Friday, January 31, 2020

SAATNYA UNTUK BERDIAM DIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Januari 2020

Baca:  Mazmur 46:1-12

"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"  Mazmur 46:11

Panik, gelisah, kalut, kacau, stres, cemas dan kuatir, itulah reaksi yang seringkali timbul ketika kita berada dalam masalah yang berat.  Kemudian kita berusaha sekuat tenaga agar bisa terlepas dari masalah yang ada dengan secepat mungkin.  Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa ada saat-saat tertentu kita perlu berdiam diri dan menenangkan diri, sebab bila kita tidak tenang dan hati terus bergelora saat masalah datang, maka sulit bagi kita untuk membuat tindakan yang tepat, karena pikiran kita sedang tidak sehat.

     Berdiam diri artinya tenang, tidak mengadakan reaksi-reaksi keras.  Sikap tenang ini sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dan doa kita kepada Tuhan, karena  "...dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."  (Yesaya 30:15b).  Berkenaan dengan hal ini Daud memiliki banyak pengalaman dengan Tuhan.  Oleh sebab itu ketika sedang dalam masalah, Daud berusaha untuk selalu mengingat-ingat semua kebaikan dan pertolongan Tuhan dalam hidupnya, sekalipun secara kasat mata masalah yang dihadapinya seolah-olah menemui jalan buntu dan tidak ada harapan.  "Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan. Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: 'Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!'"  (Mazmur 116:3-4).  Daud percaya bahwa Tuhan pasti memberikan pertolongan tepat pada waktunya, karena itu ia memerintahkan jiwanya untuk kembali tenang.  "Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu."  (Mazmur 116:7).  Seberat apa pun masalah yang kita alami saat ini, hendaklah kita tetap tenang, supaya kita dapat berdoa.

     Ketika para murid berada di atas perahu dan sedang diombang-ambingkan oleh gelombang karena angin sakal, mereka sangat panik, suasana pun semakin mencekam ketika mereka melihat ada seorang yang berjalan di atas air, yang disangkanya adalah hantu.  Mereka berteriak sekencang-kencanganya karena takut.  Berkatalah Tuhan kepada mereka,  "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"  (Matius 14:27).

Tenang mencerminkan suatu kemantapan hati dan keyakinan bahwa Tuhan pasti sanggup melakukan segala perkara bagi kita!

Thursday, January 30, 2020

BUKAN ORANG KAYA ATAU MISKIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2020

Baca:  Yakobus 2:1-13

"Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?"  Yakobus 2:5

Penilaian manusia terhadap sesamanya selalu berpatokan pada materi, kekayaan, penampilan dan juga kedudukan.  Itulah sebabnya orang yang kaya selalu dihormati, orang yang miskin selalu disepelekan dan dipandang rendah, dan orang yang rupawan selalu dikagumi.  Namun Tuhan memandang dan menilai manusia dari aspek lain.  Tuhan melihat manusia justru dari apa yang tidak terlihat oleh mata, bagian yang terdalam, yaitu hati.  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).  Jadi, kaya, miskin atau berkedudukan, bukanlah tujuan akhir kehidupan.

     Orang kaya yang tidak mau mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat akan kehilangan kekayaan  'abadi'  yang tidak akan pernah dimilikinya.  Sebaliknya orang-orang yang dipandang miskin dan hina oleh dunia, dipilih Tuhan untuk  "...menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?"  (ayat nas).  Rencana Tuhan bagi manusia itu sangat baik, termasuk segala penderitaan yang dialami seharusnya dapat membawa manusia kepada kelepasan, dan semua kemiskinan akan membawa kepada  'kekayaan'  yang akan kita nikmati di sorga nanti, asal hidup kita seturut dengan kehendak-Nya.  Rencana Tuhan untuk umat-Nya tidak berakhir dengan penderitaan dan kemiskinan, tapi semua mengandung suatu tujuan akhir:  "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita."  (Roma 8:18).

     Apabila orang menilai sesamanya dari kekayaan atau kemiskinannya, itu pelanggaran di mata Tuhan.  "'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri'...jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran."  (Yakobus 2:8-9).

