Monday, November 30, 2020

TAMPAK ROHANI HANYA DI DEPAN MANUSIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2020

Baca:  1 Petrus 2:1-10

"Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah."  1 Petrus 2:1

Adalah kesalahan besar di dalam diri orang Kristen bila kita berusaha menunjukkan diri agar tampak rohani di hadapan manusia.  Kita berusaha menunjukkan kesucian hidup dengan perkataan-perkataan yang tampak rohani dan alkitabiah.  Tidak ada keuntungan yang kita dapatkan ketika kita berusaha berkenan di hati manusia, ketika kita bersikap pura-pura baik dan berpura-pura rohani di depan umum, dengan maksud untuk mendapatkan perhatian, pujian dan sanjungan.  Inilah yang biasa dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi!  "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;"  (Matius 23:5).  Kita lupa bahwa apa yang terlihat dari luar bukanlah kriteria penilaian Tuhan, sebab Tuhan menyelidiki isi hati.  Tuhan sangat mengasihi orang-orang yang menjaga hatinya, tapi Ia benci terhadap kemunafikan.

     Mengapa kita cenderung lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan?  Mengapa kita lebih menginginkan pengakuan dari mulut manusia daripada mendapatkan perkenanan dari Tuhan?  Mungkin kita berpikir bahwa ketika kita berlaku hidup benar dan menjaga hati tetap murni kita justru mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari manusia:  dibenci, dijauhi, dicemooh, Iblis pun mengambil keuntungan dari situasi ini dengan menarik perhatian kita untuk lebih mengutamakan penilaian manusia terhadap kita.

     Berhati-hatilah!  Jangan sampai kita terjebak dalam belenggu kepura-puraan, dengan berusaha untuk tampak benar di hadapan manusia.  Jangan sampai kita hanya dapat mengajarkan orang lain untuk hidup dalam kebenaran dan membangun hubungan yang karib dengan Tuhan, tetapi kita sendiri justru tidak memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan, karena segala sesuatu yang kita kerjakan hanya sebatas aktivitas agamawi.  Segeralah bertobat sebelum semuanya terlambat!  Jangan sampai kita ini berlaku seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi!  "...mengajarkannya tetapi tidak melakukannya."  (Matius 23:3).  Jangan hanya menjadi seorang Kristen teori!  Apalah artinya pujian dan penghormatan dari manusia, tapi akhirnya ditolak oleh Tuhan.

Tuhan menghendaki kita menjadi pelaku-pelaku firman!  Sebab yang Tuhan lihat dan perhatikan adalah buah-buah pertobatan dari hidup kita!

Sunday, November 29, 2020

BERPALING DARI TUHAN: Berakibat Fatal

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2020

Baca:  1 Raja-Raja 11:1-13

"...supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN."  1 Raja-Raja 11:10

Kalau kita perhatikan secara teliti, secara garis besar ada tiga tahapan perjalanan hidup Salomo;  1.  Hidup takut akan Tuhan dan mengandalan Dia.  2.  Masa-masa kejayaan.  3.  Kemerosotan atau kejatuhan.  Salomo gagal mempertahankan kesetiaannya kepada Tuhan setelah ia sukses dan berjaya.  Bisa dikatakan ia memulai secara roh, tapi mengakhirinya secara daging.  Oleh karena itu kita tak bisa membangga-banggakan kehidupan di masa lalu, karena yang Tuhan lihat adalah kehidupan saat ini dan nantinya, dan hanya orang-orang yang setia dan taat sampai akhirlah yang akan menikmati kemuliaan yang Tuhan sediakan!  Tuhan menghendaki kehidupan kekristenan kita semakin hari semakin bertumbuh, bukan jatuh bangun, terseok-seok dan semakin merosot.

