Monday, August 31, 2020

PEKERJAAN IBLIS: Menghalangi dan Menghancurkan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Agustus 2020

Baca:  1 Tesalonika 2:13-20
 
"...mereka mau menghalang-halangi kami memberitakan firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka."  1 Tesalonika 2:16

Di waktu-waktu sekarang ini umat Tuhan harus meningkatkan kualitas hidup rohaninya, harus berlari mengejar perkenanan Tuhan, bukan malah bersantai-santai, sebab Iblis pun bekerja semakin intens untuk menghalangi pemberitaan Injil dan mencari cara yang tepat untuk menipu, membujuk, mengelabui, menjebak, menjerat dan menghancurkan hidup manusia, karena Iblis memang ahlinya dalam hal menyamar, bahkan ia bisa menyamar sebagai malaikat terang  (2 Korintus 11:14), sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta  (Yohanes 8:44).  Firman Tuhan memperingatkan kita untuk ekstra waspada dan selalu berjaga-jaga dalam doa agar tidak terpedaya oleh tipu muslihatnya!

     Tujuan utama Iblis adalah ingin menjauhkan dan memisahkan manusia dari kasih Tuhan dan berusaha untuk mencuri firman dari kehidupan orang percaya, supaya manusia kehilangan pengharapan di dalam Tuhan, seperti dalam perumpamaan tentang penabur:  "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka."  (Markus 4:15).  Tak bisa dibayangkan bila orang hidup menjauh dan terlepas dari tangan Tuhan dan tidak lagi memiliki pegangan hidup yaitu firman Tuhan, ia pasti akan mengalami kebutaan rohani, sehingga Iblis akan dengan mudahnya menjerumuskan manusia ke dalam lubang yang dalam.  Itulah yang diingini Iblis dari manusia yaitu mengalami kehancuran dan kebinasaan kekal!  Bukan hanya itu, Iblis juga berusaha untuk mendakwa orang percaya siang dan malam supaya mereka dihantui ters oleh rasa bersalah dan perasaan tidak layak, sehingga mulai meragukan statusnya sebagai anak-anak Tuhan dan tidak lagi percaya akan janji firman Tuhan.

     Di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan manusia akan diperhadapkan dengan masa-masa yang teramat sukar, ini adalah waktu yang tidak akan disia-siakan oleh Iblis.  Ia akan menyamar sebagai dewa penolong bagi manusia yang sedang dalam kesesakan dengan menawarkan pertolongan instan yang dikemas sedemikian eloknya menurut kasat mata, padahal di balik itu ada jebakan yang sangat mematikan.

Tanpa memiliki dasar iman yang kuat kita akan menjadi sasaran empuk Iblis!

Sunday, August 30, 2020

JANGAN HANYA MENGKLAIM BERKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Agustus 2020

Baca:  Ulangan 28:1-14
 
"TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN,..."  Ulangan 28:13
Alkitab menyatakan Tuhan menyediakan berkat-berkat-Nya bagi orang percaya secara terperinci!  Salah satu berkat Tuhan adalah pemulihan, di mana Ia akan mengangkat hidup orang:  grafik hidupnya akan naik dan bukan turun  (ayat nas).  Banyak orang Kristen memakai ayat ini sebagai senjata mengklaim janji Tuhan:  "Aku sudah mengikut Tuhan bertahun-tahun dan beribadah kepada-Nya, tapi mengapa hidupku tidak mengalami perubahan apa-apa, padahal Tuhan telah berjanji akan mengangkat hidup orang percaya!"
     
     Jangan asal saja mengklaim janji Tuhan dengan penggalan ayat tersebut tanpa memperhatikan ayat tersebut secara penuh, sebab ada kelanjutannya:  "...apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN,...dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya."  (Ulangan 28:13-14).  Saul adalah contoh orang yang justru mengalami kemunduran dan kemerosotan dalam hidup, padahal awalnya ia adalah seorang raja Israel yang diurapi Tuhan.  Tapi sayang pemerintahan yang dipimpinnya tidak dapat bertahan lama, alias mengalami keruntuhan, oleh karena ia tidak lagi punya hati yang takut akan Tuhan.  Karena ketidaktaatannya sendiri, karena hidupnya telah menyimpang dari kehendak Tuhan, grafik hidup Saul tidak naik, tapi terjun bebas:  mengalami penolakan dari Tuhan dan Roh Tuhan juga meninggalkan dia.
     
     Melihat tentara Filistin berkumpul dekat Sunem untuk menyerang Israel, Saul sangat ketakutan.  Ia berdoa, namun  "...TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi."  (1 Samuel 28:6), lalu ia pun menempuh jalan pintas mencari pertolongan lain:  "'Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.' Para pegawainya menjawab dia: 'Di En-Dor ada seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah.'"  (1 Samuel 28:7).
 
Tuhan takkan mengangkat hidup seseorang bila ia tak mau taat melakukan firman-Nya!  Kalau kita hidup dalam ketaatan, kita bisa klaim janji Tuhan.
 
Catatan:
"Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  Roma 9:15-16

Saturday, August 29, 2020

TETAP BERSUKACITA KARENA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Agustus 2020

Baca:  Mazmur 113:1-9

"Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya!"  Mazmur 113:9

Banyak orang kehilangan sukacita karena peliknya masalah yang dialami, kehilangan sukacita karena melihat keadaan dunia yang semakin hari semakin tidak baik, kehilangan sukacita karena merasa pesimis dengan masa depan hidupnya.  Tak bisa dibohongi bahwa situasi atau keadaan yang ada di sekitar turut memengaruhi kondisi hati kita.

