamatan adalah Yesus Kristus. Ada dua aspek mendasar dari keselamatan: a. Segenap karya Allah dalam membawa manusia keluar dari hukuman menuju pembenaran, dari kematian kekal kepada kehidupan kekal, dari seteru Allah menjadi sekutu Allah. b. Keselamatan mencakup segala anugerah yang ada dalam Yesus Kristus, pada kehidupan kini maupun kehidupan yang akan datang.
Keselamatan adalah prakarsa Allah atau inisiatif dari Allah sendiri, sebab manusia berdosa tidak akan pernah dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari belenggu dosa. Terbelenggu dosa mengakibatkan manusia memiliki kecenderungan melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Seperti anak panah yang meleset dari sasaran, itulah arti kata dosa. Dosa mengakibatkan manusia mengalami kehancuran dan kehilangan kemuliaan Allah. Dosa inilah yang memengaruhi hubungan manusia dengan Allah. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala
kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu,
sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Namun apa yang menyebabkan manusia menjadi istimewa di mata Allah sehingga Ia berinisiatif menyelamatkannya? Alasan utama adalah kasih. Kasih dan keadilan Allah selalu berjalan beriringan tanpa saling berbenturan. Secara adil, Allah akan menghukum semua orang yang berbuat dosa, "Sebab upah dosa ialah maut;" (Roma 6:23). Dalam keberadaan manusia yang terbelenggu dosa mustahil manusia dapat memperoleh keselamatan kekal dengan upaya atau usaha sendiri. Hal itulah yang mendorong Allah melakukan tindakan kasih karena Ia tidak ingin manusia yang dikasihi-Nya terbelenggu dalam dosa dan mengalami kebinasaan kekal.
Allah membuktikan kasih-Nya kepada manusia, Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, datang ke dunia menebus dosa manusia (baca Yohanes 3:16).
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." Roma 5:8
Thursday, August 4, 2016
Wednesday, August 3, 2016
ORANG FARISI DAN PEMUNGUT CUKAI (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2016
Baca: Lukas 18:9-14
"Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Lukas 18:14b
Sekalipun orang Farisi secara kasat mata tampak taat melakukan hukum Tuhan, sesungguhnya mereka hidup dalam kepura-puraan dan kemunafikan; ibadah dan pelayanan yang dilakukan semata-mata hanya untuk mencari popularitas dan pujian manusia. Karena itu Tuhan Yesus mengecam mereka dengan keras! "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (Matius 23:3). Banyak orang Kristen membanggakan diri tentang ibadah dan pelayanan yang dilakukan, lalu menganggap rendah orang lain. Bukankah hal ini mengindikasikan bahwa kita sombong? Seharusnya ketaatan dan kesetiaan kita dalam ibadah dan pelayanan menjadikan kita lebih rendah hati. "Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10).
Pemungut cukai adalah tukang pajak, bertugas menagih pajak dari rakyat untuk pemerintah Romawi, dikenal sebagai tukang peras dan suka menyelewengkan keuangan, yang di kalangan masyarakat Yahudi disamakan dengan orang najis dan pendosa. Menurut mata manusia mereka adalah orang yang tidak layak di hadapan Tuhan, karena itu ia "...berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit," (Lukas 18:13).
Apakah yang menyebabkan pemungut cukai ini pulang dengan mendapatkan pembenaran dari Tuhan? Tuhan membenci perbuatan dosa, tetapi Ia mengasihi orang berdosa, terlebih-lebih mereka yang mau bertobat dan meninggalkan dosa-dosanya. Pemungut cukai ini datang merendahkan diri di hadapan Tuhan karena sadar ia pendosa. Sambil mengakui dosanya ia memukul-mukul dirinya tanda penyesalan yang dalam. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Sikap mau merendahkan diri dan bertobat dengan sungguh-sungguh inilah yang menyebabkan Tuhan membenarkan pemungut cukai ini.
Baca: Lukas 18:9-14
"Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Lukas 18:14b
Sekalipun orang Farisi secara kasat mata tampak taat melakukan hukum Tuhan, sesungguhnya mereka hidup dalam kepura-puraan dan kemunafikan; ibadah dan pelayanan yang dilakukan semata-mata hanya untuk mencari popularitas dan pujian manusia. Karena itu Tuhan Yesus mengecam mereka dengan keras! "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (Matius 23:3). Banyak orang Kristen membanggakan diri tentang ibadah dan pelayanan yang dilakukan, lalu menganggap rendah orang lain. Bukankah hal ini mengindikasikan bahwa kita sombong? Seharusnya ketaatan dan kesetiaan kita dalam ibadah dan pelayanan menjadikan kita lebih rendah hati. "Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Lukas 17:10).
Pemungut cukai adalah tukang pajak, bertugas menagih pajak dari rakyat untuk pemerintah Romawi, dikenal sebagai tukang peras dan suka menyelewengkan keuangan, yang di kalangan masyarakat Yahudi disamakan dengan orang najis dan pendosa. Menurut mata manusia mereka adalah orang yang tidak layak di hadapan Tuhan, karena itu ia "...berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit," (Lukas 18:13).
Apakah yang menyebabkan pemungut cukai ini pulang dengan mendapatkan pembenaran dari Tuhan? Tuhan membenci perbuatan dosa, tetapi Ia mengasihi orang berdosa, terlebih-lebih mereka yang mau bertobat dan meninggalkan dosa-dosanya. Pemungut cukai ini datang merendahkan diri di hadapan Tuhan karena sadar ia pendosa. Sambil mengakui dosanya ia memukul-mukul dirinya tanda penyesalan yang dalam. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Sikap mau merendahkan diri dan bertobat dengan sungguh-sungguh inilah yang menyebabkan Tuhan membenarkan pemungut cukai ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)