Bukan kaya atau miskin yang menentukan Sorga, melainkan iman, ketaatan dan kesetiaan kita kepada Kristus.

Wednesday, January 29, 2020

CARILAH TUHAN SELAGI BISA DITEMUI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2020

Baca:  1 Tawarikh 16:7-36

"Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!"  Tawarikh 16:11

Raja Daud menyadari benar betapa pentingnya memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan, tinggal dekat Tuhan.  Karena itu ia berkata,  "Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik."  (Mazmur 84:11).  Saat berada di rumah Tuhan Daud mengalami lawatan Tuhan.  Lawatan Tuhan selalu disertai dengan kebaikan dan kemurahan-Nya.  Karena itu Daud terdorong hati untuk bersaksi dan menceritakan kasih, kemurahan, dan perbuatan-perbuatan Tuhan kepada orang lain.  "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN!"  (1 Tawarikh 16:8-10).

     Tak lupa Daud juga membimbing Salomo  (anaknya)  untuk lebih mengenal Tuhan, beribadah kepada-Nya dengan tulus, dan mencari Tuhan dengan kesungguhan hati, seperti yang Daud lakukan:  "Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya."  (1 Tawarikh 28:9).  Selagi Tuhan berkenan untuk ditemui, biarlah kita mencari Tuhan dengan segenap hati.  Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada, sebab apabila kita sampai meninggalkan Tuhan, akibatnya sangat mengerikan yaitu Dia akan membuang kita untuk selama-lamanya.

     Tak bisa dibayangkan bagaimana nasib orang yang dibuang oleh Tuhan.  Karena itu Daud memohon kepada Tuhan,  "Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku!"  (Mazmur 27:9).  Banyak orang mencari uang, harta, atau kekayaan, siang dan malam, tetapi Tuhan dilupakannya.

Tangan Tuhan melindungi orang yang mencari Dia, tapi murka-Nya menimpa orang yang meninggalkan Dia  (Ezra 8:22b).

Tuesday, January 28, 2020

ORANG PERCAYA HARUS MENGASIHI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Januari 2020

Baca:  Roma 13:8-14

"...tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat."  Roma 13:8

Tuhan memberikan perintah baru kepada murid-murid-Nya yaitu  "...supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."  (Yohanes 13:34).  Perintah untuk mengasihi ini kembali ditegaskan oleh rasul Yohanes,  "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:7-8).  Perintah ini tidaklah berat  (1 Yohanes 5:3b).

     Setiap orang yang mengasihi sesamanya manusia telah memenuhi hukum Taurat, karena Kristus sendiri telah menyatakan bahwa seluruh hukum Taurat itu sudah terangkum dalam satu kalimat ini yaitu:  "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (Roma 13:9).  Rasul Paulus menjelaskan bahwa kasih disebut sebagai karunia rohani yang paling utama, melebihi segala karunia apa pun  (1 Korintus 13).  Segala karunia yang dimiliki orang akan kehilangan faedahnya jika yang bersangkutan tidak mempunyai kasih.  Keberadaan orang itu  "...sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing...sama sekali tidak berguna."  (1 Korintus 13:1-2).  Sekalipun orang punya jadwal pelayanan yang padat dan dikenal oleh banyak orang, tapi bila ia tidak punya kasih, hidupnya tidak bisa menjadi kesaksian yang baik, alias menjadi batu sandungan bagi orang lain.  Ini tak berarti apa-apa di mata Tuhan!

     Bagaimana supaya kita memiliki kasih?  Kita harus minta bimbingan Roh Kudus supaya kita dimampukan untuk bisa mengasihi orang lain, karena kasih itu sendiri bukanlah sifat dasar atau pembawaan kita, melainkan pemberian dari Tuhan sebagai anugerah.  Sesunggunya kasih adalah isi hati Bapa sendiri yang telah dicurahkan ke dalam hati kita melalui Roh Kudus.  Bila kita mau dipimpin Roh Kudus kita pasti mampu mempraktikkan kasih tersebut.  Dalam hal mengasihi orang lain, dari pihak kita hanya diperlukan kemauan, bukan kemampuan, sebab kemampuan untuk mengasihi itu diberikan oleh Tuhan.  Jadi, tidak ada alasan bagi orang percaya untuk tidak mengasihi.