     Bercermin dari pengalaman hidup Salomo ada dua kemungkinan ketika seseorang hidup dalam keberkatan, yaitu semakin taat dan mengasihi Tuhan, atau sebaliknya justru membuatnya lupa diri dan akhirnya meninggalkan Tuhan.  Berkat materi yang melimpah dapat menyondongkan hati seseorang kepada kehidupan dunia yang sarat dengan hawa nafsu.  Inilah celah yang dimanfaatkan oleh Iblis untuk menghancurkan hidup manusia!  Ternyata Iblis tidak secara langsung atau frontal membuat orang jatuh dan meninggalkan Tuhan, tapi melalui siasat dan taktik yang begitu rapi, tahap demi tahap.  Mencintai wanita-wanita asing!  Inilah yang akhirnya menjadi jerat bagi Salomo yang membawanya jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala.  Padahal Tuhan sudah menampakkan diri-Nya kepada Salomo sampai dua kali dan memperingatkan keras  "...supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN."   (ayat nas), Salomo tetap tak bergeming.  "Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu."  (1 Yohanes 2:15b).

     Salomo tak menghiraukan peringatan Tuhan ini dan malah membelakangi Tuhan karena mata rohaninya telah dibutakan oleh harta, kekuasaan dan kenikmatan duniawi.  Salomo lupa bahwa setiap ketidaktaatan selalu mendatangkan hukuman!

Akibat ketidaktaan Salomo sendiri Tuhan berkata,  "Aku akan mengoyakkan kerajaan itu..."  (1 Raja-Raja 11:11)  dan membangkitkan lawan-lawan bagi Salomo.

Saturday, November 28, 2020

CARA PANDANG KITA: Mempengaruhi Hidup Kita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2020

Baca:  Bilangan 13:1-33

"Mereka membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada segenap umat itu dan memperlihatkan kepada sekaliannya hasil negeri itu."  Bilangan 13:26b

Masalah yang dialami, situasi atau keadaan yang terjadi di sekitar bisa berdampak buruk namun juga bisa mendatangkan kebaikan.  Hal itu bergantung dari cara kita memandang atau menyikapinya.  Masalah berat dan situasi sulit seringkali menjadi beban yang begitu menekan dan membuat orang menjadi patah semangat dan menyerah.  Hati dan pikiran dikuasai oleh ketakutan dan kekuatiran, akhirnya sikap pesimis pun menguasai.

     Suatu ketika Musa mengutus 12 orang pengintai untuk pergi mengintai tanah Kanaan.  Kedua belas orang itu adalah para pemimpin dari masing-masing suku di Israel.  Menjadi perwakilan suku berarti bukanlah sembarang orang, melainkan orang-orang pilihan yang memiliki potensi dan kualitas hidup yang sangat mumpuni.  Namun meski sama-sama mengintai tempat  (obyek)  yang sama dan lamanya waktu untuk mengintai juga sama, yaitu empat puluh hari  (Bilangan 13:25), tapi mereka pulang dengan membawa laporan yang berbeda:  10 orang memberikan laporan negatif, sehingga semua orang yang mendengarnya menjadi takut dan was-was.  2 orang membawa laporan positif, yang menguatkan dan membangkitkan semangat.  Mengapa hasil laporannya ada dua versi?  Yang membedakan adalah cara pandang!  Kalau kita memandang diri kita ini penuh kekurangan dan keterbatasan, kita pasti lemah dan menjadi takut:  "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita."  (Bilangan 13:31).  Mereka merasa kecil sedangkan musuh tampak besar seperti raksasa yang sepertinya mustahil dikalahkan.  Mereka langsung gemetar melihat orang-orang yang mendiami Kanaan berperawakan seperti raksasa  (Bilangan 13:32-33).

     Jangan mau dikalahkan situasi!  Jangan termakan provokasi Iblis!  Kita harus punya iman seperti Yosua dan Kaleb:  "Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"  (Bilangan 13:30).  Iman Yosua dan Kaleb menjadi bangkit oleh karena pandangannya terarah kepada Tuhan!  "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah."  (Mazmur 16:8).

Pandanglah terus hanya kepada Tuhan Yesus!  Bersama Dia kita pasti sanggup menanggung segala perkara!

Friday, November 27, 2020

TANPA KEKUDUSAN: Tak Bisa Mendekati Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 November 2020

Baca:  Keluaran 15:1-21

"Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?"  Keluaran 15:11

Kekudusan adalah atribut Tuhan yang paling mendasar.  Karena Tuhan adalah Mahakudus, maka Ia tak mengenal kata  'kompromi'  terhadap segala yang jahat, najis dan cemar.  Sebab kekudusan bertolak belakang dengan dosa dan tidak bisa berjalan beriringan dengan dosa.  Karena Tuhan adalah kudus maka hidup kudus adalah mutlak bagi orang percaya, sebab tak seorang pun dapat datang kepada-Nya dengan sembarangan, tanpa kekudusan kita tak dapat menghampiri Dia.  "...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan."  (Ibrani 12:14).  Kita patut bersyukur karena Kristus rela mengorbankan nyawa-Nya agar kita yang berdosa beroleh pemulihan hubungan Bapa dan dilayakkan untuk menghadap hadirat-Nya yang kudus.