     Orang percaya takkan kehilangan sukacita di segala situasi bila ia memiliki fondasi hidup yang kokoh.  Fondasi hidup orang percaya adalah Kristus dan firman-Nya.  "Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun."  (Lukas 6:48b).  Mari kita terus membangun fondasi hidup.  Bagaimana caranya?  Baca dan renungkan firman Tuhan setiap hari, serta praktekkanlah.  Bila kita tekun merenungkan firman Tuhan, perbendaharaan hati dan pikiran kita akan dipenuhi oleh firman Tuhan.  Sebab kunci untuk tetap merasakan sukacita di segala situasi itu bermula dari hati dan pikiran kita,  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7a).  Oleh karena itu pusatkan hati dan pikiran hanya kepada Tuhan.  Orang yang selalu memikirkan kasih dan kebaikan Tuhan akan bisa bersukacita.  Ia akan selalu memiliki alasan untuk memuji Tuhan.  Pemazmur berkata,  "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!"  (Mazmur 103:2).  Tanamkan dalam hati dan pikiran bahwa kita punya Tuhan yang dahsyat!  "Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi."  (Mazmur 47:3).  Masalah sebesar apa pun yang menimpa kita, tak sebanding dengan kedahsyatan kuasa Tuhan.

     Tidak ada alasan untuk tidak bersukacita karena kita punya Tuhan yang begitu peduli dan penuh belas kasihan:  "Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,"  (Mazmur 113:7).  Bahkan, Tuhan sanggup membuka jalan saat tiada jalan, membuat yang tak mungkin menjadi mungkin, yang hopeless menjadi hopeful, sebab tidak ada yang mustahil bagi Dia,  "Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita."  (ayat nas).

Tidak ada alasan untuk tidak bersukacita karena kita punya Tuhan yang dahsyat!

Friday, August 28, 2020

JERIH LELAH UNTUK TUHAN: Pasti Terbayar Lunas

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Agustus 2020

Baca:  Markus 10:28-31

"Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"  Markus 10:28

Seiring berjalannya waktu, selalu saja ada orang Kristen yang kehilangan semangat dalam mengiring Kristus, tak lagi antusias mengerjakan panggilan hidupnya, bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang imannya gugur di tengah jalan.  Apa penyebabnya?  Mereka berpikiran bahwa menjadi pengikut Kristus berarti perjalanan hidupnya akan mulus, terbebas dari masalah, penderitaan, atau kesesakan, dan berlimpah dengan berkat.  Ternyata apa yang mereka bayangkan tak sesuai dengan kenyataan:  begitu memutuskan untuk mengiring Kristus, masalah justru datang bertubi-tubi, ujian berat harus dialami, sementara kehidupan orang-orang diluar Tuhan sepertinya tampak enak, jalannya lancar, dan penuh keberuntungan.  Mereka menjadi kecewa dan menganggap bahwa mengiring Kristus itu tak ada untungnya dan sia-sia belaka.  Pemazmur juga dibuat cemburu ketika:  "...melihat kemujuran orang-orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain."  (Mazmur 73:3-5).

     Mungkin kita merasa sudah mengiring Kristus dengan sungguh-sungguh dan sudah melayani Dia, lalu timbul pertanyaan dalam hati:  "Apa upahnya?"  Dengarkan nasihat rasul Paulus:  "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."  (1 Korintus 15:58).  Tuhan sendiri menegaskan bahwa ada upah yang Ia sediakan bagi orang-orang yang setia mengiring Kristus sampai akhir dan berjerih lelah melayani Dia:  "orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal."  (Markus 10:30).

     Bila menyadari bahwa jerih lelah dalam melayani Tuhan itu diperhitungkan-Nya, tak seharusnya kita menjadi lemah, kecut dan tawar hati.  Justru kita seharusnya makin giat melayani pekerjaan Tuhan dengan roh yang menyala-nyala.  Karena itu jangan pernah sia-siakan waktu, kesempatan, dan juga potensi yang Tuhan beri.

Harga yang telah kita bayar untuk Tuhan, pada saatnya pasti akan terbayar lunas!

Thursday, August 27, 2020

IBADAH ASAL-ASALAN MENDATANGKAN KUTUK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Agustus 2020

Baca:  1 Samuel 7:1-14

"Kalau kamu hendak kembali kepada TUHAN dan menyembah Dia dengan sepenuh hatimu, haruslah kamu membuang semua dewa asing dan patung Dewi Asytoret. Serahkanlah dirimu sama sekali kepada TUHAN dan berbakti kepada-Nya saja,..."  1 Samuel 7:3  (BIS)

Sebagai bangsa pilihan Tuhan, bangsa Israel mengalami kasih dan kemurahan Tuhan secara luar biasa.  Bangsa Israel benar-benar menjadi obyek kasih Tuhan!  "Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati."  (Yesaya 40:11).  Dari hari ke hari Tuhan memberkati mereka dengan perlindungan, pemeliharaan dan pembelaan-Nya yang teramat sempurna.  Meski demikian mereka masih saja tegar tengkuk, bahkan sering meninggalkan Tuhan dan membuat hati Tuhan cemburu, oleh karena mereka berpaling kepada pemyembahan berhala.