Roh Kudus yang ada di dalam kita memampukan kita untuk mengasihi.

Monday, January 27, 2020

KESEMPATAN DIBUANG PERCUMA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2020

Baca:  Wahyu 2:18-29

"Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya."  Wahyu 2:21

Di zaman sekarang ini Iblis dengan segala penghulunya semakin gencar melancarkan serangannya kepada manusia, karena mereka sudah sadar waktunya sudah sangat singkat, artinya penghukuman baginya sudah berada di ambang pintu.  Karena itu tanpa mengenal waktu  (siang dan malam)  Iblis terus  "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).

     Salah satu siasat yang Iblis terapkan untuk menghancurkan iman manusia adalah melalui perzinahan.  Bukankah setiap hari kita mendapati berita-berita tentang perzinahan:  kasus kawin cerai, perselingkuhan, seks bebas, prostitusi online, pornografi, pemerkosaan, penyimpangan seksual yang ada di mana-mana dan banyak sekali korbannya.  Begitu juga dengan perzinahan rohani, ada banyak sekali program di televisi dan film di bioskop yang menayangkan acara-acara yang berhubungan dengan kuasa gelap, penyembahan berhala, praktik perdukunan, peramal, orang pintar, dan sebagainya.  Tragisnya tidak sedikit orang Kristen jatuh dalam perzinahan dan juga turut terlibat dalam perbuatan-perbuatan gelap ini.  Ini terjadi pada jemaat di Tiatira, yang membiarkan  "...wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala."  (Wahyu 2:20).

     Tuhan itu panjang sabar, orang yang berbuat dosa tidak segera dihukum-Nya.  Tuhan selalu memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat,  "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  (2 Petrus 3:9).  Sangat banyak orang menyia-nyiakan kesempatan dari Tuhan.  Manusia tetap saja mengeraskan hati dan dengan sengaja menutup hati dan telinganya dari peringatan Tuhan ini.  Ingat!  "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  (Ibrani 2:2).  Hati-hati!

Bila kesempatan sudah lewat, maka penyesalan pun tiada guna, seperti yang dialami Esau,  "...sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata."  Ibrani 12:17

Sunday, January 26, 2020

SYARAT MENGALAMI KEAJAIBAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2020

Baca:  Yesaya 43:8-21

"Beginilah firman TUHAN, yang telah membuat jalan melalui laut dan melalui air yang hebat,"  Yesaya 43:16

Tuhan memberikan perintah kepada orang percaya untuk meninggalkan kehidupan yang duniawi, menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat membuat mereka tercemar dan kehilangan kekudusan,  "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).  Perintah ini harus ditaati, apabila dilanggar, maka ada konsekuensi yang harus ditanggung.  Perintah Tuhan ini sangat keras, tapi bertujuan untuk kebaikan kita.  Kalau kita mau taat, ada upah yang Tuhan sediakan bagi kita.  Ketaatan akan menuntun kita untuk melihat dan mengalami keajaiban Tuhan.

     Suatu ketika bangsa Israel harus melewati sungai Yordan karena tidak ada jalan lain, padahal sungai itu sangat dalam.  Mereka harus menunggu selama tiga hari sampai mereka mendapatkan petunjuk dari Tuhan, yaitu mereka harus mengikuti Tabut Perjanjian yang diangkat oleh suku Lewi, namun antara mereka dengan Tabut Perjanjian itu harus ada jarak  "...kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya--maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu."  (Yosua 3:4).  Selain itu mereka juga diperintahkan untuk menguduskan diri, sebab Tuhan hendak melakukan keajaiban di tengah-tengah mereka  (Yosua 3:5).  Artinya syarat untuk dapat melihat dan mengalami keajaiban Tuhan harus hidup dalam kekudusan.  Saat umat Israel taat melakukan apa yang Tuhan perintahkan,  "Segera sesudah kaki para imam pengangkat tabut TUHAN, Tuhan semesta bumi, berhenti di dalam air sungai Yordan, maka air sungai Yordan itu akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir menjadi bendungan."  (Yosua 3:13).  Sungai itu menjadi kering, selagi para imam berhenti di tengah-tengah sungai Yordan, sehingga umat Israel pun menyeberang di tanah yang kering.

