Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Oktober 2014
Baca: Ayub 14:1-22
"Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan." (Ayub 14:2).
Suatu kenyataan hidup yang tak dapat dipungkiri bahwa perjalanan hidup manusia di dunia ini selalu diwarnai dengan kejutan-kejutan: kadang ada tawa, sekejap kemudian berganti dengan tangis; ada keberhasilan, tapi tidak sedikit pula yang harus menelan pahitnya kegagalan. Kejutan demi kejutan kadangkala seperti sebuah hantaman palu yang datang secara bertubi-tubi. Kejutan ini bisa menghampiri siapa saja, baik itu orang Kristen awam atau bahkan seorang hamba Tuhan sekalipun.
Kejutan juga menghampiri orang yang paling dekat dengan Tuhan Yesus sekalipun yaitu sebuah keluarga di kota Betania yang sangat mengasihi dan dikasihi Tuhan, yaitu keluarga Marta, Maria dan Lazarus (baca Yohanes 11:44). Kejutan yang amat menyakitkan sengaja diijinkan Tuhan terjadi dan menimpa keluarga ini karena keterlambatan Tuhan Yesus tiba di rumah mereka. Kematian menimpa salah seorang anggota keluarga ini yaitu Lazarus. Kita tahu bahwa kematian seseorang selalu membawa kepedihan hati dan duka yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Memang, kejutan yang berupa masalah atau pun penderitaan itu bisa menimpa setiap orang, tak terkecuali orang percaya. Namun satu hal yang menguatkan kita adalah Tuhan tidak pernah merancangkan kecelakaan, melainkan rancangan damai sejahtera untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Di tengah kejutan-kejutan yang terjadi dalam kehidupan ini kita harus percaya "...bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28).
Jika Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatunya tidak ada perkara yang mustahil bagi orang percaya. Lazarus, yang walaupun sudah empat hari mati dan dikuburkan, Tuhan sanggup membangkitkannya. Sungguh, Tuhan Yesus adalah kebangkitan dan hidup (baca Yohanes 11:25). Rasul Paulus menyatakan bahwa Tuhan turut bekerja dalam 'segala sesuatu'. Kata 'segala sesuatu' artinya di semua aspek kehidupan kita tanpa terkecuali.
Tuhan memakai setiap 'kejutan' yang ada untuk menyatakan kuasa-Nya!
Friday, October 31, 2014
Thursday, October 30, 2014
HANYA MENJADI PENONTON
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Oktober 2014
Baca: Yohanes 6:1-15
"Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat
penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit." Yohanes 6:2
Gemuruh dan gegap gempita kejuaraan sepakbola piala dunia 2014 di Brasil telah usai pada bulan Juli lalu. Hasilnya tim sepakbola Jerman telah membuktikan diri sebagai yang terbaik dan berhasil mencetak sejarah sebagai wakil Eropa pertama yang bisa menjadi juara dunia di benua Amerika. Selama kejuaraan berlangsung emosi para penggemar sepakbola di seluruh penjuru dunia benar-benar terkuras. Ada yang bersukacita ketika tim jagoannya menang; ada pula yang kecewa, sedih, menangis, bakan sampai meluapkan kemarahan saat melihat tim yang mereka bangga-banggakan tersingkir secara dramatis di babak-babak awal. Itulah ekspresi dari pada penonton pertandingan sepakbola.
Mereka sepertinya terlihat aktif dengan apa yang ditontonnya, namun sesungguhnya mereka tidak memberikan sumbangsih apa pun. Bagi yang melihat langsung di stadion, kontribusi mereka hanya sebatas selembar tiket yang telah dibeli. Sementara mereka yang melihat di dalam setiap pertandingan sehingga dengan mudahnya berkomentar, melontarkan kritikan pedas, bahkan ada yang sampai memaki-maki pemain, padahal mereka hanya menonton dan tidak turut ambil bagian dalam pertandingan.
Begitu pula ketika Tuhan Yesus berangkat ke Galilea ada banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia, oleh karena mereka melihat mujizat, tapi mereka tidak mengalami dan merasakan mujizat itu, alias menonton saja. Bukankah ada banyak orang Kristen yang demikian? Hanya puas sebagai penonton, sekedar melihat dan mendengar orang lain mengalami mujizat dan dipakai Tuhan secara luar biasa, tapi dirinya sendiri tidak punya kerinduan mendalam kepada Tuhan. Jangankan turut terlibat dalam pelayanan, keberadaannya di gereja saja hanya sebatas simpatisan. Mereka tetap saja menjadi jemaat yang pasif dan tidak memiliki rasa haus dan lapar terhadap perkara-perkara rohani. Namun ketika mereka berada dalam masalah dan mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan, secepat kilat langsung melontarkan komentar, menghakimi orang lain, melontarkan kritikan kepada saudara seiman atau bahkan kepada hamba Tuhan.
Jangan jadi orang Kristen yang bermental penonton!
Baca: Yohanes 6:1-15
"Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat
penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit." Yohanes 6:2
Gemuruh dan gegap gempita kejuaraan sepakbola piala dunia 2014 di Brasil telah usai pada bulan Juli lalu. Hasilnya tim sepakbola Jerman telah membuktikan diri sebagai yang terbaik dan berhasil mencetak sejarah sebagai wakil Eropa pertama yang bisa menjadi juara dunia di benua Amerika. Selama kejuaraan berlangsung emosi para penggemar sepakbola di seluruh penjuru dunia benar-benar terkuras. Ada yang bersukacita ketika tim jagoannya menang; ada pula yang kecewa, sedih, menangis, bakan sampai meluapkan kemarahan saat melihat tim yang mereka bangga-banggakan tersingkir secara dramatis di babak-babak awal. Itulah ekspresi dari pada penonton pertandingan sepakbola.
Mereka sepertinya terlihat aktif dengan apa yang ditontonnya, namun sesungguhnya mereka tidak memberikan sumbangsih apa pun. Bagi yang melihat langsung di stadion, kontribusi mereka hanya sebatas selembar tiket yang telah dibeli. Sementara mereka yang melihat di dalam setiap pertandingan sehingga dengan mudahnya berkomentar, melontarkan kritikan pedas, bahkan ada yang sampai memaki-maki pemain, padahal mereka hanya menonton dan tidak turut ambil bagian dalam pertandingan.
Begitu pula ketika Tuhan Yesus berangkat ke Galilea ada banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia, oleh karena mereka melihat mujizat, tapi mereka tidak mengalami dan merasakan mujizat itu, alias menonton saja. Bukankah ada banyak orang Kristen yang demikian? Hanya puas sebagai penonton, sekedar melihat dan mendengar orang lain mengalami mujizat dan dipakai Tuhan secara luar biasa, tapi dirinya sendiri tidak punya kerinduan mendalam kepada Tuhan. Jangankan turut terlibat dalam pelayanan, keberadaannya di gereja saja hanya sebatas simpatisan. Mereka tetap saja menjadi jemaat yang pasif dan tidak memiliki rasa haus dan lapar terhadap perkara-perkara rohani. Namun ketika mereka berada dalam masalah dan mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan, secepat kilat langsung melontarkan komentar, menghakimi orang lain, melontarkan kritikan kepada saudara seiman atau bahkan kepada hamba Tuhan.
Jangan jadi orang Kristen yang bermental penonton!
Subscribe to:
Posts (Atom)