Friday, February 19, 2021

Pengumuman

Dikarenakan penyadur baru menyadari bahwa adanya himbauan dari penerbit renungan harian Air Hidup pada edisi cetak, terkait dengan hak cipta, maka blog saduran ini tidak akan diteruskan lagi. 

Terima kasih


Thursday, February 18, 2021

MENJALANI HIDUP TANPA SANDIWARA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Februari 2021

Baca:  2 Petrus 1:16-21

"Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya."  2 Petrus 1:16

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia  (KBBI), kata  'dongeng'  memiliki arti:  cerita yang tidak benar-benar terjadi  (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh;  atau perkataan  (berita dan sebagainya)   yang bukan-bukan atau tidak benar.  Tetapi justru dongeng inilah yang sedang dicari-cari orang di zaman sekarang ini, tak terkecuali orang Kristen.  "Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng."  (2 Timotius 4:4).  Mereka seringkali lebih menyukai khotbah  'ringan'  yang meninabobokan, khotbah yang bisa membuat tertawa lepas, khotbah yang menghibur.

     Tanpa disadari gereja bukan lagi menjadi tempat untuk sungguh-sungguh mencari Tuhan dan kebenaran-Nya, tapi tempat mencari hiburan penghilang kepenatan.  Akhirnya gereja pun dipenuhi dengan orang-orang yang menjalankan peran seperti tokoh-tokoh dalam dongeng, penuh kepura-puraan dan kepalsuan.  Para pelayan Tuhan pun saat menjalankan tugas pelayanannya berlaku seperti orang yang memerankan tokoh pada sandiwara atau sinetron, menjalankan karakter yang berbeda dari aslinya, berlaku seperti malaikat dengan tutur kata yang santun dan tampak rohani.  Para pembicara pun menempuh jalur  'aman'  dengan berusaha menyampaikan materi-materi khotbah yang dapat diterima dan disenangi jemaat.  Banyak orang tidak suka dengan firman Tuhan keras yang berisikan teguran dan pertobatan karena dianggap menghalangi untuk menikmati kesenangan dagingnya.

     Ini adalah jebakan Iblis!  Padahal teguran keras firman Tuhan bertujuan membangunkan kita dari  'tidur'  rohani, mengingatkan kita akan akibat dosa,  "Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."  (Ibrani 5:13-14).

Dunia ini sedang lenyap dengan segala keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Tuhan, tetap hidup selama-lamanya  (1 Yohanes 2:17).

Wednesday, February 17, 2021

ADA TUHAN YANG TURUT BERPERANG!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Februari 2021

Baca:  Mazmur 61:1-9

"Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh."  Mazmur 61:4

Medan peperangan adalah suatu tempat yang sangat tidak enak, penuh ketegangan, kegentaran, kengerian.  Semua orang yang terlibat dalam peperangan pasti dihantui rasa takut, serasa dikejar-kejar maut.  Begitu pula kehidupan orang percaya, kita semua diperhadapkan dengan peperangan setiap hari.  Salah satu peperangan adalah perang menghadapi masalah dan pergumulan hidup!  Meskipun berada dalam situasi yang berat jangan pernah ada dalam kamus hidup kita kata-kata menyerah dan berhenti berjuang.  Betapa sering kita mencari Tuhan dan berserah kepada-Nya di saat-saat akhir ketika kita menemui jalan buntu, setelah segala cara yang telah kita tempuh tak membuahkan hasil dan semuanya berujung pada kegagalan.  Tak perlu takut menghadapi peperangan!  Teruslah maju, karena saat kita berserah penuh kepada Tuhan kita tidak berperang dan berjuang sendirian, ada Tuhan yang turut bekerja,  "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."  (Keluaran 14:14).

     Ketika masih menjadi penggembala domba Daud menghadapi peperangan setiap hari, karena ia harus menghalau binatang-binatang buas yang mencoba memangsa kawanan domba yang digembalakannya.  Untuk itu gembala menggunakan gada dan tongkat.  Itulah yang menguatkan iman Daud bahwa ia punya Tuhan, Gembala Agung yang selalu membela dan melindungi dengan gada dan tongkat-Nya,  "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."  (Mazmur 23:4).

