Saturday, August 1, 2015

ALKITAB: Sabda Allah Sendiri

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2015

Baca:  2 Petrus 1:16-21

"Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi."  2 Petrus 1:19a

Rasul Paulus mengatakan,  "...Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,...yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman,"  (Roma 1:16-17).

     Injil atau Alkitab adalah firman Allah, diwahyukan oleh Allah sendiri.  Kata Alkitab dalam bahasa Inggris disebut Bible, berasal dari bahasa Yunani biblia atau biblosDiwahyukan dalam bahasa Yunaninya TheopneustosTheo berarti Allah, sedangkan pneo berarti bernafas.  Artinya Allah sendiri yang memberi nafas pada setiap tulisan.  Hal ini menunjukkan bahwa Alkitab bukanlah karangan yang berasal dari kepandaian manusia atau kehendak manusia, tetapi merupakan tulisan yang diilhamkan oleh Allah sendiri:  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah..."  (2 Timotius 3:16),  "...yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus."  (2 Timotius 3:15).  Karena merupakan ilham dari Allah maka dasar firman-Nya adalah kebenaran.  "Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya."  (Mazmur 119:160), sehingga semua tulisan dan kesaksian yang tertulis di dalamnya memiliki otoritas dan kuasa.  Nah, supaya kita mengerti kebenaran dan hidup di dalam kebenaran maka kita harus memiliki rasa lapar dan haus akan kebenaran itu.

     Tuhan Yesus berkata,  "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan."  (Matius 5:6).  Daud adalah contoh orang yang punya rasa lapar dan haus akan firman Allah.  Dalam mazmurnya Daud mengungkapkan kerinduannya yang mendalam,  "...Taurat-Mu adalah kegemaranku. Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Itulah sebabnya aku mencintai perintah-perintah-Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada emas tua."  (Mazmur 119:77, 97, 127).  Rasa haus dan lapar akan kebenaran inilah yang akan menuntun kita kepada keselamatan dan memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan.

Karena Alkitab adalah firman Allah sendiri, maka perlakuan kita terhadap Alkitab merupakan sikap kita yang paling nyata terhadap pribadi Allah!

Friday, July 31, 2015

JANGAN SAMPAI SALAH JALAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2015

Baca:  Amsal 3:1-7

"Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu."  Amsal 3:6

Ketika berpergian ke suatu tempat, yang pertama-tama kita perhatikan adalah jalan atau arah ke mana kaki kita harus melangkah.  Tanpa adanya jalan, kita tidak akan pernah bisa mencapai tempat yang hendak kita tuju tersebut.  Kalau salah atau keliru akan berakibat sangat fatal:  jangankan mengantarkan kita kepada tujuan, sebaliknya kita malah akan tersesat.  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).  Jadi untuk mencapai suatu tujuan kita memerlukan jalan yang benar, selain itu kita juga membutuhkan panduan atau arahan agar kita tidak salah langkah.

     Adapun jalan kehidupan yang benar itu adalah Tuhan Yesus,  "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."  (Yohanes 14:6).  Langkah utama yang harus kita lakukan adalah percaya kepada Tuhan dan mempercayakan hidup ini kepada-Nya.  "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri."  (Amsal 3:5), karena apa yang kita percayai akan menentukan bagaimana seluruh hidup kita.  Banyak orang lebih percaya dan mempercayakan hidupnya kepada kekayaan dan cenderung mengandalkan kekuatannya sendiri.  Mereka berpikir bahwa kekayaan adalah segala-galanya dalam hidup ini.  Ada tertulis,  "Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda."  (Amsal 11:28).  Kekayaan bisa lenyap dalam sekejap,  "...karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali."  (Amsal 23:5).  Siapakah kita ini?  Manusia itu  "...tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22).  Tetapi bila kita percaya kepada Tuhan Yesus, keberadaan kita akan seperti batu karang yang tidak mudah digoyahkan oleh gelombang dan badai kehidupan.

     Mempercayakan hidup kepada Tuhan berarti tunduk sepenuhnya kepada kehendak Tuhan.  Ini berbicara tentang ketaatan!  "...takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;"  (ayat 7).  Percayalah bahwa apa pun yang Tuhan rancang bagi kita adalah untuk kebaikan kita dan pasti baik adanya.

"Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu;"  Mazmur 86:11