     Pada waktu menyeberang mereka melewati Tabut Perjanjian yang sedang berhenti.  Tabut perjanjian itu kudus, karena merupakan lambang kehadiran Tuhan.  Siapa pun yang lewat di depan Tabut Perjanjian dengan keadaan tidak kudus, akan mati.

Ingin mengalami mujizat Tuhan dalam hidup ini?  Taat dan kuduskan diri Saudara.

Catatan:
"'Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.' Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  (Roma 9:15-16).

Saturday, January 25, 2020

NIAT JAHAT: Doa Tak Dijawab

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2020

Baca:  Mazmur 66:1-20

"Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar."  Mazmur 66:18

Firman Tuhan secara tegas menyatakan bahwa faktor utama yang memisahkan manusia dari Tuhan adalah dosa  (Yesaya 59:1-2).  Sebaliknya, kekudusan mendekatkan manusia dengan Tuhan, sebab Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Mahakudus,  "sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan."  (Ibrani 12:14).  Ini yang kurang disadari oleh kebanyakan orang Kristen, sehingga ketika doa-doanya tidak beroleh jawaban, dimana hal pertama yang mereka lakukan adalah langsung menyalahkan Tuhan.

     Jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan!  Banyak faktor yang membuat doa-doa kita tak dijawab oleh Tuhan.  Faktor utamanya adalah dosa dan kesalahan kita  (Yesaya 59:1-2).  Karena itu kita harus mengoreksi diri terlebih dahulu sebelum complain kepada Tuhan.  Ayat nas adalah pernyataan luar biasa dari Daud, seorang raja yang mempunyai persekutuan yang karib dengan Tuhan.  Karena begitu dekat dengan Tuhan, Daud tahu benar apa yang menjadi kemauan dan kehendak Tuhan.  Kalau ada niat jahat dalam hati saja Tuhan tidak akan mendengar doanya, apalagi menjawab doanya.  Padahal itu hanya sebatas niat di dalam hati, belum diwujudkan melalui sebuah tindakan.  Terlebih-lebih bagi mereka yang melakukan kejahatan dan hidup dalam dosa,  "Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku. Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN, tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku,"  (Amsal 1:28-30).  Sebelum semuanya terlambat, segeralah datang kepada Tuhan, akui dengan jujur setiap dosa kesalahan di hadapan-Nya.

     Tuhan kita adalah Tuhan yang setia, juga berlimpah dengan kemurahan,  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).

"Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu."  Yeremia 5:25

Friday, January 24, 2020

DIBERKATI DAN BERDIRI KOKOH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Januari 2020

Baca:  Matius 24:29-36

"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."  Matius 24:35

Membaca firman Tuhan  (Alkitab)  setiap hari dan merenungkan firman itu siang dan malam adalah bagian penting dalam hidup orang percaya.  Tapi sayang, banyak orang Kristen menganggap remeh dan sepele hal membaca firman Tuhan ini, itulah sebabnya mereka jarang sekali membuka Alkitab, kecuali kalau pergi ke gereja.

     Perhatikan apa yang Tuhan nasihatkan kepada Yosua, saat ia dipercaya untuk memimpin bangsa Israel, menggantikan Musa,  "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).  Jelas sekali dinyatakan bahwa kunci supaya perjalanan hidup kita berhasil dan beruntung  (diberkati)  adalah kita harus tekun membaca firman Tuhan, memperkatakan, merenungkan siang dan malam, dan melakukannya.  Firman Tuhan akan membantu kita berdiri tetap kuat dalam masa-masa yang sulit.  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Membaca firman-Nya setiap hari dan merenungkannya membuat hidup kita makin berkenan kepada Tuhan, karena kita telah membentuk suatu pola hidup sesuai kehendak-Nya.  Itulah kunci untuk diberkati Tuhan!