     Pengalaman hidup berjalan bersama Tuhan inilah yang mengajarkan Daud untuk selalu memakai iman di setiap langkah hidupnya.  "Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh. Biarlah aku menumpang di dalam kemah-Mu untuk selama-lamanya, biarlah aku berlindung dalam naungan sayap-Mu!"  (Mazmur 61:4-5).

"Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu."  (2 Tawarikh 20:12), karena Engkau Tuhan, EL-GIBHOR, Tuhan yang perkasa yang menyertai langkah kami.

Tuesday, February 16, 2021

BERLAKULAH BIJAK DI SEGALA SITUASI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Februari 2021

Baca:  Amsal 8:1-36

"Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya."  Amsal 8:33

Di tengah situasi dunia yang serba tidak menentu dan mudah sekali berubah, orang percaya dituntut memiliki hati bijaksana dalam menyikapi segala sesuatunya.  Kalau tidak, kita akan mudah hanyut oleh derasnya arus dunia ini yang membawa kita semakin jauh dari Tuhan.  Jika tak punya hati yang bijaksana kita akan mudah sekali kecewa, sakit hati, marah, putus asa, mengasihani diri sendiri, mengikuti keinginan daging.  Rasul Paulus menasihati,  "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat."  (Efesus 5:15-16).

     Menjalani hari-hari berat ini kita perlu berdoa seperti Musa,  "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."  (Mazmur 90:12).  Secara etimologi bahasa, orang bijaksana adalah orang yang mampu bersikap dengan tepat di setiap keadaan atau situasi, merespons dengan sikap hati yang benar setiap peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam hidupnya.  Bagaimana supaya punya hati bijak?  "...berbahagialah mereka yang memelihara jalan-jalanku. Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak;"  (Amsal 8:32-33).  Adalah ketika kita hidup dekat dengan Tuhan, merenungkan firman-Nya siang malam, serta melakukannya.  "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian."  (Amsal 9:10).

     Hikmat yang sejati hanya dapat kita peroleh melalui hubungan karib dengan Tuhan, karena Dia adalah Sumber Hikmat.  Jadi, kebijaksanaan yang sejati takkan kita dapatkan dari membaca buku-buku ilmu pengetahuan, buku filsafat, atau buku-buku karangan manusia lainnya, melainkan ketika merenungkan firman Tuhan yang hidup!  Salomo adalah contoh orang yang memiliki hikmat luar biasa  (1 Raja-Raja 4:29-34).  Hikmat diperoleh karena Salomo memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, namun ketika ia mulai menyimpang dari jalan-jalan Tuhan dan meninggalkan-Nya, saat itulah Salomo sedang berjalan menuju kepada kehancuran.

Memiliki hati bijaksana adalah hasil dari orang yang berproses:  taat dan hidup dekat Tuhan!

Monday, February 15, 2021

HARUS SIAP DITEGUR DAN DIHAJAR!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2021

Baca:  Yesaya 57:14-21

"Aku murka karena kesalahan kelobaannya, Aku menghajar dia, menyembunyikan wajah-Ku dan murka, tetapi dengan murtad ia menempuh jalan yang dipilih hatinya."  Yesaya 57:17

Cara Tuhan menggenapkan rencana-Nya dalam hidup seseorang tak mudah untuk dimengerti.  Adakalanya orang harus mengalami proses, teguran dan hajaran tangan-Nya!  Proses, teguran dan hajaran Tuhan itu bisa berupa masalah, sakit-penyakit, krisis keuangan dan kesulitan-kesulitan lainnya.  Dalam hal ini bukan berarti Tuhan mempunyai maksud jahat, bukan pula Ia tidak lagi mengasihi kita.  Tuhan harus berlaku keras dan menyatakan murka-Nya karena Ia mendapati kita sudah berjalan melenceng dari rencana-Nya, tak lagi menghiraukan peringatan-peringatan-Nya.  Saat ditegur dan dihajar Tuhan kita benar-benar merasakan perih dan sakit, tapi semua ini mendatangkan kebaikan bagi kita, sebab  "...Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."  (Ibrani 12:6).

