Wednesday, September 30, 2009

Bertobat Dengan Sungguh

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2009 -

Baca: Yehezkiel 33:1-20

"Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup karena itu." Yehezkiel 33:19

Sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, dosa dan tabiat dosa mengikuti dan menjadi bagian dalam diri manusia sehingga kita dilahirkan ke dalam dunia dengan segala kecenderungan hati untuk selalu melakukan kejahatan (baca Kejadian 6:5). Daud menyadari hal itu dan berkata, "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." (Mazmur 51:7). Jadi, sesungguhnya kita ini adalah manusia berdosa yang pantas untuk menerima hukuman.
Namun kita patut bersyukur kepada Allah, Bapa kita, yang oleh karena kasihNya menganugerahkan PuteraNya, Yesus Kristus, untuk mati di salib. Darah Kristus mendamaikan kita dengan Allah, kita tidak lagi menjadi seteru Allah. Kristus "...telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran." (1 Petrus 2:24). Setelah menerima anugerah keselamatan kita harus dengan sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan. Kita harus bertobat dari dosa! Kita tidak dapat menerima anuegerah Tuhan lalu tetap tinggal dalam dosa, karena Tuhan telah mencurahkan anugerahNya sewaktu kita masih berdosa dan kini dosa kita telah diampuni dan kita disucikan. Hidup dalam pertobatan itu suatu perintah, bukan sekedar himbauan! Kita harus dengan sadar meninggalkan dan menolak segala perbuatan dosa. Karena itu mari mencermati hidup kita, hal-hal apa yang sekiranya akan menyeret kita lebih jatuh ke dalam dosa: apakah lingkungan, tontonan atau bacaan yang negatif, serta pergaulan kita, sebab "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33) dan "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Semua perbuatan daging (baca Galatia 5:19-21) harus ditinggalkan.
Kita harus berhenti berbuat dosa dan menghindarkan diri dari jebakan dosa itu. Kita memang masih hidup di dunia yang penuh dosa, namun kita harus memilih untuk hidup sesuai kehedank Tuhan setiap hari, karena pertobatan tidak dapat dilakukan hanya sekali seumur hidup, melainkan suatu proses terus-menerus dalam hidup kita.

Jika tidak sungguh-sungguh bertobat, kita akan binasa!

Tuesday, September 29, 2009

Petrus dan Integritas

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2009 -

Baca: Yohanes 21:15-19

"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini? (murid-murid Yesus yang lain - red.)"  Yohanes 21:15

Petrus (Simon Petrus) adalah satu dari tiga murid Yesus yang sering bersama-sama dengan Gurunya. Di mana pun Yesus melayani, ketiga orang itu selalu turut serta. Selain Petrus ada Yakobus dan Yohanes yang dikenal begitu dekat dengan Sang Guru. Contohnya saat Yesus membangkitkan anak Yairus mereka ada bersamaNya; juga ketika Yesus dimuliakan di atas bukit, ketiga orang itu juga turut menyaksikan momen tersebut. Meskipun demikian Petrus pernah mengkhianati Yesus. Walaupun ia berkata, "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, akan takkan menyangkal Engkau." (Matius 26:35a), tetapi apa yang diperbuat Petrus berbeda dengan apa yang pernah dia ucapkan. Pada waktu ayam berkokok Petrus telah menyangkal Yesus tiga kali. Dan ketika Yesus harus disalibkan, ketiga orang itu (Petrus, Yakobus dan Yohanes) kembali kepada kehidupan lamanya sebelum dipanggil menjadi murid Yesus yaitu sebagai nelayan.
Memang tidak mudah memiliki integritas, karena integritas berbicara tentang kesetiaan, komitmen dan totalitas secara keseluruhan. Apa yang kita ucapkan itulah yang harus kita lakukan! Sebagai anak-anak Tuhan kita dituntut menjadi orang-orang yang berintegritas. Bila kita berkata aku mengasihi Tuhan, atau Tuhan adalah yang utama dalam hidupku, maka kita harus membuktikannya dengan tindakan. Sejauh mana kita mengasihi Dia dan benarkah Ia prioritas utama dalam hidup kita? Apakah buktinya?
Kepada Petrus, meskipun sempat gagal dan tidak punya integrtias, Tuhan tetap menujukkan kasih dan kesabaranNya sekalipun dia sudah berkhianat dan menyakiti hatiNya. Ketika bertemu kembali dengan petrus Yesus masih memberinya kesempatan untuk kembali melayani. Ditanyakan apakah Petrus benar-benar mengasihi Tuhan, bahkan pertanyaan itu Tuhan ulang sebanyak 3 kali. Akhirnya Petrus tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, dia merespon panggilan Tuhan yaitu menjadi penjala jiwa-jiwa. Bila kita pelajari dalam Alkitab, Petrus menjadi orang yang luar biasa bagi Tuhan, bahkwa rela mati sebagai martir demi Injil Kristus.

Jadilah orang-orang Kristen yang berintegritas, bukan yang munafik.