     Tatkala Samuel menjadi nabi Tuhan ia mendapati banyak sekali kejahatan terjadi!  Mereka meninggalkan Tuhan dan menyembah kepada berhala-berhala yaitu Baal dan Asytoret.  Akibat dari kejahatan yang diperbuatnya mereka harus menuai akibatnya, yaitu diserang oleh bangsa Filistin secara bertubi-tubi, sehingga mereka terus mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan.  Bisa dikatakan bangsa Israel saat itu berada dalam masa yang gelap dan mengalami degradasi iman.  Melihat kondisi ini nabi Samuel menegur mereka dengan keras dan memperingatkan mereka untuk segera bertobat, berbalik kepada Tuhan dan menjauhkan ilah-ilah asing dari antara mereka, sebelum hal-hal yang jauh lebih buruk menimpa.  Kalau mereka mau bertobat dengan sungguh-sungguh Tuhan pasti akan menunjukkan belas kasihan-Nya dan melepaskan mereka dari tangan orang Filistin.  Karena itu Samuel segera mengumpulkan segenap umat Israel dan menyerukan pertobatan!  Tanda pertobatan adalah menyingkirkan berhala-berhala itu.  "Kemudian orang-orang Israel menjauhkan para Baal dan para Asytoret dan beribadah hanya kepada TUHAN."  (1 Samuel 7:4).

     Banyak orang Kristen beribadah kepada Tuhan asal-asalan.  Ibadahnya dipenuhi dengan kepura-puraan karena mereka masih melakukan dosa secara sembunyi-sembunyi.

Ibadah tanpa pertobatan sejati adalah sia-sia di hadapan Tuhan!

Wednesday, August 26, 2020

TERBANG MENGATASI BADAI HIDUP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2020

Baca:  Ayub 39:1-33

 "Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?"  Ayub 39:30

Salah satu kebiasaan hidup burung rajawali yang menjadi nilai lebih adalah terbang membubung tinggi  (ayat nas).  Inilah kebiasaan hidup burung rajawali yang unik, yang mungkin tidak dilakukan oleh burung-burung jenis lain, yaitu selalu terbang tinggi di atas badai, bukan di dalam atau di bawah badai.  Karakter seperti itulah yang seharusnya dimiliki orang percaya:  memiliki keberanian untuk menghadapi badai persoalan!

     Namun dalam praktik hidup sehari-hari banyak dari kita yang justru tenggelam di dalam badai.  Kita begitu mudah dikalahkan oleh situasi atau keadaan yang membuat kita semakin frustasi, kecewa, putus asa, kehilangan sukacita dan damai sejahtera, akhirnya kita mengalami kekalahan demi kekalahan.  Alkitab secara tegas menyatakan bahwa setiap orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus  "...lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita"  (Roma 8:37).  Selain itu burung rajawali memiliki kebiasaan unik yang lain yaitu membuat sarang di atas bukit yang tinggi:  "Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi."  (Ayub 39:31).  Kebanyakan burung membuat sarangnya di atas dahan pohon, tetapi burung rajawali membuat sarangnya di atas bukit yang tinggi, sehingga sarangnya akan aman dan tidak terjangkau oleh siapa pun.  Ini berbicara tentang kehidupan orang percaya yang menjadikan Tuhan tempat perlindungan,  "...gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit;"  (Yesaya 2:2).

     Di atas bukit batu-Nya kita aman dan terlindungi.  "Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku."  (Mazmur 71:3).  Karena itu tak perlu takut menghadapi badai hidup ini karena kita punya Tuhan sebagai tempat perlindungan yang tinggi.  Tak semua orang bisa naik ke gunung Tuhan yang tinggi!  "'Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?' Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu."  (Mazmur 24:3-4).

Bersama Tuhan, orang benar akan terbang bagai rajawali, mengatasi badai hidup!

Tuesday, August 25, 2020

NYANYIKAN KEMENANGAN SETIAP HARI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2020

Baca:  Hakim-Hakim 5:1-31

"Dengarlah, ya raja-raja! Pasanglah telingamu, ya pemuka-pemuka! Kalau aku, aku mau bernyanyi bagi TUHAN, bermazmur bagi TUHAN..."  Hakim-Hakim 5:3

Ketika orang sedang dilanda duka, kecewa atau putus asa, jarang sekali dari mulutnya terdengar nyanyian pujian.  Kalau pun ia bersenandung, yang dinyanyikan pasti lagu-lagu yang selaras dengan kondisi atau keadaan yang sedang menimpa.  Ketika sedang ditinggalkan oleh orang yang dikasihi, lagu yang dinyanyikan pastilah bertemakan rasa kehilangan dan mengasihani diri sendiri, disertai uraian air mata karena hati meratap.  Nyanyian tersebut takkan membuat sedih hilang, malah semakin menenggelamkannya pada kepedihan yang kian mendalam.

     Bagi orang percaya, nyanyian kemenangan dan sukacitalah yang harus keluar dari mulut di segala keadaan, bukan nyanyian cengeng tanda frustasi, kecewa dan gagal.  Biarlah setiap nyanyian dan pujian kita selalu menjadi tanda kemenangan atas setiap pergumulan hidup kita, tanda kita mengimani janji-janji Tuhan.  Dalam Hakim-Hakim 5 ini Debora sedang menyanyikan nyanyian kemenangan bagi bangsa Israel, nyanyian yang bermuatan iman yang membuat musuh gemetar dan lari tunggang langgang;  nyanyian pengaungan yang menyenangkan hati Tuhan, yang menggerakkan tangan-Nya untuk bertindak:  "Karena pahlawan-pahlawan di Israel siap berperang, karena bangsa itu menawarkan dirinya dengan sukarela, pujilah TUHAN!...Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN! Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya. Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya."  (Hakim-Hakim 5:2, 3).  Hal itu menunjukkan bahwa Debora sangat percaya akan kuasa Tuhan!  Ia berkeyakinan jika Tuhan ada di pihak bangsa Israel, siapa yang dapat melawannya?  Bangsa manakah yang dapat menahan dan menghentikan keperkasaan Tuhan?