     Adakah bapa di dunia ini akan diam saja ketika melihat anak-anaknya nakal?  Bila tak bisa ditegur dengan cara halus, ia pasti akan menegur keras dan kalau perlu menghajarnya, meski saat menghajar anak-anaknya bapa harus menahan tangis di dalam hati.  Tuhan tahu yang terbaik untuk hidup anak-anak-Nya!  Tuhan menegur dan menghajar kita karena Dia tidak menginginkan kita binasa.  Di balik teguran dan hajaran-Nya Tuhan punya rencana yang terbaik yaitu supaya kita benar-benar menjadi ahli waris-Nya yang kelak hidup memerintah bersama Dia di sorga.  Jelas sekali bahwa tujuan Tuhan menegur dan menghajar agar supaya kita tidak menjadi anak-anak gampang  (Ibrani 12:8).

     Begitu pula, Tuhan menegur dan memperingatkan bangsa Israel, umat pilihan-Nya, karena mereka telah meninggalkan Tuhan dan bahkan beribadah kepada ilah lain, padahal mereka telah mengecap kasih dan kebaikan Tuhan,  "...mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka. Sebab itu Aku akan membangkitkan cemburu mereka dengan yang bukan umat, dan akan menyakiti hati mereka dengan bangsa yang bebal."  (Ulangan 32:21).  Karena itu Tuhan harus mendisiplinkan mereka agar mereka terhindar dari bahaya dan malapetaka.

Teguran dan hajaran Tuhan sering menimbulkan persepsi yang salah dalam diri kita, padahal di balik semuanya itu Tuhan punya rencana yang indah untuk kita!

Sunday, February 14, 2021

MENGUASAI DIRI SENDIRI TAK MUDAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2021

Baca:  Roma 6:1-14

"Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya."  Roma 6:12

Di dunia ini, asal punya uang banyak atau menduduki jabatan tinggi, orang akan dengan mudahnya menguasai orang lain.  Dengan iming-iming uang atau hadiah, orang dapat dengan mudahnya memerintah orang lain untuk menuruti apa saja yang menjadi keinginannya.  Namun untuk dapat menguasai diri sendiri itu pekerjaan yang tidak mudah walaupun dalam hati ada keinginan untuk melakukan, sebab dalam diri manusia terbangun dua sikap yang saling berjuang yaitu baik dan jahat, seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

     Ketidakmampuan dalam menguasai diri membuat Saul selalu merencanakan hal-hal yang jahat terhadap Daud, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk membunuh Daud, walau semuanya gagal.  Rasul Paulus juga punya pengalaman:  "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat."  (Roma 7:15).

     Agar kita dapat menguasai diri dan menang atas setiap pergumulan, kuncinya adalah berjaga-jaga dan berdoa, sebab roh penurut tapi daging lemah  (Matius 26:41).  Dengan kekuatan sendiri kita takkan mampu menguasai diri kita, karena pada dasarnya daging kita ini sangat lemah.  Karena itu kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus dalam hidup ini!  Bila Roh Kudus yang memegang kendali hidup kita, apabila ada hal-hal yang tidak benar diinginkan oleh tubuh  (daging)  kita ini, Roh Kudus akan segera menegur dan memperingatkan kita.  Setiapkali kita hendak melakukan perbuatan yang menyimpang dari kehendak Tuhan, sesungguhnya hati kecil ini sudah mendengar peringatan Roh Kudus, hanya saja daging ini tak mau tunduk dan terus mengabaikan suara-Nya.