     Secara sederhana arti kudus adalah hidup tanpa dosa.  Karena kita telah disucikan melalui korban Kristus, kita harus berjuang untuk menjauhkan diri dari dosa, sebab di hadapan Tuhan tidak ada istilah dosa besar atau kecil, dosa sepele atau dosa serius, dosa putih atau hitam, yang namanya dosa tetaplah suatu pemberontakan kepada Tuhan, ketidaktaatan terhadap firman Tuhan.  Lalu bagaimana cara mengejar kekudusan?  Diawali dari ketekunan dalam membaca dan merenungkan firman Tuhan, saat itulah Roh Kudus akan bekerja memperbaharui hati dan pikiran kita dengan firman-Nya sebagai proses menuju kepada kepekaan rohani:  panca indera menjadi terlatih untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan  (Ibrani 5:14).  Untuk hidup kudus dibutuhkan komitmen dan disiplin diri!  Komitmen berbicara tentang ketetapan hati untuk hidup sesuai firman Tuhan.  Disiplin diri berarti melatih diri melakukan segala sesuatu dengan tertib, teratur dan berkesinambungan.  Jadi kekudusan adalah suatu proses hidup!

     Bila sadar bahwa berbuat dosa adalah perbuatan menyakiti Tuhan dan membuat Dia murka, kita akan terdorong menjauhkan diri dari dosa dan godaan.  Kita tidak dapat hidup kudus tanpa Roh Kudus bekerja di dalam kita.  Ketika kita menetapkan hati untuk hidup kudus, Roh Kudus pasti akan menolong dan memampukan kita.

Hidup kudus adalah langkah pertama untuk bisa mendekat kepada Tuhan!

Thursday, November 26, 2020

HIDUP KUDUS BERARTI MEMISAHKAN DIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 November 2020

Baca:  Imamat 20:1-27

"Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku."  Imamat 20:26

Siapapun orangnya, ia pasti tidak akan mencampur pakaian yang sudah bersih dan rapi terseterika dengan pakaian yang sudah terpakai  (kotor)  di satu tempat yang sama.  Kita pasti menaruhnya di tempat yang terpisah.  Hal membuang sampah saja kita pun memisahkan antara sampah kering dan basah di tempat yang terpisah.  Mengapa harus ada pemisahan?  Sebab jika yang baik dan tidak baik dijadikan satu hasilnya akan runyam  (terkontaminasi/tercemar).  "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."  (Matius 7:6).  Tak mungkin pula kita menyimpan barang yang sangat berharga di tempat sembarangan, kita pasti menaruhnya di tempat yang tersembunyi dan aman, supaya tidak bisa diambil atau dicuri oleh orang lain.

     Tuhan memanggil kita bukan untuk melakukan hal-hal yang cemar  (1 Tesalonika 4:7), melainkan kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan!  "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:14-16).  Tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus.  Jika Roh Kudus ada di dalam kita, kita tidak bisa mencampurkan sesuatu yang kudus dengan yang najis  (cemar).  Karena itu orang percaya harus memiliki kepekaan rohani, sehingga  "...dapat membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis,"  (Imamat 10:10).

     Kristus sudah menebus hidup kita dengan darah-Nya yang mahal, berarti hidup kita ini bukan lagi milik kita sendiri, melainkan sudah sepenuhnya menjadi milik Kristus, maka dari itu kita harus menyerahkan seluruh anggota tubuh kita ini sepenuhnya untuk dipakai sebagai senjata kebenaran, bukan sebagai senjata kelaliman  (Roma 6:13).

Hidup dalam kekudusan berarti tidak mau berkompromi dengan dosa, artinya menjauhkan diri dari segala kecemaran!

