Monday, July 6, 2020

JANGAN BERKOMPROMI DENGAN DOSA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juli 2020


"Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala."  Wahyu 2:20

Tiatira adalah sebuah kota yang relatif kecil, awalnya didirikan sebagai kota pertahanan untuk melindungi kota Pergamus yang adalah pusat pemerintahan.  Tiatira tidak begitu terkenal jika dibandingkan kota-kota lain yang menerima surat dari Tuhan, namun jemaat di kota kecil ini justru mendapatkan kiriman surat yang paling panjang isinya.  Kemungkinan besar jemaat Tiatira ini dirintis dan dimulai dari pertobatan keluarga Lidia, seorang penjual kain ungu yang beribadah kepada Tuhan dan hidupnya menjadi berkat bagi banyak orang  (Kisah 16:14)  (Tiatira dikenal sebagai pusat perdagangan kain bulu domba dan juga tempat untuk mencelupkan kain-kain warna ungu).  Lidia sendiri dikenal sebagai penjual bahan pencelup untuk warna ungu dan kain yang mahal tersebut.

     Ada kesalahan fatal terjadi di jemaat di Tiatira, yaitu  "...wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala."   (ayat nas).  Izebel adalah nama simbolis yang diambil dari nama isteri raja Ahab, yang berlaku jahat dan menyeret orang-orang kepada penyembahan berhala.  Wanita Izebel ini mengajarkan bahwa orang percaya boleh melakukan perzinahan dan boleh menyantap makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala.  Intinya:  nabiah ini telah mengajarkan ajaran-ajaran yang menyimpang dan menyesatkan, secara terang-terangan berkompromi dengan dosa.  Sekalipun sudah melihat penyimpangan-penyimpangan, sepertinya jemaat di Tiatira tidak melakukan sesuatu apa pun dan seolah-olah membiarkan hal itu terjadi.

     Di dalam kehiduan bergereja tidak sedikit orang percaya yang masih berkompromi dengan dosa.  Mereka menutupi dosa dengan topeng-topeng:  perbuatan baik, memberi banyak persembahan, menjadi donatur gereja, dan masih banyak lagi.  Mereka berpikir bahwa dengan segala yang diperbuatnya ini, dengan serta merta Tuhan bersikap lunak kepada kita dan menutup mata-Nya terhadap pelanggaran-pelanggaran kita.

Ingat!  Tuhan tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan, sebab apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya  (Baca  Galatia 6:7).

Sunday, July 5, 2020

WASPADALAH TERHADAP AJARAN SESAT!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juli 2020


"Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua:"  Wahyu 2:12

Kota Pergamus terletak sekitar 100 kilometer di sebelah utara Smirna, dikenal sebagai pusat kebudayaan Yunani.  Kepada jemaat di Pergamus ini Tuhan memperkenalkan diri-Nya,  "...yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua:"  (ayat nas).  Alkitab menyatakan bahwa pedang tajam bermata dua adalah firman Tuhan yang penuh kuasa,  "...dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."  (Ibrani 4:12).

     Firman Tuhan adalah pedang Roh  (Efesus 6:17)  yang merupakan salah satu perlengkapan rohani yang harus dimiliki orang percaya dalam menghadapi peperangan rohani, supaya kita  "...dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:11-12).  Firman Tuhan adalah senjata untuk menangkal serangan-serangan Iblis, menghancurkan siasat dan tipu muslihatnya.  Pada waktu itu jemaat Pergamus sedang menghadapi masalah yang cukup berat, yaitu banyak bermunculan pengajar-pengajar sesat yang dengan sengaja menyampaikan ajaran-ajaran yang menyimpang dari Injil Kristus:  nilai-nilai kebenaran dikompromikan dengan tujuan untuk memuaskan telinga orang yang mendengarnya,  "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya."  (2 Timotius 4:3).

     Jika kita tidak memiliki fondasi yang kuat, tidak berakar kuat di dalam firman Tuhan, kita akan mudah untuk diombang-ambingkan dan digiring keluar dari kebenaran.  Oleh karena itu  "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan."  (Lukas 21:8a).  Target orang percaya adalah mencapai  "...kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,"  (Efesus 4:13-14).

Firman Tuhan adalah senjata ampuh untuk melawan serangan-serangan Iblis!