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."  Amsal 16:32

Saturday, February 13, 2021

TERANG DAN GELAP TAKKAN PERNAH BERSATU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2021

Baca:  1 Raja-Raja 11:1-13

"Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka."  1 Raja-Raja 11:2

Dalam membangun mezbah keluarga dibutuhkan kesehatian, kesatuan roh, tidak terpecah-pecah.  Karena itu suami dan isteri harus benar-benar dalam satu iman, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri.  Sebab bila ada suami atau isteri berbeda keyakinan sudah pasti hal ini akan memengaruhi kehidupan rohaninya.

     Salah satu contoh nyata adalah Salomo.  Ketika masih muda Salomo dikenal takut akan Tuhan.  Ia begitu mengasihi Tuhan lebih dari apa pun.  Bagi Salomo Tuhan adalah prioritas utama dalam hidup!  Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika Salomo menginjak usia tua, ia mulai terpengaruh oleh isteri-isterinya seperti tertulis:  "Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN..."  (1 Raja-Raja 11:4).  Apa yang dialami Salomo ini hendaknya menjadi suatu pelajaran berharga bagi kita semua!  Kita diperingatkan untuk tidak sembarangan bergaul  (1 Korintus 15:33)  dan membangun hubungan dengan orang lain  (Amsal 13:20).  Terlebih-lebih dalam mencari pasangan hidup atau mengenai pernikahan, tidaklah boleh sembarangan.  Jangan pernah merasa kuat diri memiliki iman yang teguh, lalu berdalih bahwa nanti ia akan memenangkan jiwa pasangan hidupnya!  Apakah Salomo kurang rohani?  Salomo adalah orang yang penuh hikmat, dan karena hikmatnya ini ia menjadi sangat terkenal.  Dari manakah hikmat diperoleh?  Takut akan Tuhan!  Artinya, Salomo sesungguhnya memiliki dasar iman yang kuat, kehidupan rohani yang bagus.  Namun kenyataannya ia tak mampu mempertahankan imannya sampai akhir,  "Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta."  (1 Raja-Raja 11:2b).  Karena pengaruh isteri-isterinya Salomo pun jatuh dalam dosa penyembahan berhala.

     Banyak anak muda Kristen yang tak menghiraukan nasihat firman Tuhan, nekat menikah dengan pasangan tak seiman, ada pula yang lebih memilih meninggalkan Kristus demi pasangannya.

"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"  1 Korintus 10:12

Friday, February 12, 2021

TUHAN SANGGUP MEMBANGUN KEMBALI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2021

Baca:  Yehezkiel 36:1-38

"Dan bangsa-bangsa yang tertinggal, yang ada di sekitarmu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang membangun kembali yang sudah musnah dan menanami kembali yang sudah tandus. Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan akan membuatnya."  Yehezkiel 36:36

Di tengah situasi ekonomi yang sulit karena dampak dari pandemi Covid-19 banyak orang mengalami kemerosotan di segala bidang kehidupan.  Karena keadaan ini ada banyak orang Kristen apatis terhadap perkara-perkara rohani!  Mereka tak lagi bersemangat beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan.  Tapi tak seharusnya pandemi ini membuat kita kehilangan semangat dan kerinduan mencari Tuhan!  Justru kita harus makin bersungguh-sungguh di dalam Tuhan dan semakin hidup melekat kepada Tuhan, bukan sebaliknya.

     Sekalipun musim kehidupan di dunia ini berubah kita harus percaya bahwa kita punya Tuhan yang tidak pernah berubah kasih dan kuasa-Nya:  "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8);  kita punya Tuhan yang sangat ahli membuat keajaiban.  Jangan pernah ragukan hal itu!  Asal kita sungguh-sungguh memercayakan hidup ini kepada Tuhan sepenuhnya, apa pun yang rusak, hancur, dan tinggal puing-puing sekalipun, Tuhan sanggup membangun, memulihkan kembali seperti sediakala, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya.  Tuhan sendiri mengatakan,  "Akulah TUHAN, yang membangun kembali yang sudah musnah dan menanami kembali yang sudah tandus. Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan akan membuatnya."  (ayat nas).  Sebagai orang percaya janganlah arah pandangan kita terfokus pada keadaan buruk, tapi tujukanlah kepada Tuhan, sebab hidup kita adalah karena percaya, bukan karena melihat.  Perhatikan!  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1)

     Bila masalah kita sepertinya tak ada jalan keluar, percayalah di dalam Tuhan selalu ada jalan!  "Karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga."  (Ibrani 11:29).