     Tak seorang pun sanggup membangun rumah yang tahan terhadap terjangan angin, badai dan banjir, tanpa terlebih dahulu membangun pondasi yang kuat bagi rumah itu.  Begitu pula dalam bangunan rumah rohani kita, juga harus dibangun di atas dasar firman Tuhan sebagai pondasinya. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu."  (Matius 7:24-25).  Doa adalah kunci berikutnya.  Doa adalah kekuatan rohani yang sanggup mematahkan setiap siasat Iblis.  Karena itu  "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya"  (Efesus 6:18b) 

Firman Tuhan dan doa adalah kunci penting mencapai keberhasilan hidup! 

Catatan:
"'Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.' Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  Roma 9:15-16

Thursday, January 23, 2020

IBADAH TIDAK BISA MAIN-MAIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2020

Baca:  Pengkhotbah 4:17, 5:1-6

"Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah ! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat."  Pengkhotbah 4:17

Ibadah itu bukanlah sekedar aktivitas rohani yang biasa kita lakukan di gereja setiap hari Minggu atau saat menghadiri persekutuan-persekutuan.  Banyak orang Kristen menganggap bahwa ibadah kepada Tuhan adalah perkara yang biasa atau sekedar kewajiban yang harus dikerjakan.  Perhatikan baik-baik!  Ibadah itu bukan sekedar duduk, menyanyi, mendengarkan koor, mendengarkan kesaksian, memberikan persembahan  (kolekte), dan mendengarkan hamba Tuhan berkhotbah.

     Melalui renungan ini kita diingatkan tentang pentingnya arti ibadah.  Ibadah yang dilakukan dengan sembarangan, tanpa kesungguhan hati dan takut akan Tuhan, tidak akan menghasilkan kuasa.  Karena itu  "Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah ! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat."  (ayat nas).  Kata  'jagalah'  mengandung unsur kewaspadaan, karena setiap orang selalu mengalami pergumulan terlebih dahulu sebelum melangkah ke tempat ibadah.  Tujuan kita datang beribadah ke rumah Tuhan adalah untuk bertemu dengan Tuhan secara pribadi, melihat wajah-Nya dan merasakan hadirat-Nya, serta untuk mendengar pengajaran firman Tuhan.  Inilah esensi ibadah!

     Saat kita beribadah kepada Tuhan sesungguhnya kita juga sedang berada di dalam peperangan rohani, yaitu apakah kita benar-benar mencari hadirat Tuhan atau mencari yang lain.  Tidak sadarkah kita bahwa ketika kita melangkah ke rumah Tuhan, kita sedang menuju takhta Tuhan yang Mahakudus?  Pemazmur menyatakan,  "TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus;"  (Mazmur 11:4a), dan orang yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus adalah  "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat  dari TUHAN"  (Mazmur 24:4-5).

Ibadah yang berkenan kepada Tuhan pasti mendatangkan berkat dan pemulihan!

Wednesday, January 22, 2020

TAK PERLU TAKUT, TUHAN BERSAMA KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Januari 2020

Baca:  Yesaya 51:1-23

"Akulah, Akulah yang menghibur kamu. Siapakah engkau maka engkau takut terhadap manusia yang memang akan mati, terhadap anak manusia yang dibuang seperti rumput,"  Yesaya 51:12

Ketakutan menjadi persoalan terbesar dalam hidup manusia hari-hari ini.  Contoh kasus seorang artis terkenal atau bos besar rela mengeluarkan banyak uang demi menyewa bodyguard untuk mengawal dan menjaganya agar aman dan terlindungi dari orang-orang yang berniat jahat.  Ketika orang membangun rumah, unsur keamanan menjadi perhatian utama:  pasang pagar berduri, alarm, pasang CCTV di setiap sudut ruangan, agar rumahnya tidak dibobol maling.  Intinya, banyak orang dihantui oleh rasa takut.