     Nyanyian kemenangan seperti inilah yang dapat menghasilkan mujizat, sebab Tuhan bersemayam di atas puji-pujian umat-Nya  (Mazmur 22:4).  Bila Tuhan sendiri yang bertakhta di atas pujian yang kita naikkan, maka sesuatu yang dahsyat pasti terjadi:  kemenangan, pemulihan, kesembuhan dan berkat-berkat-Nya dinyatakan atas kita.

"...Engkaulah yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami, dan orang-orang yang membenci kami Kauberi malu."  Mazmur 44:8

Monday, August 24, 2020

ANAK MUDA KRISTIANI: Masa Depan Gereja

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2020

Baca:  Amsal 22:1-16

"Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya."  Amsal 22:15

Ngeri!  Itulah kesan yang timbul bila kita melihat dan memperhatikan kehidupan orang muda di zaman sekarang ini.  Kenakalan remaja/pemuda ada di mana-mana, bukan hanya terjadi di kota-kota besar, tapi hampir terjadi di semua tempat.  Kehidupan anak-anak muda benar-benar rentan dengan pengaruh buruk:  pergaulan bebas  (free sex), terjerumus dalam narkoba, terlibat dalam prostitusi, menjadi korban trafficking atau perdagangan manusia yaitu perekrutan, pengiriman, atau penampungan orang-orang dengan cara ancaman atau kekerasan demi tujuan eksploitasi, pelacuran, perbudakan, dan sebagainya.

     Kaum muda Kristiani benar-benar harus menjadi perhatian utama gereja, sebab mereka adalah aset berharga dan masa depan gereja.  Jangan sampai mereka terbawa oleh arus dunia ini!  Pemazmur menyatakan,  "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu."  (Mazmur 119:9).  Hanya dengan firman Tuhan-lah orang muda dapat mempertahankan kelakuannya tetap bersih dan sesuai dengan kehendak Tuhan.  Tidak ada jalan lain selain para muda harus banyak melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan rohani, supaya waktu-waktu luang yang ada mereka pergunakan untuk perkara-perkara yang membangun iman.  Mereka harus melatih diri dalam hal ibadah  (1 Timotius 4:8), bukan malah menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah.  Giatkanlah melakukan ini menjelang hari Tuhan yang mendekat  (Ibrani 10:25).  Semakin banyak mereka mendengarkan firman Tuhan, semakin bertumbuhlah iman mereka, karena iman timbul dari pendengaran firman Kristus  (Roma 10:17).  Sayangnya banyak anak muda Kristen memilih untuk berkompromi dengan cara hidup dunia oleh karena mereka takut ditolak, dibenci, atau ditinggalkan teman.

     Usia muda adalah  'usia emas'  melayani Tuhan dengan memaksimalkan potensi.  Paulus pada Timotius,  "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12).

"Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan..."  2 Timotius 2:22

Sunday, August 23, 2020

BERKAT TUHAN BAGI ORANG BENAR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Agustus 2020

Baca:  Mazmur 127:1-5  

"jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga."  Mazmur 127:1

Tak ada seorang pun yang menolak berkat Tuhan, semua orang ingin hidupnya diberkati:  rumah tangganya diberkati, studinya diberkati, usaha atau bisnisnya diberkati.  Tetapi seringkali banyak orang Kristen keliru dalam memaknai arti berkat ini.  Mereka berpikir bahwa berkat Tuhan itu selalu identik dengan materi duniawi:  uang, mobil, rumah, promosi jabatan, bonus dan sebagainya.  Ketahuilah bahwa materi duniawi itu bukanlah segala-galanya!  Ada orang yang kaya-raya tapi selalu merasa tidak cukup, tidak pernah puas,  "
Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya."  (Pengkhotbah 5:9-10a).

     Hidup yang diberkati meliputi segala aspek kehidupan:  apa yang kita perlukan selalu Tuhan sediakan tepat waktu;  ada persoalan dan tantangan kita sanggup melewati;  ada sukacita, kemenangan, damai sejahtera sehingga hidup kita menjadi kesaksian dan berkat bagi orang lain.  Apa kunci mengalami berkat Tuhan?  Adalah hidup benar di hadapan Tuhan.  Berkat apa yang Tuhan sediakan bagi orang benar?  1.  Berkat dalam keluarga.  Jika bukan Tuhan yang membangun  'rumah'  (keluarga), sia-sialah orang yang membangunnya  (ayat nas).  Karena itu jadikan Tuhan prioritas utama dalam keluarga kita.  Undanglah hadirat Tuhan dalam keluarga setiap hari dengan membangun mezbah doa.  Di mana ada hadirat Tuhan, sesuatu pasti terjadi:  ada sukacita, pemulihan, ada ketenangan, ada kemenangan, dan damai sejahtera sorgawi memenuhi kehidupan keluarga kita.  Orang yang hidup dalam kebenaran akan tetap mengalami berkat Tuhan sekalipun berada di tengah goncangan, sebab Tuhan menyediakan berkat-Nya tepat pada waktunya.

     2.  Berkat perlindungan.  Tuhan memerintahkan malaikat-Nya berkemah di sekeliling orang benar  (Mazmur 90:11).  Ini berbicara tentang jaminan keamanan yang Tuhan berikan bagi orang benar.  Berada di tengah dunia yang penuh gelora, serba tidak aman dan menakutkan, orang benar mendapatkan jaminan penyertaan dan pembelaan dari Tuhan.

Berkat ada pada orang yang hidup benar di hadapan Tuhan!