Wednesday, November 25, 2020

BERITAKANLAH KEDAHSYATAN KUASA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2020

Baca:  Matius 28:16-20

"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi."  Matius 28:18

Tak seharusnya orang percaya hidup dalam kekalahan, sebab Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang mempunyai segala kuasa di sorga dan di bumi.  Kita layak berbangga hati dan berjalan dengan kepala yang tidak lagi tertunduk, sebab Kristus yang hidup di dalam kita adalah Tuhan segala kuasa dan otoritas  (di bumi dan di sorga).

     Iblis tidak lagi mempunyai kuasa atau otoritas.  Sayang, banyak orang Kristen tak menyadari akan hal ini sehingga mereka masih saja mau diperbudak oleh Iblis, padahal Kristus sudah menang atas Iblis, dan belenggu dosa telah dipatahkan-Nya melalui kebangkitan-Nya.  Ada tertulis:  "...oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut."  (Ibrani 2:14-15).  Kata  'memusnahkan'  memiliki arti:  menghancurkan, melumpuhkan, mengalahkan, dan membuat menjadi sia-sia.

     Rasul Paulus menjelaskan secara gamblang betapa dahsyatnya kuasa yang dimiliki oleh Tuhan Yesus,  "Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka."  (Kolose 2:15).  Iblis dan bala tentaranya sudah tak lagi punya kuasa!  "Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"  (1 Korintus 15:55).  Kitalah yang seharusnya membelenggu dan membungkam Iblis, sebab di dalam kita ada kuasa dari tempat yang Mahatinggi, Tuhan telah memberikan kuasa kepada kita.  "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu."  (Lukas 10:19).  Ular dan kalajengking berbicara tentang Iblis dan roh-roh jahat.  Kita tak perlu takut terhadap apa pun yang dikerjakan Iblis!

     Di masa akhir jelang kedatangan Tuhan yang semakin dekat ini biarlah kita makin semangat mengerjakan panggilan-Nya, terus maju dengan kaki yang berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil dan bersaksi tentang kedahsyatan kuasa Tuhan kepada dunia!

Roh Tuhan ada pada kita dan mengurapi kita!  Inilah saatnya menunaikan tugas pelayanan dengan roh yang menyala-nyala bagi Tuhan dan jiwa-jiwa.

Tuesday, November 24, 2020

JANGAN TURUT NASIHAT ORANG FASIK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2020

Baca:  Mazmur 1:1-6

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,"  Mazmur 1:1

Banyak orang ketika punya masalah yang berat atau menemui jalan buntu langsung mengambil gadget dan mencurahkan semua curahan hatinya lewat media sosial, berharap mendapatkan solusi.  Apa yang terjadi kemudian?  Jalan keluar tak didapat, keadaan pun semakin runyam karena ia mendapatkan komentar-komentar pedas, cemoohan-cemoohan dari para netizen.  Ada pula orang, yang ketika punya masalah, tanpa berpikir jernih langsung meminta nasihat kepada orang pintar, dukun atau paranormal.  Padahal nasihat orang fasik tak memberi jalan keluar, justru semakin menjerumuskan, sebab  "Jalan orang fasik itu seperti kegelapan;"  (Amsal 4:19).

     Mana yang Saudara pilih?  Memilih berjalan menurut nasihat firman Tuhan atau berjalan menurut nasihat orang fasik, mengikuti jalan orang berdosa?  "Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri,"  (Amsal 21:2), dan  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).  Kalau kita menuruti nasihat orang fasik, hidup kita bukannya menjadi lebih baik tapi malah semakin hancur.  Karena itu jangan sekali-kali berpaling dari Tuhan dan jalan-jalan-Nya!  Pemazmur menasihati kita untuk selalu mendekat kepada Tuhan.  Mendekat kepada Tuhan berarti membangun persekutuan yang karib dengan Dia dan menyukai Taurat Tuhan,  "...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (Mazmur 1:2-3).

     Orang yang tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya akan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran Sungai Kehidupan, yang tiada pernah berhenti mengalir di segala musim.  Sekalipun dunia sedang mengalami krisis dan dilanda kekeringan, orang yang hidup menurut nasihat firman Tuhan akan menikmati buah  (jawaban doa)  dari setiap pergumulan yang dialami, bahkan Tuhan membuat segala yang diperbuatnya berhasil.

