Monday, November 26, 2012

HIDUP INI HANYALAH SINGKAT (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 November 2012 -

Baca:  Mazmur 90:1-17

"di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu."  Mazmur 90:6

Tidak ada seorang pun yang tahu secara pasti berapa lama ia hidup di dunia ini.  200 tahun, 300 tahun atau selamanyakah?  Begitu juga dalam hal kematian, kita sama sekali tidak tahu kapan waktunya kita akan dipanggil Tuhan:  bisa saja hari ini, besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, sepuluh tahun lagi dan seterusnya.  Yang pasti,  "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya."  (Pengkotbah 3:1).  Daud menambahkan,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun,"  (Mazmur 90:10a).

     Dapat kita simpulkan ternyata hidup manusia di dunia ini adalah singkat.  Hidup kita ini bisa dikatakan adalah dalam hitungan hari saja, dan di kala kita menghitungnya, berlalunya begitu cepat dan sangat singkat,  "Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.  Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu."  (Mazmur 90:4-5).  Jika kita menyadari betapa singkatnya hidup ini, apa yang harus kita perbuat?  Masing-masing dari kita diminta untuk menghitung hari-hari kita sedemikian rupa sehingga kita beroleh hati yang bijaksana.  Oleh karena itu Rasul Paulus memberi nasihat,  "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."  (Efesus 5:15-16).

     Sudahkah kita mempergunakan waktu yang ada dengan baik?  Jika sampai detik ini langkah hidup kita telah menyimpang jauh dari jalan-jalan Tuhan, segeralah bertobat!  Jangan tunda-tunda waktu lagi.  Bertobat berarti kita menanggalkan 'manusia lama' dan mengenakan 'manusia baru'  (baca 2 Korintus 5:17);  kita hidup menurut pimpinan Roh dan tidak lagi menuruti keinginan daging  (baca  Galatia 5:16).  Ingatlah, hidup kita ini sepenuhnya ada di tangan Tuhan, maka kita harus hidup dengan kesadaran bahwa setiap hari yang kita jalani sekarang ini bisa saja merupakan hari terakhir bagi kita.  Jadi,  "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  (Kolose 3:2).

Bukan waktunya lagi kita terus disibukkan dengan urusan-urusan yang bersifat duniawi!

Sunday, November 25, 2012

JANGAN PERNAH TAKUT GAGAL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2012 -

Baca:  Amsal 19:1-29

"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  Amsal 19:21

Setiap orang pasti memiliki rencana atau rancangan bagi kehidupannya di masa depan.  Karena itu berbagai upaya kita lakukan supaya segala rencana dan keinginan kita terwujud.  Siapa pun kita pasti tidak ingin gagal, bukan?  Kegagalan seringkali menjadi momok yang sangat menakutkan bagi semua orang.

     Sebagai orang percaya kita tidak perlu takut dengan kegagalan asal kita menyerahkan segala rencana hidup kita kepada Tuhan.  Rasul Paulus menasihati,  "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."  (Filipi 4:6), sebab oleh karena kehendak Tuhanlah segala sesuatunya dapat terjadi.  Jika rencana dan kehendak kita selaras dengan kehendak Tuhan pasti semuanya akan terlaksana, sebab  "...Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal."  (Ayub 42:2).  Ketakutan itu adalah tanda bahwa seseorang itu ragu dan tidak percaya kepada kuasa Tuhan.  Ketakutan adalah siasat Iblis untuk membelenggu kita sehingga kita enggan untuk melangkah.  Jika Yosua dan Kaleb terus dihantui oleh ketakutan tidak akan pernah menginjakkan kakinya dan menikmati Tanah Perjanjian (Kanaan), seperti yang dialami oleh 10 pengintai lainnya.  Oleh karenanya kita harus bisa mengalahkan rasa takut itu dan mengarahkan pandangan kepada Tuhan.  Kalahkan rasa takut dengan cara percaya kepada kuasa Tuhan seperti yang dilakukan Daud.  "Tuhan dipihakku.  Aku tidak akan takut."  (Mazmur 118:6) dan "Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?"  (Kejadian 18:14a).  Jika kita sadar bahwa kita ini tidak sendiri dalam menjalani hidup ini, tetapi ada Tuhan yang senantiasa menyertai kita dengan kuasaNya yang tak terbatas itu, maka kita akan berani menghadapi apa pun dalam hidup ini.  Kepada Yosua Tuhan berfirman,  "Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau."  (Yosua 1:5).

     Jika kita senantiasa berjalan bersama Tuhan tidak ada yang perlu ditakutkan, sebab Roh yang ada di dalam kita lebih besar dari roh apa pun yang ada di dunia.

Hidup tanpa campur tangan Tuhan itulah sumber ketakutan kita!