Saturday, August 22, 2020

ORANG KRISTEN SUAM-SUAM KUKU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Agustus 2020

Baca:  Wahyu 3:14-22

"Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!"  Wahyu 3:15

Kota Laodikia adalah kota yang terkenal di zamannya.  Kota ini berjarak kira-kira 40 mil dari kota Filadelfia.  Selain letaknya yang juga strategis, kota ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan perbankan, juga sebagai kota penghasil kain wol yang indah, lembut berwarna hitam keunguan.  Kondisi kota seperti ini tentu saja juga menempatkan penduduknya pada posisi ekonomi yang begitu mapan, tapi kota hanya kekurangan satu hal, yaitu sumber air panas.  Itulah sebabnya mereka mendatangkan air panas dari kota lain yang berjarak 10 km yaitu Hieropolis melalui saluran pipa, yang ketika sampai di Laodikia air tersebut sudah tidak panas lagi, melainkan hangat-hangat kuku.

     Kondisi kota ini sangat tepat untuk menggambarkan kondisi jemaat yang mendapatkan teguran keras dari Tuhan sebagai jemaat yang suam-suam kuku.  Banyak orang Kristen di zaman sekarang ini yang menjalani kehidupan kekristenannya suam-suam kuku, tidak panas atau tidak dingin.  Suam-suam kuku bisa diartikan orang yang berdiri dia tas dua pijakan:  rohani iya, dunia iya, alias melakukan kompromi.  "Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!"  (ayat nas), sebab Tuhan tidak mengenal kata  'kompromi'.  Tuhan mengatakan bahwa ada harga yang harus dibayar untuk mengikut Dia yaitu penyangkalan diri dan pikul salib  (Matius 16:24).  "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku."  (Wahyu 3:16).  Orang percaya harus punya ketegasan:  "Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!"  (Wahyu 22:11).

     Orang Kristen yang  'panas'  menggambarkan orang yang mengasihi Tuhan sungguh-sungguh  (taat), punya roh yang menyala-nyala melayani Tuhan  (Roma 12:11).  Orang Kristen  'dingin'  berbicara tentang orang yang mengikut Tuhan asal-asalan, tak ada greget, tahu kebenaran tapi tidak hidup dalam kebenaran  (Kristen tanpa ada pertobatan).

"Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!"  Wahyu 3:19

Friday, August 21, 2020

JEMAAT FILADELFIA: Ketaatan Membuka Pintu

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Agustus 2020

Baca:  Wahyu 3:7-13

 "Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku."  Wahyu 3:8b

Kota Filadelfia ini terletak di wilayah propinsi Asia Kecil yakni di negara Turki, tepatnya kota Alashehir.  Jika dibandingkan dengan kota-kota yang disebutkan oleh rasul Yohanes, kota Filadelfia ini bisa dikatakan sebagai kota yang terkecil.

     Jemaat di Filadelfia adalah jemaat yang mendapatkan penilaian sangat baik dari Tuhan meski secara kuantitas tampak kecil, sangat sederhana dan minim secara ekonomi.  Tuhan memuji mereka,  "Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku."  (ayat nas), padahal dalam pengiringannya akan Kristus mereka diperhadapkan dengan tantangan yang tak mudah, karena ada  "...beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta,"  (Wahyu 3:9), yang berusaha untuk menghasut, mengacaukan dan melemahkan, tapi jemaat di Filadelfia tetap kuat, tidak goyah iman, apalagi sampai menyangkal Kristus.  Ada jaminan perlindungan Tuhan bagi orang benar:  "Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi."  (Wahyu 3:10).

     Kepada jemaat di Filadelfia ini Tuhan menyebut diri-Nya Yang Kudus dan Yang Benar.  Ini penegasan bahwa kekudusan dan kebenaran adalah dua elemen penting yang tak bisa dipisahkan:  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,"  (1 Petrus 1:15).  Tanpa kekudusan dan kebenaran kita takkan bisa menyentuh hati Tuhan, takkan bisa mengerakkan tangan Tuhan bekerja untuk kita.  Tuhan berkata,  "Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku."  (Wahyu 3:8).  Sekalipun tampak kecil dan tak berarti di mata manusia, keberadaan jemaat Filadelfia sangat berharga di mata Tuhan.

Kalau kita hidup dalam kekudusan dan kebenaran, pintu-pintu berkat Tuhan bukakan bagi kita!

Thursday, August 20, 2020

JEMAAT SARDIS: Hidup Tapi Mati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2020

Baca:  Wahyu 3:1-6

"Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!"  Wahyu 3:1
 
Secara geografis letak kota Sardis sangat srategis karena berada di dataran Lembah Hermus dan dikelilingi Gunung Tmolus yang tinggi dan terjal, sehingga kota ini aman dari serangan musuh.  Selain itu Sungai Pactolus yang mendapatkan aliran air dari Gunung Tmolus biasanya mengalirkan air yang disertai dengan endapan emas.  Itulah sebabnya kota Sardis adalah kota yang makmur, apalagi ditunjang adanya pabrik kain dan pakaian dari bulu domba.  Faktor-faktor inilah yang mampu mengangkat perekonomian rakyatnya, termasuk kehidupan jemaat di kota itu.
 
     Kemapanan ekonomi ini membuat jemaat Sardis hidup dalam comfort zone atau zona nyaman, sehingga mereka menjalani kehidupan rohaninya pun tanpa kesungguhan, tidak lagi memercayakan hidup sepenuh kepada Tuhan, tapi menjadikan kekayaan sebagai sandaran hidup.  Mereka aktif dalam kegiatan rohani, namun dasar pelayanan bukanlah karena hati yang mengasihi Tuhan, tapi fasilitas yang mumpuni;  sekalipun pelayanan mereka tampak hebat di pemandangan manusia, Tuhan memiliki penilaian yang berbeda.  Tuhan justru menegur jemaat Sardis dengan sangat keras,  "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!"  (ayat nas).  Ternyata tak satu pun pekerjaan yang mereka lakukan kedapatan sempurna di mata Tuhan, artinya apa yang mereka perbuat tak mendatangkan perkenanan dari Tuhan, tak membuat hati Tuhan disenangkan.  Aktivitas pelayanan mereka hanya tampak  'wah'  dari sisi luarnya saja.

