Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2010 -
Baca: Amsal 17:13-28
"Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Amsal 17:22
Para dokter terkenal di Amerika Serikat mengadakan penelitian dan akhirnya membuat satu kesimpulan: ternyata tertawa itu sehat. Tertawa dapat menjadi obat yang mujarab, sebab melalui tertawa humor yang sehat muncul, hati menjadi riang, tekanan darah dapat turun, saraf-saraf tidak lagi tegang, terutama lagi bila hal-hal ini disertai dengan kekuatan batiniah misalnya dengan keyakinan penuh akan Tuhan dan iman yang kuat.
Apa yang diungkapkan para dokter dalam penelitian itu benar karena Alkitab juga menegaskan: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Semangat yang patah adalah semangat yang sudah padam, tak ada lagi gairah dalam hidup, wajah selalu bermuram durja dan sulit untuk tertawa. Orang Kristen yang menaruh pengharapan penuh di dalam Kristus pasti tidak akan mahal untuk tertawa, sebab mereka tahu bahwa hidup mereka dalam pengawasan dan pemeliharaan Tuhan yang penuh kasih. Bermuram durja dan selalu pesimistis di sepanjang hari tak ada faedahnya seperti tertulis: "Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta." (Amsal 15:15).
Sulitkah Anda tertawa? Tentu ada beban berat dan berbagai macam kecemasan merajai hati kita bila memang demikian. Bila berbeban berat tentu sulit tertawa. Beban itu seharusnya tidak kita tanggung dan pikul sendiri. Kita harus bawa beban itu dan menyerahkannya kepada Tuhan Yesus, pasti ada kelepasan dan kelegaan. Inilah undangan Tuhan Yesus, pasti ada kelepasan dan kelegaan. Inilah undangan Tuhan Yesus: "Marilah kepadaKu, semua yang lebih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Ingat! Kekuatiran itu tidak dapat mengubah keadaan dan kodisi kita seperti yang Yesus katakan, "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Tuhan mengetahui segala keperluan kita dan Dia akan memelihara kita dengan cukup, asal kita mendahulukan KerajaanNya dan kebenaranNya. Kalau fokus kita hanya pada masalah yang ada, hati kita jadi tawar dan sulit untuk tertawa.
"Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku berosark-sorak,..." Mazmur 16:8-9a
Tuesday, August 31, 2010
Monday, August 30, 2010
TETAP KUAT MESKI TAK DIANGGAP
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2010 -
Baca: Yohanes 17:1-26
"Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." 1 Petrus 4:19
Alkitab menyatakan, "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:24-26)
Demi panggilan Tuhan Musa rela meninggalkan harta kekayaan dan segala kehormatan yang ia dapat saat berada di Mesir, untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan. Tetapi bangsa Israel sama sekali tidak menunjukkan respons positif terhadap pengorbanan Musa ini. Sebaliknya mereka seringkali marah, menggerutu dan mengolok-olok Musa. Bahkan mereka menuduh bahwa Musalah penyebab penderitaan yang mereka alami selama ini. Bangsa Israel merasa lebih senang dan betah tinggal di Mesir dari pada harus mengembara di padang gurun menuju tanah Perjanjian, tidak ada makanan, tak ada air, tidak seperti di Mesir. Namun Musa bisa menjaga hati, tetap taat kepada pimpinan Tuhan dan terus berupaya menjalankan tugasnya demi kebaikan bangsa Israel itu, walau mereka memandangnya dengan sebelah mata.
Banyak hamba Tuhan yang tak luput dari hal yang demikian. Meski sudah melayani jiwa-jiwa dengan segenap hati dan jiwa, berkorban waktu dan tenaga, mereka masih kurang dianggap dan sering diremehkan pelayanannya. Janganlah kita berkecil hati! Tetaplah teguh pada tugas dan panggilan Tuhan seperti Musa. Kalau pun kita harus menderita karena melakukan kehendak Allah, kita harus menyerahkan jiwa kita kepadaNya. Sekalipun kita menderita karena perbuatan orang lain yang memusuhi perbuatan benar kita, jangan sekali-kali kita menuntut balas. Sebaliknya haruslah kita selalu berbuat baik kepada mereka dan juga kepada Allah Pencipta yang setia.
Itulah yang dikehendaki Allah kepada kita. Yang terpenting ialah motif pelayanan yang benar harus tetap kita pertahankan sekalipun banyak tantangan dan masalah yang menyerang. Percayalah, "Penjagamu tidak akan terlelap. Tuhan Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu." (Mazmur 121:3b, 5).
Jerih lelah kita bagi Tuhan tidak pernah sia-sia! Tetap lakukan tugasmu dengan setia.
Baca: Yohanes 17:1-26
"Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." 1 Petrus 4:19
Alkitab menyatakan, "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:24-26)
Demi panggilan Tuhan Musa rela meninggalkan harta kekayaan dan segala kehormatan yang ia dapat saat berada di Mesir, untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan. Tetapi bangsa Israel sama sekali tidak menunjukkan respons positif terhadap pengorbanan Musa ini. Sebaliknya mereka seringkali marah, menggerutu dan mengolok-olok Musa. Bahkan mereka menuduh bahwa Musalah penyebab penderitaan yang mereka alami selama ini. Bangsa Israel merasa lebih senang dan betah tinggal di Mesir dari pada harus mengembara di padang gurun menuju tanah Perjanjian, tidak ada makanan, tak ada air, tidak seperti di Mesir. Namun Musa bisa menjaga hati, tetap taat kepada pimpinan Tuhan dan terus berupaya menjalankan tugasnya demi kebaikan bangsa Israel itu, walau mereka memandangnya dengan sebelah mata.
Banyak hamba Tuhan yang tak luput dari hal yang demikian. Meski sudah melayani jiwa-jiwa dengan segenap hati dan jiwa, berkorban waktu dan tenaga, mereka masih kurang dianggap dan sering diremehkan pelayanannya. Janganlah kita berkecil hati! Tetaplah teguh pada tugas dan panggilan Tuhan seperti Musa. Kalau pun kita harus menderita karena melakukan kehendak Allah, kita harus menyerahkan jiwa kita kepadaNya. Sekalipun kita menderita karena perbuatan orang lain yang memusuhi perbuatan benar kita, jangan sekali-kali kita menuntut balas. Sebaliknya haruslah kita selalu berbuat baik kepada mereka dan juga kepada Allah Pencipta yang setia.
Itulah yang dikehendaki Allah kepada kita. Yang terpenting ialah motif pelayanan yang benar harus tetap kita pertahankan sekalipun banyak tantangan dan masalah yang menyerang. Percayalah, "Penjagamu tidak akan terlelap. Tuhan Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu." (Mazmur 121:3b, 5).
Jerih lelah kita bagi Tuhan tidak pernah sia-sia! Tetap lakukan tugasmu dengan setia.
Subscribe to:
Posts (Atom)