Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2011 -
Baca: Yosua 24:14-28
"Oleh sebab itu, takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia." Yosua 24:14a
Dalam Perjanjian Lama kita membaca bahwa bangsa Israel berada di tengah-tengah bangsa lain yang lebih besar dan kuat. Ketika mereka hidup benar di hadapan Tuhan mereka mengalami kemenangan saat berperang melawan bangsa-bangsa lain karena Tuhan ada di pihak mereka. Sebaliknya, tatkala mereka hidup tidak benar, Tuhan memakai bangsa-bangsa lain yang memang mau menyerang mereka untuk menghajar dan memperingatkan mereka, di mana hal seperti ini terjadi terus-menerus di dalam Perjanjian Lama.
Begitu pula dalam kehidupan orang percaya saat ini. Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa jika kita percaya kepadaNya maka perjalanan hidup kita akan lancar terus, enak dan tanpa rintangan. Tuhan berkata, "...Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala,..." (Matius 10:16). Tetapi yang pasti Tuhan menjanjikan perlindungan, penyertaan, kekuatan dan juga kemenangan asal kita mau hidup benar dan menjalankan perintah-perintahNya. Adakalanya kita diijinkan Tuhan untuk mengalami penderitaan bukan karena Dia tidak mengasihi kita dan jahat kepada kita, namun justru penderitaan itu adalah anugerah Tuhan yang membuat kita lebih baik dan lebih kuat, "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia," (Filipi 1:29). Oleh karena itu dalam keadaan apa pun mari memiliki hati yang senantiasa takut akan Tuhan, sebagaimana disampaikan Yosua di hadapan semua suku bangsa Israel di Sikhem. Takut akan Tuhan yang dimaksud di sini lebih mengarah pada rasa hormat, bangga dan kagum kepada Tuhan.
Jika kita memiliki sikap hormat kepada Tuhan kita pun akan berjuang bagaimana agar hidup kita berkenan kepada Tuhan ketika menjalankan apa pun di dalam hidup ini, karena kita tahu bahwa Dia hadir menyaksikan hidup kita dan segala yang kita perbuat, yang pada saatnya akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Tertulis: "...tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Menyadari bahwa "Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik," (Amsal 15:3), maka kita pun tidak boleh hidup sembrono dan harus lebih berhati-hati! (Bersambung)
Tuesday, May 3, 2011
Monday, May 2, 2011
ROTI HIDUP: Ialah Yesus, Jawaban Setiap Persoalan Kita
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Mei 2011 -
Baca: Yohanes 6:48-59
"Akulah (Yesus - Red.) roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Yohanes 6:51
Akhirnya, bangsa Israel pun beroleh kekuatan dan dapat meneruskan perjalannya karena ada 'manna', yaitu roti sorga. Begitu pula dalam kehidupan kita, mari kita belajar untuk bersandar sepenuhnya kepada Tuhan. Dia tahu persis apa yang kita butuhkan. Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata, "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25). Tuhan menghendaki agar kita tidak kuatir tentang makanan dan minuman. Ia pun menegaskan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya keapda-Ku, ia tidak akan haus lagi." (Yohanes 6:32, 33, 35).
Ketika Yesus menyatakan bahwa diriNya adalah roti hidup dimaksudkan juga untuk menegaskan bahwa Ia adalah jawaban dari setiap keperluan dan persoalan manusia. Contoh: ketika lima ribu orang berbondong-bondong mengikuti Dia di tepi laut Tiberias dan menjadi lapar, Yesus pun tahu apa yang sedang mereka butuhkan. Dengan lima ketul roti dan dua ekor ikan mujizat terjadi! Mereka dikenyangkan, bahkan masih ada sisa dua belas bakul penuh!
Memang manusia membutuhkan roti (makanan) untuk hidup di dunia ini. Namun jangan sampai motivasi kita mencari Tuhan hanya untuk mengejar roti saja atau berkat-berkat jasmani, lalu kita melupakan Tuhan Pemberi berkat itu sendiri. Ingat, apa pun yang menjadi kebutuhan kita Yesus dapat memenuhinya. Segala persoalan hidup kita dapat diatasi di dalam Dia. Tidak hanya persoalan-persoalan yang berkenaan dengan kebutuhan jasmani kita, tapi juga hal-hal yang jauh lebih utama yaitu pengampunan dosa dan keselamatan kekal.
Tuhan Yesus sudah mengorbankan tubuhNya sendiri di atas kayu salib untuk kita: "...roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Inilah sumber kehidupan yang sesungguhnya!
Baca: Yohanes 6:48-59
"Akulah (Yesus - Red.) roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Yohanes 6:51
Akhirnya, bangsa Israel pun beroleh kekuatan dan dapat meneruskan perjalannya karena ada 'manna', yaitu roti sorga. Begitu pula dalam kehidupan kita, mari kita belajar untuk bersandar sepenuhnya kepada Tuhan. Dia tahu persis apa yang kita butuhkan. Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata, "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?" (Matius 6:25). Tuhan menghendaki agar kita tidak kuatir tentang makanan dan minuman. Ia pun menegaskan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya keapda-Ku, ia tidak akan haus lagi." (Yohanes 6:32, 33, 35).
Ketika Yesus menyatakan bahwa diriNya adalah roti hidup dimaksudkan juga untuk menegaskan bahwa Ia adalah jawaban dari setiap keperluan dan persoalan manusia. Contoh: ketika lima ribu orang berbondong-bondong mengikuti Dia di tepi laut Tiberias dan menjadi lapar, Yesus pun tahu apa yang sedang mereka butuhkan. Dengan lima ketul roti dan dua ekor ikan mujizat terjadi! Mereka dikenyangkan, bahkan masih ada sisa dua belas bakul penuh!
Memang manusia membutuhkan roti (makanan) untuk hidup di dunia ini. Namun jangan sampai motivasi kita mencari Tuhan hanya untuk mengejar roti saja atau berkat-berkat jasmani, lalu kita melupakan Tuhan Pemberi berkat itu sendiri. Ingat, apa pun yang menjadi kebutuhan kita Yesus dapat memenuhinya. Segala persoalan hidup kita dapat diatasi di dalam Dia. Tidak hanya persoalan-persoalan yang berkenaan dengan kebutuhan jasmani kita, tapi juga hal-hal yang jauh lebih utama yaitu pengampunan dosa dan keselamatan kekal.
Tuhan Yesus sudah mengorbankan tubuhNya sendiri di atas kayu salib untuk kita: "...roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Inilah sumber kehidupan yang sesungguhnya!
Subscribe to:
Posts (Atom)