     Tuhan menambahkan,  "...di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu."  (Wahyu 3:4).  Kalimat  'ada beberapa orang'  artinya hanya ada sedikit jemaat yang menjaga hidupnya tidak bercela  (tidak mencemarkan diri dengan dosa).  Jadi, sebagian besar jemaat di situ melakukan kompromi dengan dosa, alias hidup dalam kedagingan.  Ini peringatan keras bagi orang percaya!

Jika kita masih hidup dalam dosa dan berkompromi dengan dunia ini, pelayanan kita tak berarti apa-apa di mata Tuhan;  sekalipun tampak hidup tapi sesungguhnya  'mati'  di pemandangan Tuhan!

Wednesday, August 19, 2020

BUAH BIBIR YANG POSITIF, BUKAN NEGATIF

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2020


"Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: 'Ia menumpang di rumah orang berdosa.'"  Lukas 19:7
 
Rasul Paulus kembali mengingatkan bahwa hidup orang percaya di tengah dunia sebagai surat-surat Kristus.  "...kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia."  (2 Korintus 3:3).  Dengan kata lain orang dunia akan melihat dan memperhatikan setiap perkataan dan perbuatan kita sehari-hari.

     Apakah selama ini kehidupan kita sudah menjadi berkat bagi orang lain atau malah menjadi batu sandungan?  Apakah kita menjadi yang hidupnya tidak menjadi buah bibir positif, tapi malah menjadi buah bibir yang negatif bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.  Ini sangat menyedihkan!  Kehidupan Kristen yang normal seharusnya menjadi buah bibir yang positif sebab kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia ini.  Sebelumnya Zakheus menjadi buah bibir negatif dan menyandang  'predikat'  sebagai orang berdosa karena profesinya adalah pemungut cukai.  Orang-orang pun menjadi terkejut dan keheranan begitu melihat Kristus mau singgah di rumah orang berdosa itu.  Di pihak lain Zakheus menjadi buah bibir positif di antara para malaikat di sorga, karena ada seorang berdosa yang bertobat.  Alkitab menyatakan bahwa para malaikat di sorga turut bersukacita ketika ada seorang berdosa yang bertobat  (Lukas 15:10).  Zakheus yang awalnya menjadi buah bibir negatif dan hidupnya dicibir oleh banyak orang, sejak bertemu Kristus, hidupnya telah diubahkan dan menjadi buah bibir yang positif.

     Kita disebut sebagai orang Kristen yang gagal bila kehidupan kita menjadi buah bibir yang negatif bagi orang-orang yang ada di sekitar.  Itu artinya orang lain menjadi tersandung karena kita.  Bagaimana supaya kita menjadi buah bibir yang positif?  Harus menghasilkan buah-buah pertobatan, yang di dalamnya ada buah roh  (Galatia 5:22-23).

Perubahan hidup kita yang tampak nyata adalah kesaksian yang lebih kuat daripada perkataan kita!

Tuesday, August 18, 2020

PERTOBATAN HARUS ADA BUAHNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2020


"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."  Lukas 19:8
 
Sekarang ini bukan waktunya lagi kita main-main dengan hidup kekristenan, melainkan kita harus hidup dalam pertobatan setiap hari.  Pertobatan yang sejati pasti disertai dengan bukti nyata dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perubahan hidup yang benar-benar bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain.  Ada tertulis:  "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Alkitab menyatakan,  "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal."  (Matius 12:33).

     Zakheus adalah contoh orang yang hidupnya telah berubah!  Ia mengalami titik balik dalam hidup setelah berjumpa secara pribadi dengan Kristus.  Mata rohaninya yang selama ini tertutup menjadi terbuka, sehingga cara pandangnya pun telah diubahkan.  Dahulunya fokus hidup Zakheus adalah mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya bagi diri sendiri, namun kemudian ia rela membagikan hartanya kepada orang lain.  Ini bisa terjadi oleh karena ia mengalami kasih Tuhan!  Harta dunia tidak lagi menjadi tujuan utama dalam hidupnya.  Zakheus berkata kepada Tuhan,  "...setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin...", artinya ia rela membagi-bagikan hartanya kepada orang-orang yang berkekurangan  (miskin).  Kekuatan untuk mengasihi dan menolong orang lain itu bukan berasal dari diri Zakheus sendiri, tapi karena ada Roh Tuhan yang bekerja di dalamnya, ada aliran kasih Tuhan yang telah menyentuh dan menjamah hatinya.  Tanda pertobatan sejati:  "...namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:20a).  Kalau  'aku'  yang hidup  (bukan Kristus), maka yang menjadi fokus hidupnya adalah diri sendiri.

     Zakheus juga berkata,  "...sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."  (ayat nas), berarti ia benar-benar mau membayar harga dengan meninggalkan kehidupan lamanya.  Apakah pertobatan Saudara sudah membuahkan hasil yang nyata dan berdampak bagi orang lain?
 
"Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri."  Amsal 27:2

Monday, August 17, 2020

MERDEKA DI TENGAH BADAI MELANDA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Agustus 2020


"Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!"  Mazmur 133:1

Waktu bergulir begitu cepatnya, tanpa terasa bangsa kita tercinta Indonesia sudah mengenyam kemerdekaan selama 75 tahun.  Hari ini kita kembali beroleh kesempatan memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-75.  Merdeka berarti terlepas dari belenggu, tekanan atau penjajahan bangsa lain, sehingga kita bebas menentukan masa depan kita sendiri.  Dalam hidup kekristenan, kemerdekaan memiliki arti dimerdekakan dari penjajahan dosa.  Kita tidak lagi berada di bawah kuasa dosa yang membawa kepada penghukuman kekal, melainkan kita mengalami kehidupan baru yaitu hidup berkemenangan karena Kristus telah memerdekakan kita dari dosa.

     Peringatan hari kemerdekaan Indonesia tahun ini berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sebab kita memperingatinya saat bangsa kita dalam keadaan berduka karena ujian berat datang mendera:  ekonomi, bencana alam, mewabahnya virus Corona atau Covid-19 yang benar-benar memorak-porandakan perekonomian, ditambah lagi ancaman disintegritas bangsa, seperti maraknya ujaran kebencian terhadap pemimpin bangsa, yang bila tidak segera diatasi dapat mengancam keutuhan NKRI.  Inilah momen yang tepat untuk bangkit dan bersatu untuk Indonesia.  Sebagai warga negara Indonesia, wajib kita berdoa bagi bangsa agar Tuhan pulihkan.  "...dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."  (2 Tawarikh 7:14).  Mari tinggalkan ego demi kesatuan bangsa!  'Kesatuan'  bukan berarti seragam;  kesatuan itu saling menghargai dan melengkapi di tengah perbedaan yang ada, sebagaimana semboyan Bhineka Tunggal Ika.

     Hidup dalam kesatuan adalah kehendak Tuhan!  Jadi Tuhan tidak menghendaki perselisihan atau perpecahan, bahkan Ia menyediakan berkat bagi umat yang hidup dalam kesatuan,  "...ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:3).

"Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh."  Lukas 11:17

Sunday, August 16, 2020

DOA YANG TIDAK DIJAWAB TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Agustus 2020


"Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku."  Amsal 1:28

Banyak orang Kristen kecewa dan undur dari Tuhan.  Salah satu penyebab adalah doanya tidak dijawab Tuhan.  Mungkin kita merasa sudah berdoa sekian lama tapi masalah tidak kunjung selesai, sakit tak sembuh-sembuh, ekonomi keluarga belum pulih, suami tetap saja selingkuh, dan masih banyak lagi.  Jika semua doa selalu dijawab Tuhan, semua orang pasti mau mengikut Tuhan.  Masalahnya adalah tidak semua doa dijawab Tuhan!

     Ada beberapa hal yang menjadi penyebab doa tidak dijawab oleh Tuhan, karena kita salah dalam berdoa:  "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."  (Yakobus 4:3).  Tuhan menjawab doa seseorang bukan karena susunan kata-kata doanya yang indah, tapi Tuhan melihat motivasi hati kita dalam berdoa.  Di dalam doa-doa, kita seringkali menuntut Tuhan untuk menuruti keinginan dan kemauan kita.  Sadar atau tidak, keinginan doa dan kemauan kita itu semata-mata hanya untuk memuaskan keinginan daging kita atau berfokus pada diri sendiri.  Selain itu, doa kita takkan dijawab Tuhan apabila di dalam hati kita masih tersimpan dosa atau kejahatan.  "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar."  (Mazmur 66:18).  Daud, sekalipun seorang raja, punya kerendahan hati dan bersedia dikoreksi Tuhan.  "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku."  (Mazmur 26:2), sebab  "...TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."  (Yeremia 17:10).

     Pesan penting bagi para suami:  "...hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."  (1 Petrus 3:7).  Hidup suami memiliki dampak besar bagi keluarganya!  Jika suami hidup tidak benar di hadapan Tuhan, doa-doanya akan dihalangi oleh dirinya sendiri. 

Bila doa tidak dijawab Tuhan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah koreksi.

Saturday, August 15, 2020

KRISTUS ADALAH JALAN KEMENANGAN KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Agustus 2020


"...dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya."  2 Korintus 2:14a

Beberapa waktu yang lalu, di tengah situasi yang penuh keprihatinan karena mewabahnya virus Corona atau Covid 19, kita mendapatkan kabar yang sangat menggembirakan dari dunia olahraga bulutangkis:  Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti berhasil meraih gelar juara All England 2020 di nomor ganda campuran  (Minggu, 15/3/2020).  Kemenangan ini sungguh sangat membanggakan dan mengharukan bagi bangsa Indonesia.  Karena situasi yang tidak memungkinkan, kali ini PBSI memutuskan untuk tidak menggelar tradisi penyambutan juara All England 2020 setibanya di tanah air.

     Berbicara tentang kemenangan, tak lepas dari yang namanya peperangan, perjuangan, kerja keras, jerih lelah, tetesan keringat, atau pergumulan.  Begitu pula perjalanan hidup kita adalah seperti berada dalam peperangan setiap hari:  berperang melawan musuh  (Iblis), berperang melawan kedagingan, juga bergumul dengan permasalahan hidup.  Tetapi kita patut bersyukur karena Kristus selalu membawa kita di jalan kemenangan-Nya.  Kemenangan terbesar yang kita alami di dalam Kristus adalah kemenangan atas dosa!  Dosa adalah masalah terbesar yang dihadapi manusia, dan tak satu pun manusia di dunia ini yang dapat menyelesaikan dosanya sendiri.  Kristus adalah satu-satunya jalan untuk manusia dapat memperoleh penebusan dosa!  "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,"  (Efesus 1:7).  Karena dosa kita telah ditebus melalui pengorbanan Kristus di kayu salib.  "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya."  (Roma 6:12).