Nasihat firman Tuhan adalah jawaban untuk semua permasalahan hidup kita!

Monday, November 23, 2020

MASA DEPAN, KELIMPAHAN DAN KEMENANGAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 November 2020

Baca:  Yakobus 1:12-18

"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran."  Yakobus 1:17

Rancangan Tuhan bagi kehidupan orang percaya adalah baik dan sempurna adanya:  1.  Masa depan cerah.  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).

     Dunia penuh dengan gejolak, sehingga banyak orang pesimis dengan hari esok.  Namun sebagai orang percaya kita harus tetap optimis sebab Kristus sudah bangkit dari kematian dan mengalahkan maut, maka ada hari esok,  "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."  (Amsal 23:18).  2.  Hidup berkelimpahan.  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Hidup berkelimpahan memiliki makna sangat luas, meliputi kehidupan jasmani dan rohani:  keselamatan, pengampunan dosa, kesembuhan, keamanan, perlindungan, damai sejahtera, sukacita... sedangkan berkat materi itu hanyalah bonus.

     3.  Hidup berkemenangan.  "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."  (Roma 8:37).  Jaminan kemenangan hidup kita adalah di dalam Kristus!  Jadi hidup berkemenangan terletak pada keyakinan kita bahwa Tuhan ada di pihak orang percaya.  Karya Kristus melalui penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya telah menjadikan kita yang percaya kepada-Nya sebagai umat pemenang: menang terhadap dosa dan dunia dengan segala permasalahannya  (1 Yohanes 5:4-5).  Yesus menegaskan,  "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu."  (Yohanes 14:12).  Dengan kuasa kemenangan dari Tuhan, orang percaya dimampukan melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, sebab Roh di dalam kita jauh lebih besar dari roh yang di dalam dunia.

Ada masa depan, berkat dan kemenangan bagi setiap orang yang hidup di dalam Tuhan!

Sunday, November 22, 2020

SEMAKIN KUAT ATAU MELEMAH?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 November 2020

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Mereka berjalan makin lama makin kuat,"  Mazmur 84:8 

Ketika dihadapkan pada masalah, setiap orang memiliki respons hati yang berbeda-beda.  Ada yang merespons dengan sikap hati yang benar, ada pula yang menyikapinya dengan negatif.  Orang yang respons hatinya benar, sekalipun diterpa badai hidup sebesar apa pun, akan tetap kuat menghadapinya.  Sebaliknya ada orang yang menghadapi masalah kecil saja langsung lemah karena respons hatinya salah.

     Semakin kuat atau semakin lemah sangat bergantung pada fondasi hidup kita masing-masing.  "Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak."  (1 Korintus 3:12-13).  Ada perbedaan yang menyolok antara kayu, rumput atau jerami dengan emas, perak atau batu permata.  Kayu, rumput atau jerami bila dibakar justru pasti akan hangus musnah.  Berbeda dengan emas, perak dan batu permata, yang bila dibakar justru semakin murni.  Kehidupan orang percaya haruslah tetap kuat di segala situasi:  "...melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat," (Mazmur 84:7-8).  Masalah, ujian dan tantangan yang semakin berat seharusnya semakin mendorong kita untuk hidup melekat kepada Tuhan, sehingga kita mampu memandang setiap permasalahan dengan kacamata iman.

     Bagaimana supaya kita tetap kuat dan mampu bertahan?  Semua bergantung pada fondasi rumah rohani kita.  Fondasi itu adalah persekutuan yang karib dengan Tuhan dan tinggal di dalam firman-Nya:  "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau."  (Mazmur 84:5)  dan  "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun."  (Lukas 6:47-48).  Dengan mengandalkan kekuatan sendiri, kita takkan mampu bertahan di tengah goncangan dunia.

Kekuatan hidup orang percaya ada di dalam Tuhan!  Karena itu melekatlah kepada Tuhan senantiasa.

Saturday, November 21, 2020

HIDUP SEPERTI BUNGA DAN BAYANG-BAYANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2020

Baca:  Ayub 14:1-22

"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan."  Ayub 14:1-2

Ayat nas menyatakan bahwa semua manusia yang lahir dari perempuan adalah singkat umurnya.  Singkatnya umur manusia itu digambarkan seperti bunga yang sebentar berkembang lalu layu, dan seperti bayang-bayang yang tak dapat bertahan lama.

