Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Mei 2015
Baca: Lukas 8:26-39
"Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya." Lukas 8:39b
Sampai hari ini masih banyak orang Kristen enggan, malas dan bahkan tidak tergerak sama sekali untuk bersaksi tentang Kristus kepada orang lain, karena merasa malu, takut ditertawakan, takut ditolak atau takut dimusuhi. Ditolak, dimusuhi dan bahkan dikucilkan oleh orang lain ketika orang Kristen bersaksi tentang Kristus adalah konsekuensi yang harus ditanggung oleh setiap orang percaya, karena dunia di mana kita hidup adalah dunia yang sangat membenci dan menolak keberadaan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai
miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah
memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu." (Yohanes 15:18-19). Jadi bukan hanya di zaman sekarang ini saja orang-orang dunia benci dengan nama Yesus... di masa ketika Ia melayani di bumi saja sudah seringkali ditolak, dibenci, dihindari oleh banyak orang.
Ketika berada di kota Gerasa Tuhan Yesus bertemu dengan seseorang yang mengalami kerasukan setan dan tinggal di pekuburan. Hati Tuhan pun tergerak oleh belas kasihan, dan dengan kuasa-Nya yang dahsyat Ia mengusir roh jahat itu keluar dari orang tersebut sehingga ia dibebaskan dan menjadi waras! Meski sudah melihat dengan mata kepala sendiri, orang-orang di Gerasa tetap saja tidak percaya dengan mujizat yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus, malahan "...seluruh penduduk daerah Gerasa meminta kepada Yesus, supaya Ia meninggalkan mereka," (Lukas 8:37). Justru orang yang tadinya kerasukan setan itulah yang tergerak hati bersaksi kepada orang lain. Dengan semangat menyala-nyala ia pergi mengelilingi seluruh kota dan menyaksikan segala yang diperbuat Tuhan Yesus bagi dirinya.
Mengapa kita tidak mau bersaksi? Mungkin kita sudah merasa puas hanya sebagai 'penonton' yang sebatas mendengar dan melihat orang lain diubahkan, sedangkan kita sendiri merasa tidak mengalami.
Rindukan lawatan Tuhan secara pribadi supaya kita bisa bersaksi kepada orang lain, sebab bersaksi tentang Kristus adalah perintah yang harus kita kerjakan!
Sunday, May 31, 2015
Saturday, May 30, 2015
BERSAKSI: Yesus Harus Makin Besar
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2015
Baca: Yesaya 44:1-8
"Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain dari pada-Ku?" Yesaya 44:8b
Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari ada berbagai macam karakter orang Kristen. Ada orang Kristen yang bersikap cuek dan masa bodoh demikian: "Yang penting sudah beribadah ke gereja setiap Minggu, itu sudah lebih dari cukup. Urusan pelayanan di gereja dan persekutuan dengan saudara seiman lainnya akut idak mau ambil pusing, emang gue pikiran." Ada pula orang Kristen yang sukanya hanya menuntut untuk dilayani dan diberi, namun ia sendiri tidak mau melayani dan memberi. Lebih ekstrem lagi ada orang Kristen yang punya kebiasaan menjadi juri di gereja: mengkritik sana-sini, menghakimi saudara seiman lainnya dan selalu mencari kelemahan hamba-hamba Tuhan, padahal ia sendiri tidak mau terlibat dalam pelayanan.
Syukur bagi Tuhan ada banyak orang Kristen yang menyadari akan panggilan hidupnya, memiliki roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan sehingga ia tidak bisa menahan bibir dan lidahnya untuk selalu bersaksi tentang "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18) kepada setiap orang yang ditemuinya di manapun berada dan kapan pun waktunya. Bagi sebagian besar orang Kristen istilah bersaksi tentu saja bukan hal yang asing lagi, namun tidak semua orang Kristen mau mempraktekkannya dengan berbagai alasan, padahal kesaksian hidup adalah manifestasi dari pengakuan iman kita sebagai orang percaya. Kekristenan tanpa sebuah kesaksian hidup bisa dikatakan kekristenan yang imannya mati. Dikatakan: "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Sebagai umat yang telah ditebus, diselamatkan dan mengalami kasih Tuhan, kita memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai saksi-saksi-Nya di tengah-tengah dunia ini. Yang dimaksud dengan bersaksi adalah menceritakan, memberitahukan dan mengabarkan kepada orang lain tentang segala sesuatu yang telah kita alami bersama dengan Kristus agar orang lain tahu dan dapat mengalami kasih seperti yang kita alami. Karena kita ini adalah saksi Kristus, maka yang harus kita saksikan dan beritakan adalah pribadi Kristus dan karya-Nya, bukan diri sendiri yang dikedepankan dan dinomorsatukan.
"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." Yohanes 3:30
Baca: Yesaya 44:1-8
"Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain dari pada-Ku?" Yesaya 44:8b
Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari ada berbagai macam karakter orang Kristen. Ada orang Kristen yang bersikap cuek dan masa bodoh demikian: "Yang penting sudah beribadah ke gereja setiap Minggu, itu sudah lebih dari cukup. Urusan pelayanan di gereja dan persekutuan dengan saudara seiman lainnya akut idak mau ambil pusing, emang gue pikiran." Ada pula orang Kristen yang sukanya hanya menuntut untuk dilayani dan diberi, namun ia sendiri tidak mau melayani dan memberi. Lebih ekstrem lagi ada orang Kristen yang punya kebiasaan menjadi juri di gereja: mengkritik sana-sini, menghakimi saudara seiman lainnya dan selalu mencari kelemahan hamba-hamba Tuhan, padahal ia sendiri tidak mau terlibat dalam pelayanan.
Syukur bagi Tuhan ada banyak orang Kristen yang menyadari akan panggilan hidupnya, memiliki roh yang menyala-nyala untuk melayani Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan sehingga ia tidak bisa menahan bibir dan lidahnya untuk selalu bersaksi tentang "...betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," (Efesus 3:18) kepada setiap orang yang ditemuinya di manapun berada dan kapan pun waktunya. Bagi sebagian besar orang Kristen istilah bersaksi tentu saja bukan hal yang asing lagi, namun tidak semua orang Kristen mau mempraktekkannya dengan berbagai alasan, padahal kesaksian hidup adalah manifestasi dari pengakuan iman kita sebagai orang percaya. Kekristenan tanpa sebuah kesaksian hidup bisa dikatakan kekristenan yang imannya mati. Dikatakan: "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17).
Sebagai umat yang telah ditebus, diselamatkan dan mengalami kasih Tuhan, kita memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai saksi-saksi-Nya di tengah-tengah dunia ini. Yang dimaksud dengan bersaksi adalah menceritakan, memberitahukan dan mengabarkan kepada orang lain tentang segala sesuatu yang telah kita alami bersama dengan Kristus agar orang lain tahu dan dapat mengalami kasih seperti yang kita alami. Karena kita ini adalah saksi Kristus, maka yang harus kita saksikan dan beritakan adalah pribadi Kristus dan karya-Nya, bukan diri sendiri yang dikedepankan dan dinomorsatukan.
"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." Yohanes 3:30
Subscribe to:
Posts (Atom)