Monday, December 31, 2012

MENGANDALKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Desember 2012 -

Baca:  Mazmur 146:1-10

"Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya:"  Mazmur 146:5

Hari-hari ini banyak orang menyerbu toko-toko buku untuk membeli buku agenda baru dan juga kalender baru tahun 2013, karena hanya dalam hitungan jam tahun 2012 akan kita tinggalkan.  Dengan memiliki buku agenda baru kita berharap segala yang kita kerjakan di hari esok akan ter-planning dengan baik.  Bahkan segala harapan baru sudah menari-nari di pikiran.  Namun Alkitab menasihati,  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).  Boleh saja punya setumpuk rencana dan harapan asalkan kita senantiasa melibatkan Tuhan, sebab  "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita..."  (Ulangan 29:29).  Menghadapi hari esok yang tidak tahu akan seperti apa, tidak ada jalan lain selain menaruh harapan kepada Tuhan dan mengandalkan Dia dalam segala hal.

     Orang yang mengandalkan Tuhan berarti menyadarkan dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan.  "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!"  (Yeremia 17:7), hatinya selalu melekat kepada Tuhan.  Orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan pasti akan diberkati, disertai dan dilindungi Tuhan.  Hidupnya senantiasa berada dalam pengawasan mata Tuhan.  Jadi ia tidak perlu takut akan datangnya musim kering.  Ia diibaratkan seperti pohon yang ditanam ditepi air, di mana akar-akarnya merambat ke batang air.  Daun-daunnya akan tetap hijau dan senantiasa menghasilkan buah lebat dan rasanya manis.

     Air berbicara tentang firman Tuhan, dan firman itu adalah Tuhan Yesus sendiri;  Dia juga adalah Sumber Air Hidup itu.  Dikatakan,  "...barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."  (Yohanes 4:14).  Inilah janji Tuhan kepada setiap orang yang melekat kepadaNya:  "...maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku."  (Mazmur 91:14).

Mengandalkan Tuhan adalah kunci kemenangan orang percaya menghadapi hari esok!

Sunday, December 30, 2012

MENGANDALKAN DIRI SENDIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2012 -

Baca:  Yeremia 17:1-18

"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!"  Yeremia 17:5

Lembaran tahun 2012 hampir saja usai.  Begitu cepatnya waktu berlalu, kini setahun sudah terlewati.  Sementara segala angan dan impian belum juga terwujud, kaki kita sudah melangkah di penghujung tahun.  Hari-hari berat telah kita jalani, sedangkan dunia ini makin sarat dengan ujian, tantangan, penderitaan dan goncangan.  Sungguh, perjalanan hidup yang begitu melelahkan.  Itulah sebabnya Pemazmur menasihati,  "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."  (Mazmur 90:12).  Tidak perlu meratapi nasib dan larut dalam penyesalan.  Waktu tak bisa diputar kembali, akan terus melaju dan melaju.

     Hari-hari yang telah kita lewati kemarin biarlah menjadi pengalaman yang berharga dan koreksi bagi kita.  Mungkin selama ini kita telah mengabaikan Tuhan dan lebih memilih mengandalkan manusia atau kekuatan sendiri dalam segala hal.  Mengandalkan diri sendiri sama artinya mengandalkan apa yang ada pada diri sendiri:  uang, deposito, kekayaan, status, pendidikan, jabatan dan sebagainya.  Kita merasa bahwa segala yang kita raih ini adalah semata-mata hasil dari jerih lelah sendiri, bukan karena Tuhan.  Namun, siapakah kita ini sehingga kita begitu membanggakan diri dengan apa yang kita miliki?  Daud berkata,  "...kita ini debu.  Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga;  apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi."  (Mazmur 103:14-16).  Kita harus sadar bahwa segala hal yang melekat pada diri kita ini tidak akan mampu menolong dan melepaskan kita dari goncangan-goncangan yang ada di dunia ini, sebab kita ini hanyalah debu!  Seberapa kuatkah kita, sehingga dalam segala perkara kita mengandalkan diri sendiri?  Umur, kekuatan, kemampuan atau pun kepintaran kita adalah terbatas, bersifat fana dan pada akhirnya akan lenyap.

     Jadi di dalam diri manusia tidak ada satu pun yang dapat diandalkan.  Karena itu jangan sekali-kali berharap kepada sesama manusia, kita pasti akan kecewa!  Ada tertulis:  "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22).

Sebab tanah liat, kita tidak memiliki alasan untuk membanggakan apa yang kita miliki!  (Bersambung)