     Karena hari-hari manusia di dunia sangatlah singkat maka kita harus mempergunakan waktu dan kesempatan sebaik mungkin, sebagaimana Musa berdoa,  "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."  (Mazmur 90:12).  Waktu adalah harta yang sangat berharga, karena itu jangan pernah sia-siakan, sebab waktu terus melaju dan tak bisa dihentikan.  Jika waktu sudah berlalu atau lewat tak akan pernah kembali.  Supaya tidak timbul penyesalan di kemudian hari.  "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).

     Yesus memberikan teladan menggunakan waktu dengan baik!  Waktunya yang singkat saat berada di bumi tak pernah di sia-siakan:  "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."  (Yohanes 5:17).  Sepadat apa pun pelayanan-Nya Ia tak pernah melalaikan jam-jam doanya untuk membangun persekutuan dengan Bapa.  Waktunya yang singkat Ia peergunakan secara maksimal untuk menyelesaikan misi Bapa, yaitu  "...datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28).

     Sekalipu waktu di bumi teramat singkat, hidup kita seharusnya seperti bunga yang mengahadirkan keharuman dan keindahan sebelum ia layu.  Hidup kita seharusnya juga seperti bayang-bayang:  "...menghilang seperti bayang-bayang pada waktu memanjang,"  (Mazmur 109:23), yang ada pada pagi hingga sore hari hingga matahari terbenam.  Jika tidak ada bayang-bayang, panas matahari yang terik dapat menyengat dan membakar kulit kita.  Meski kehadiran bayang-bayang hanya sebentar, namun dapat menghadirkan kehangatan dan keteduhan.

Sekalipun hidup di dunia ini singkat, orang percaya harus bisa menjadi berkat!

Friday, November 20, 2020

SELESAIKAN PERTANDINGAN SAMPAI AKHIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2020

Baca:  1 Timotius 4:1-8

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman."  2 Timotius 4:7

Rasul Paulus menasihati orang percaya untuk selalu mengevaluasi diri setiap hari.  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri."  (Galatia 6:4-5).

     Mengevaluasi diri dan menguji pekerjaan sendiri sangatlah penting dengan tujuan mengoreksi hal-hal yang salah, mengetahui kekurangan dan kelemahan, kemudian mencari solusi, sehingga kita dapat melakukan sesuatu secara benar dan jauh lebih baik dari sebelumnya.  Di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang semakin dekat ini bukan saatnya untuk bersantai-santai, tapi haruslah kita perhatikan kehidupan rohani kita:  apakah kita sudah setia melayani Tuhan atau sudah menjadi pelaku-pelaku firman.  Banyak orang Kristen memulai segala sesuatu dengan baik  (studi, pekerjaan, pelayanan), tapi hal itu tak bertahan lama... lambat laun semangat makin kendur dan akhirnya menyerah di tengah jalan.  Apa yang Tuhan sudah percayakan tak dikerjakan sampai tuntas:  dimulai dengan baik di dalam roh, tapi diakhiri di dalam daging  (Galatia 3:3).

     Tuhan menghendaki kita dapat mengakhiri pertandingan dengan baik.  Artinya bertanding sesuai dengan aturan yang berlaku  (sesuai firman Tuhan)  sampai akhir, tidak menempuh jalan pintas, sesuai di jalur yang ditetapkan, tidak menyimpang dari jalurnya.  Tuhan juga menghendaki kita memelihara iman dengan baik.  "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula."  (Ibrani 3:14).  Di dalam Kristus kita beroleh pengampunan dosa, keselamatan, berkat-berkat rohani,  "...asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula."  (ayat nas).  Artinya selama kita masih hidup di dunia ini kita harus mempertahankan apa yang sudah menjadi bagian kita di dalam Kristus itu dengan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar  (Filipi 2:12)  dan memelihara iman kita sampai akhir, jangan sampai gugur di tengah jalan.

Ada mahkota kebenaran tersedia bagi orang yang mampu menyelesaikan pertandingan sampai garis akhir!