     Bagaimana pun situasinya, firman Tuhan menguatkan kita agar tidak takut,  "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7).  Dalam praktiknya masih banyak orang percaya hidup dalam ketakutan.  Ada banyak faktor yang membuat orang dihantui oleh rasa takut:  1.  Hidup jauh dari Tuhan.  Semakin kita meninggalkan Tuhan dan hidup jauh dari hadirat-Nya, semakin kita hidup dalam ketakutan.  Sebaliknya, Alkitab menyatakan bahwa jika Tuhan ada di pihak kita, tidak ada yang dapat melawan kita, tidak ada yang perlu ditakutkan.  Jadi, selama kita dekat dengan Tuhan dan hidup dalam kuasa-Nya, tidak ada alasan untuk kita menjadi takut, karena kita percaya bahwa janji Tuhan ya dan amin.  Bahkan  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).

     2.  Hidup dalam ketidaktaatan.  Karena tahu sudah melanggar perintah Tuhan, Adam dan Hawa pun menjadi takut.  "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."  (Kejadian 3:10).  Kita harus menjadi orang yang taat, sebab ketaatan mendatangkan berkat dari Tuhan.

Selama kita hidup dekat dengan Tuhan dan taat kepada-Nya, kita pasti dijaga Tuhan seperti biji mata-Nya sendiri.

Tuesday, January 21, 2020

KRISTUS ADALAH JURUSELAMAT KITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Januari 2020

Baca:  Yesaya 43:8-21

"Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku."  Yesaya 43:11

Sering dijumpai ada banyak orang Kristen merasa malu membuka jati dirinya sebagai pengikut Kristus di hadapan orang-orang dunia.  Sebagai pengikut Kristus  (Kristen)  seharusnya kita berbangga hati, sebab kita memiliki seorang Juruselamat.  Karena kita memiliki Juruselamat maka ada jaminan keselamatan kekal bagi kita yang percaya kepada-Nya.  Orang-orang dunia menganggap bahwa Kristus itu tak lebih dari seorang pemimpin rohani bagi umat Kristen, atau nabi yang kualitasnya tak jauh berbeda dengan nabi-nabi lainnya.  Salah besar!  Kristus itu bukan hanya pemimpin rohani, bukan hanya nabi, tapi Dia adalah Tuhan dan Sang Juruselamat,  "...tidak ada juruselamat selain dari Aku."  (Hosea 13:4), sebab:  "keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).

     Alkitab menyatakan bahwa barangsiapa percaya kepada Kristus tidak akan mengalami kebinasaan, melainkan beroleh jaminan hidup yang kekal  (Yohanes 3:16).  Sebagai Juruselamat, Kristus rela mengorbankan nyawa-Nya mati di kayu salib untuk menebus dosa kita. Dosalah yang membuat manusia hidup terpisah dan jauh dari Bapa;  dosalah yang membuat manusia berada di dalam kebinasaan kekal;  dosalah yang membuat manusia hidup dalam kutuk.  Karya pengorbanan Kristus ini mendekatkan kita dengan Bapa, bahkan kita yang percaya dalam nama-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak-Nya  (Yohanes 1:12).  Adakah pemimpin rohani atau nabi yang seperti Kristus?

     Tugas kita sekarang adalah mengerjakan keselamatan yang telah kita terima ini dengan takut dan gentar  (Filipi 2:12).  Ini adalah proses yang harus kita kerjakan seumur hidup kita, karena keselamatan yang kita terima bisa hilang bila kita tidak secara konsisten hidup di jalan Tuhan.  Jika saat ini kita mulai menyimpang dari jalan-jalan Tuhan, mari segeralah sadar.  Adakalanya Tuhan harus menegur dan memperingatkan kita dengan keras.  Bersyukurlah dan jangan memberontak!  Sebab Tuhan lakukan ini dengan maksud dan tujuan yang jelas yaitu membentuk dan memurnikan hidup kita, sehingga karya keselamatan yang sudah Ia kerjakan tidak menjadi sia-sia.

Kristus adalah satu-satunya Sang Juruselamat, tidak ada yang lain!

Catatan:
 "'Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.' Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."  Roma 9:15-16