Thursday, February 28, 2013

GEREJA: Sebuah Keluarga Allah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Februari 2013 -

Baca:  Efesus 2:11-22

"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"  Efesus 2:19

Setiap kita yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memiliki status baru dalam hidupnya, yaitu disebut sebagai anak-anak Allah:  "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus."  (Galatia 3:26).  Dengan demikian Allah menjadi Bapa kita, kita menjadi anak-anakNya dan orang-orang percaya lainnya menjadi saudara-saudara kita dalam sebuah keluarga rohani.  Rasul Yohanes menambahkan,  "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah."  (1 Yohanes 3:1).  Jadi,  "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).

     Sebagai anak, kita membutuhkan suatu tempat untuk kita tinggal dan bertumbuh, dan tempat itu adalah sebuah keluarga (gereja).  Gereja, dalam bahasa Yunani disebut ekklesia (ek = keluar, kaleo = memanggil), merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terangNya yang ajaib  (baca 1 Petrus 2:9).  Itulah sebabnya orang Kristen harus tertanam dalam sebuah gereja lokal.  Masih banyak orang Kristen yang tidak tertanam dalam sebuah gereja lokal, yang lebih suka berpindah-pindah gereja, suka pilih-pilih siapa yang berkotbah.  Itu bisa diibaratkan seperti tanaman yang belum berakar terlalu kuat yang kemudian dicabut dan ditanam lagi di tempat lain.

     Sebagai anak-anak Tuhan yang mengalami kelahiran baru di dalam Kristus, kita ini diumpamakan seperti bayi yang baru lahir:  butuh susu dan makanan rohani, butuh perawatan dan perlindungan dari orang tua rohani dan juga kakak-kakak rohani kita.  Itulah pentingnya sebuah gereja lokal.  Jadi kita bukan hanya datang memenuhi bangku gereja yang kosong tanpa mengenal satu dengan yang lainnya.  Kita membutuhkan persekutuan dengan saudara seiman lainnya untuk membimbing kerohanian kita.  Janganlah ingin bebas sekehendak hati tanpa ada orang lain yang mengawasi hidup kita.  Jika kita takut memiliki komitmen dan takut dibentuk akan membuat kita tidak bisa bertumbuh dan menjadi dewasa rohani.

Ingat!  Seorang bayi tidak bisa bertumbuh dengan sehat tanpa adanya keluarga!

Tuesday, February 26, 2013

ALERGI PADA KATA 'TAAT'

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2013 -

Baca:  1 Petrus 1:13-25

"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,"  1 Petrus 1:14

Dalam menjalani hidup ini banyak orang Kristen maunya yang enak-enak saja, layaknya melewati jalan tol yang bebas hambatan:  diberkati, disembuhkan, dipulihkan, hidup yang terus naik dan sebagainya, tapi kita tidak mau melewati proses atau membayar harga.  Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."  (Matius 16:24). 

     Menyangkal diri dan memikul salib berbicara tentang ketaatan.  Tapi sayang, jika ada hamba Tuhan yang begitu keras berkhotbah tentang ketaatan banyak di antara kita yang merasa tersinggung, marah dan berusaha untuk menghindarinya, serasa 'alergi' mendengarnya.  Kita lebih suka mendengar kotbah dari hamba Tuhan yang isinya ringan, lucu dan menghibur.  Kita inginnya hidup semau kita saja.  Kita menganggap bahwa ketaatan itu seperti raksasa yang menakutkan dan siap menerkam;  seperti pagar besi yang membelenggu langkah gerak kita.  Bukankah ini seperti orang fasik atau orang bebal?  Sebab  "Berlaku cemar adalah kegemaran orang bebal, sebagaimana melakukan hikmat bagi orang yang pandai."  (Amsal 10:23).  Tetapi bagi kita orang percaya, Alkitab menegaskan,  "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."  (1 Tesalonika 4:7).

     Sebagai anak-anak Tuhan seharusnya kita bersyukur bila kita terus diingatkan untuk hidup dalam ketaatan.  Setiap teguran, ajaran dan peringatan hendaknya kita ambil sisi positifnya dan kita terima sebagai berkat rohani.  Tuhan sangat mengasihi kita;  Dia tidak ingin kita jauh dan makin tersesat.  Itulah sebabnya  "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."  (Ibrani 12:5-6).  Sebaliknya,  "...jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang."  (Ibrani 12:8).  Ketaatan adalah juga pintu gerbang untuk mengalami berkat-berkat Tuhan.

"Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,"  1 Petrus 1:14