Thursday, November 19, 2020

MENJADI ORANG YANG DIPERCAYA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2020

Baca:  1 Tawarikh 17:16-27

"Ya TUHAN, oleh karena hamba-Mu ini dan menurut hati-Mu Engkau telah melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukan segala perkara yang besar itu."  1 Tawarikh 17:19

Dipercaya melakukan tugas tertentu adalah kebanggaan tersendiri, apalagi yang mempercayakannya adalah Tuhan, tentu merupakan anugerah yang tak ternilai harganya.

     Daud sangat bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah membawa dia sampai sejauh itu  (1 Tawarikh 17:16).  Dari seorang yang bukan siapa-siapa dan dipandang remeh, Tuhan mempercayakan perkara-perkara besar kepada Daud.  Begitu pula rasul Paulus begitu antusias ketika dipercaya menjadi rekan kerja Tuhan,  "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku." (1 Kolose 1:24, 28-29).  Beroleh kepercayaan dari Tuhan bukan berarti perjalanan hidup seseorang menjadi mulus, terkadang justru semakin dihadapkan pada tantangan yang berat.  Meski demikian semangat rasul Paulus dalam melayani Tuhan tak pernah padam, karena ia sangat percaya jika Tuhan mempercayakan sesuatu kepadanya pastilah Ia akan menyertai, memampukan dan memperlengkapinya dengan kekuatan adikodrati.

     Untuk bisa menjadi orang kepercayaan Tuhan kita harus terlebih dahulu membuktikan kalau kita ini layak.  Ada harga yang harus dibayar:  kesetiaan, ketekunan, loyalitas!  Jika kita tidak setia, tak tekun dan tak punya loyalitas, mungkinkah Tuhan akan mempercayakan sesuatu yang besar?  Inilah janji Tuhan,  "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu."  (Yohanes 14:12a).  Jika saat ini kita dipercaya Tuhan, bukan karena kehebatan kita, tapi karena anugerah-Nya semata.

"...Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan." 2 Timotius 1:12

Wednesday, November 18, 2020

HARTA DUNIAWI BUKANLAH TUJUAN AKHIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 November 2020

Baca:  Pengkhotbah 5:7-19

"Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur."  Pengkhotbah 5:11

Setiap orang pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai.  Apa yang menjadi tujuan hidup Saudara di dunia ini?  Mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya?  Karena kita berpikir bahwa dengan memiliki harta kekayaan yang melimpah hidup kita pasti akan terjamin dan kita akan berbahagia seumur hidup kita.

     Siapa yang tak tahu tentang Salomo?  Seorang raja yang sangat terkenal dengan hikmat dan kekayaannya yang melimpah justru menyatakan bahwa kekayaan duniawi adalah sia-sia.  Ternyata memiliki kekayaan tidak dengan serta merta membuat orang hidup dalam kebahagiaan.  "Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?"  (Pengkhotbah 5:10).  Salomo punya pengalaman bahwa kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan mereka tidur.  Orang kaya selalu tidak tenang dalam hidupnya, tidur pun tidak bisa nyenyak, sebab ia selalu memikirkan harta kekayaannya.  Sungguh benar apa yang firman Tuhan katakan,  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Ketidakpuasan terhadap uang dan kekayaan mendorong setiap orang untuk mencari cara bagaimana meningkatkan kekayaannya:  bekerja tanpa mengenal waktu sampai lupa jam-jam ibadah, lupa jam-jam doa, mengesampingkan perkara-perkara rohani.  Rasul Paulus meminta Timotius memperingatkan orang-orang kaya,  "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan..."  (1 Timotius 6:17).  Harta kekayaan dunia bukanlah tujuan akhir hidup ini, sebab semua itu hanya sementara, dan  "...kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar."  (1 Timotius 6:7).

     Jika saat ini kita dipercaya Tuhan mengelola harta lebih, justru ini kesempatan untuk  "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya."  (1 Timotius 6:18-19).

Apalah artinya memperoleh seluruh dunia tapi kehilangan nyawa  (Matius 16:26).

Tuesday, November 17, 2020

MEMAHAMI KASIH DAN KESABARAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 November 2020

Baca:  Hosea 11:1-11

"Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku;"  Hosea 11:2a

Kekuatan dan kemampuan manusia sangatlah terbatas.  Bagaimanapun juga manusia hanyalah berasal dari debu, karena itu tak mungkin manusia dapat memahami dan menyelami jalan-jalan Tuhan yang heran dan ajaib.  Bahkan manusia tak mampu mengukur betapa lebar, panjang, tinggi dan dalamnya kasih Tuhan!

