Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2015
Baca: Mazmur 147:1-20
"Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;" Mazmur 147:3
Di hari terakhir bulan Juni ini, bagaimana suasana hati Saudara? Apakah hati kita secerah mentari yang selalu setia menyapa kita di kala pagi? Ataukah hati kita seperti awan gelap yang dihiasi oleh petir yang siap menyambar oleh karena terluka? Tak bisa dipungkiri, hampir semua orang pernah mengalami apa yang dinamakan luka hati, dan banyak faktor yang menjadi penyebabnya: disakiti, dikhianati, digosipkan, difitnah atau diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain. Apabila luka hati tersebut tidak secara cepat diatasi akan menimbulkan masalah yang lebih serius dalam diri orang bersangkutan: dendam, kepahitan, frustasi, mengasihani diri sendiri secara berlebihan, dan akhirnya citra diri pun rusak karena menganggap diri tak berharga.
Luka hati adalah suatu keadaan dalam batin seseorang yang menimbulkan perasaan marah, benci, kecewa dan pahit yang begitu mendalam sebagai akibat dari penolakan atau perlakuan semena-mena dari orang lain. Namun pada dasarnya luka hati ini diperparah bukan karena perbuatan orang lain yang menyakiti, tetapi justru pada respons kita atau sikap hati kita terhadap perbuatan orang tersebut. Yusuf, salah satu tokoh dalam Perjanjian Lama (baca Kejadian 37, 39, 40), adalah orang yang sesunggunnya punya alasan kuat untuk terluka hati karena peristiwa-peristiwa pahit yang dialaminya: dibenci, dimusuhi, diperlakukan tidak adil oleh saudara-saudaranya sendiri, dibuang ke dalam sumur, dijual sebagai budak, difitnah oleh isteri Potifar, dan dilupakan begitu saja oleh juru minum raja yang telah ditolongnya. Meski demikian, Yusuf tidak membiarkan dirinya larut dalam kekecewaan, pemberontakan, keputusasaan, pahit hati, benci atau pun dendam. Ini terjadi karena Yusuf memilih untuk merespons secara positif masalah yang menimpanya dan menyerahkan semua pergumulannya itu kepada Tuhan.
Saudara sedang terluka? Segeralah datang kepada Tuhan dan akuilah dengan jujur di hadapan Tuhan. Hanya dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat dilepaskan dan dibebaskan dari luka hati karena Dia adalah sumber damai sejahtera kita.
Jika tahu bahwa luka hati tidak medatangkan kebaikan, mengapa harus dipelihara? Kita akan rugi sendiri.
Tuesday, June 30, 2015
Monday, June 29, 2015
JANDA MISKIN: Memberi Yang Terbaik
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juni 2015
Baca: Markus 12:41-44
"Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." Markus 12:44
Ketika melihat seorang janda miskin memasukkan persembahan di kantong kolekte, mungkin ada orang yang berkata dalam hati, "Ah... persembahannya paling tak lebih dari seribu perak. Tidak ada artinya sama sekali!" Tak jarang orang akan mencibir, menyepelekan dan menganggap bahwa persembahan janda miskin itu tidak ada artinya sama sekali jika dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk operasional gereja. Berbeda jika orang kaya dengan penampilan yang perlente memasukkan persembahannya di kantong kolekte yang sama pasti kita akan bergumam dalam hati, "Wow... persembahannya pasti ratusan ribu, bahkan mungkin jutaaan rupiah!"... dan kita pun berpikiran bahwa persembahan orang kaya itulah yang pasti berkenan dan menyenangkan hati Tuhan. Penilaian itu lumrah jika kita menilainya dengan ukuran logika manusia!
Alkitab menyatakan bahwa janda miskin itu memasukkan dua peser ke dalam peti persembahan. Peser adalah mata uang tembaga Yahudi yang paling kecil, sama dengan setengah duit. Ditinjau dari sisi nilai uang, persembahan janda miskin tersebut memang sangat kecil, namun jika ditinjau dari sisi kemampuan, pemberian janda miskin itu sangat besar sekali, karena "...janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (ayat nas).
Melalui kisah ini Tuhan hendak menekankan bahwa selain melihat sikap hati atau motivasi seseorang dalam memberi persembahan, Ia juga mengingatkan agar dalam hal memberi persembahan kepada Tuhan hendaknya kita memberi yang terbaik dari yang kita miliki, bukan asal-asalan atau sisa-sisa harta kita. Janda miskin itu memberi dari seluruh nafkahnya, semua yang ia miliki dipersembahkan kepada Tuhan. Inilah yang disebut dengan korban! Sementara orang kaya itu memberi dari kelebihannya, bisa saja itu merupakan sisa-sisa kekayaannya yang berlimpah-limpah dan hal itu tidak membutuhkan pengorbanan apa puun. Apa yang diperbuat oleh janda miskin itu menunjukkan betapa ia sangat mengasihi Tuhan sehingga rela memberi semua yang dimilikinya untuk Tuhan.
Berilah yang terbaik untuk Tuhan karena semua yang kita miliki berasal daripada-Nya!
Baca: Markus 12:41-44
"Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." Markus 12:44
Ketika melihat seorang janda miskin memasukkan persembahan di kantong kolekte, mungkin ada orang yang berkata dalam hati, "Ah... persembahannya paling tak lebih dari seribu perak. Tidak ada artinya sama sekali!" Tak jarang orang akan mencibir, menyepelekan dan menganggap bahwa persembahan janda miskin itu tidak ada artinya sama sekali jika dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan untuk operasional gereja. Berbeda jika orang kaya dengan penampilan yang perlente memasukkan persembahannya di kantong kolekte yang sama pasti kita akan bergumam dalam hati, "Wow... persembahannya pasti ratusan ribu, bahkan mungkin jutaaan rupiah!"... dan kita pun berpikiran bahwa persembahan orang kaya itulah yang pasti berkenan dan menyenangkan hati Tuhan. Penilaian itu lumrah jika kita menilainya dengan ukuran logika manusia!
Alkitab menyatakan bahwa janda miskin itu memasukkan dua peser ke dalam peti persembahan. Peser adalah mata uang tembaga Yahudi yang paling kecil, sama dengan setengah duit. Ditinjau dari sisi nilai uang, persembahan janda miskin tersebut memang sangat kecil, namun jika ditinjau dari sisi kemampuan, pemberian janda miskin itu sangat besar sekali, karena "...janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (ayat nas).
Melalui kisah ini Tuhan hendak menekankan bahwa selain melihat sikap hati atau motivasi seseorang dalam memberi persembahan, Ia juga mengingatkan agar dalam hal memberi persembahan kepada Tuhan hendaknya kita memberi yang terbaik dari yang kita miliki, bukan asal-asalan atau sisa-sisa harta kita. Janda miskin itu memberi dari seluruh nafkahnya, semua yang ia miliki dipersembahkan kepada Tuhan. Inilah yang disebut dengan korban! Sementara orang kaya itu memberi dari kelebihannya, bisa saja itu merupakan sisa-sisa kekayaannya yang berlimpah-limpah dan hal itu tidak membutuhkan pengorbanan apa puun. Apa yang diperbuat oleh janda miskin itu menunjukkan betapa ia sangat mengasihi Tuhan sehingga rela memberi semua yang dimilikinya untuk Tuhan.
Berilah yang terbaik untuk Tuhan karena semua yang kita miliki berasal daripada-Nya!
Subscribe to:
Posts (Atom)