     Menang terhadap dosa berarti kemenangan atas maut!  "...genaplah firman Tuhan yang tertulis: 'Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?'"  (1 Korintus 15:54-55).  Hal itu berarti bahwa kemenangan Kristus di kayu salib adalah kemenangan terhadap pekerjaan Iblis!  Kita tak perlu takut menghadapi Iblis dan bala tentaranya!  Kita harus melawannya dengan iman, sebab di dalam diri kita ada Roh Kudus, kuasa dari tempat yang Mahatinggi.

Dengan pertolongan Roh Kudus kita pasti dapat melawan Iblis, karena Kristus sudah memberikan jaminan kemenangan bagi kita!

Friday, August 14, 2020

ADA HADIRAT TUHAN: Mencari Tuhan Dengan Sungguh

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Agustus 2020


"TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan."  Mazmur 145:18

Banyak orang Kristen berpikir bahwa hadirat Tuhan itu ada ketika sedang melakukan ibadah di gereja atau di persekutuan doa.  Di luar jam-jam itu tidak ada hadirat Tuhan!  Ini salah besar.  Hadirat Tuhan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, kapan saja dan di mana saja kita bisa mengundang atau menghadirkan hadirat-Nya.  Kita sendirilah yang membuat batasan-batasan!  Kita membatasi kerja Tuhan dengan akal pikiran kita yang terbatas;  kita membatasi kuasa Tuhan, sehingga kita tidak mengalami hadirat Tuhan.

     Ketika Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden mereka memiliki hubungan yang sangat dekat  (karib)  dengan Tuhan.  Namun kemudian manusia membuat batasan sehingga mereka tidak lagi bisa menikmati hadirat Tuhan seperti sediakala, karena ketidaktaatannya sendiri.  "Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu..."  (Kisah 17:26-28).  Sesungguhnya manusia diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk menemukan Tuhan dan hadirat-Nya karena jalan itu sudah dibuka oleh Kristus melalui pengorbanan-Nya, tapi tak semua manusia bersungguh-sungguh mencari Tuhan.  Banyak orang tak lagi mengalami hadirat Tuhan karena mereka tidak sepenuh hati mencari Tuhan.  Mereka mencari Tuhan hanya sebatas kegiatan agamawi tanpa didasari oleh kerinduan hati atau rasa haus dan lapar akan Tuhan.

     Pemazmur menyatakan kalau kita berseru kepada Tuhan dalam kesetiaan, kita pasti akan menemukan dan mengalami hadirat-Nya, Tuhan akan mendekat.  Seberapa besar Saudara merindukan kehadiran Tuhan atau hadirat-Nya?  Ketika tabut Tuhan  (lambang kehadiran Tuhan)  berada di rumah Obed Edom, hanya dalam kurun waktu 3 bulan saja sesuatu yang besar terjadi  (2 Samuel 6:10-12).  Ini menunjukkan betapa keluarga Obed Edom sangat menghargai kehadiran Tuhan  (hadirat-Nya).

Kita pasti mengalami hadirat Tuhan bila kita sungguh-sungguh mencari Dia!

Thursday, August 13, 2020

DIBERKATI TUHAN: Taat dan Menabur

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Agustus 2020


"Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN."  Kejadian 26:12

Semua orang pasti ingin hidupnya diberkati oleh Tuhan!  Tapi tak semua orang mau membayar harga untuk mendapatkan berkat dari Tuhan, maunya serba cepat tanpa mau mengerjakan apa yang seharusnya menjadi bagiannya.  Bagian Tuhan adalah memberkati dan menggenapi janji-Nya, sedangkan bagian kita adalah taat melakukan kehendak-Nya.

     Mari kita belajar dari kehidupan Ishak!  Ketika terjadi kelaparan yang hebat di negerinya, Ishak diperintahkan Tuhan untuk tidak pergi ke Mesir, tetapi tetap tinggal di negeri orang Filistin sebagai orang asing, sementara banyak orang berusaha untuk mencari pertolongan ke Mesir.  Mesir berbicara tentang dunia atau orang yang bisa dibanggakan dan diandalkan.  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5).  Ketika mengalami masalah yang berat, banyak orang menjadi tertekan dan kehilangan pengharapan, mereka mulai ragu akan kuasa Tuhan dan tidak sabar menantikan pertolongan Tuhan.  Mereka berusaha mencari pertolongan instan di luar Tuhan:  mencari pertolongan kepada dunia atau manusia.  Ketika sedang dalam pergumulan hidup yang berat haruslah kita semakin mendekat kepada Tuhan, mencari wajah-Nya, dan tetap taat.  Ketika diperintahkan Tuhan untuk tidak pergi ke Mesir, Ishak taat.  Bahkan di tengah kelaparan yang begitu hebat Tuhan justru mengajarkan Ishak untuk menabur.  Suatu perintah yang sangat tidak masuk akal!  Namun Ishak melakukan yang Tuhan perintahkan  (ayat nas), dan ketaatan inilah yang menjadi pembuka pintu berkat!

     Alkitab menyatakan,  "...ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya."  (Kejadian 26:12-13).  Tuhan memberkati Ishak dengan limpahnya sehingga ia mengalami tiga tingkatan berkat:  kaya, tambah kaya, dan sangat kaya, namun setelah hidupnya diberkati, Ishak tidak lupa diri:  "Sesudah itu Ishak mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN."  (Kejadian 26:25).  Ishak menjadikan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidupnya.

Kita pasti mengalami berkat-berkat Tuhan ketika kita taat melakukan kehendak Tuhan, mau menabur, dan menjadikan Dia sebagai prioritas utama hidup ini!

Catatan:
"'Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.' Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  Roma 9:15-16