     Karena kasih Tuhan yang teramat besar kepada manusialah sehingga setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap firman-Nya, menyeleweng dari jalan-jalan-Nya, dan melakukan dosa, tak langsung dihukum dan dibinasakan... Tuhan berkata,  "Umat-Ku betah dalam membelakangi Aku; mereka memanggil kepada Baal dan berhenti meninggikan nama-Ku."  (Hosea 11:7), namun  "Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali."  (Hosea 11:9a).  Umat Israel jelas-jelas telah membelakangi Tuhan dan berpaling kepada berhala, tapi Tuhan tetap panjang sabar, tak langsung membinasakan mereka... kesempatan masih Dia berikan agar manusia kembali kepada-Nya.  Sesungguhnya hati Tuhan sangat sedih dan kecewa melihat kedegilan hati umat Israel, karena semakin mereka dipanggil semakin mereka menjauh dari hadapan-Nya  (ayat nas).  Tapi Tuhan tak menghendaki umat-Nya binasa.  Tuhan memperlakukan mereka dengan kesetiaan dan kasih!  "Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan."  (Hosea 11:4).

     Dari pengalaman bangsa Israel ini kita dapat belajar menghargai betapa besar kasih Tuhan kepada kita.  Sekalipun kita sering memberontak dan tidak taat Tuhan tetap menunjukkan kasih dan kesabaran-Nya terhadap kita.  Jangan pernah melupakan kasih dan kebaikan Tuhan dan berhentilah menyakiti hati Tuhan dengan perbuatan-perbuatan kita yang jahat.  Selagi masih ada kesempatan, bersungguh-sungguhlah hidup di dalam Tuhan!

"...Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  2 Petrus 3:9

Monday, November 16, 2020

JANGANLAH MENYERAH DAN BERPUTUS ASA!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 November 2020

Baca:  Amsal 18:1-24

"Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  Amsal 18:14

Semua orang mengakui bahwa hari-hari yang sedang kita jalani saat ini adalah hari yang teramat sukar, terlebih-lebih dengan adanya pandemi Covid-19.  Pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografis yang luas.  Pandemi Covid-19 ini benar-benar membawa dampak yang luar biasa di segala bidang kehidupan:  ekonomi menjadi sangat sulit, krisis terjadi di mana-mana, terjadi PHK secara besar-besaran, aktivitas manusia menjadi tersendat, proses belajar mengajar  (pendidikan)  pun terhenti.  Banyak orang menjadi frustasi, kehilangan semangat dan putus asa, karena merasa sudah tak kuat lagi menanggung beban hidupnya yang semakin berat.

     Rasa frustasi pernah dialami Elia.  Elia bukanlah sembarang orang, dia adalah nabi yang dipakai Tuhan secara luar biasa... tetapi Elia pernah berada di satu titik terendah dalam hidupnya, di mana ia kehilangan semangat hidup sehingga ingin mati.  Meski tidak ingin bunuh diri tetapi ia meminta kepada Tuhan untuk segera mengambil nyawanya,  "...ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: 'Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.'"  (1 Raja-Raja 19:4), padahal Elia baru saja meraih kemenangan besar dalam pelayanannya yaitu berhasil membunuh 450 nabi Baal.  Namun begitu Izebel mengancam membunuhnya, ia pun sangat takut dan frustasi.  Ia lari menyelamatkan diri ke gunung Horeb dan bersembunyi di sana.  Sepertinya ia mengalami kelelahan fisik dan mental.  Setelah berperang dan membantai nabi-nabi Baal di gunung Karmel ia lari dari kejaran orang-orang Izebel dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh menuju gunung Horeb.

     Dalam kelelahan yang sudah melebihi batas biasanya orang akan diserang oleh rasa mengasihani diri sendiri.  Saat tubuh dan jiwa merasa letih lesu dan berbeban berat perlu sekali orang rehat atau retreat sejenak!  Karena itu Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk melayani Elia  (1 Raja-Raja 19:5-8).

Sedang letih lesu dan berbeban berat?  Datanglah kepada Tuhan Yesus, Dia sanggup memulihkan keadaan kita.