Tak perlu takut dengan hidup ini karena kita punya Tuhan Sang Pengendali keadaan!

Thursday, February 11, 2021

BERPUTUS ASA? Datanglah Kepada Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2021

Baca:  Nehemia 4:1-23

"Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini."  Nehemia 4:10

Media sosial atau media elektronik seringkali menyuguhkan berita-berita tentang orang-orang yang mengalami masalah hidup yang teramat berat, yang membuat mereka menjadi putus asa sehingga nekat melakukan perbuatan yang menyimpang dari kehendak Tuha, yaitu mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

     Keputusasaan juga pernah dialami oleh bangsa Yehuda di zaman nabi Nehemia ketika mereka melihat tembok Yerusalem telah menjadi reruntuhan.  Mereka berputus asa karena merasa sudah tak sanggup membangun kembali tembok Yerusalem yang sudah runtuh itu karena tekanan dan tantangan yang dihadapi terlalu besar.  Selain tenaga manusianya yang terbatas, juga upaya yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain di sekitar Yerusalem yang berusaha untuk melemahkan iman semangat mereka,  "Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka memperkokoh sesuatu? Apakah mereka hendak membawa persembahan? Apakah mereka akan selesai dalam sehari? Apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis seperti ini?"  (Nehemia 4:2).  Tak tahan menghadapi tekanan, mereka pun menjadi putus asa,  "...Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini."  (ayat nas).  Membangun kembali tembok Yerusalem yang sudah menjadi reruntuhan adalah pekerjaan yang berat dan sangat melelahkan.  Kelelahan yang memuncak dapat menyebabkan orang menjadi putus asa, kehilangan gairah dan semangat hidup!

     Mungkin saat ini Saudara sedang berputus asa karena  'tembok-tembok'  dalam kehidupan Saudara telah runtuh dan menjadi puing-puing.  Jangan biarkan keputusasaan semakin menghancurkan hidup Saudara!  Tidak ada kata terlambat.....bangkitlah!  "...kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu,"  (2 Tawarikh 15:7).  Segeralah datang kepada Tuhan bawa seluruh beban Saudara kepada Tuhan Yesus, sebab Dia sangat mempedulikan kita,  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  (Matius 11:28).

"Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya."  Yesaya 40:29

Wednesday, February 10, 2021

KELUARGA: Lembaga Pendidikan Iman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2021

Baca:  Ulangan 6:1-25

"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."  Ulangan 6:6-7

Banyak orang percaya tak menyadari bahwa keluarga adalah gereja terkecil  (inti), sebagai pusat pembentukan iman, karakter dan penanaman nilai-nilai kebenaran yang mendasar.  Sesungguhnya keluarga adalah tempat terdekat kita memberitakan Injil dan menjadi saksi Kristus.  Namun banyak keluarga Kristen belum berfungsi maksimal sebagai gereja inti karena para orangtua sering mengabaikan tanggung jawab ini.  Anak-anak muda Kristen mulai hilang kendali dalam pergaulannya karena tak punya pegangan iman.  Mereka lebih banyak menyerap informasi dari pergaulan, media elektronik atau media sosial yang pengaruhnya jauh lebih besar dan lebih kuat daripada pengaruh orangtua di rumah.

     Berhati-hatilah!  Dengan siapa kita bergaul dan juga informasi dari media luar dapat membentuk perilaku anak, padahal pergaulan dan informasi dari luar tak semuanya positif, malahan sebagian besar tak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.  Karena itu para orangtua tidak boleh menyerah pada kenyataan yang ada.  Sekalipun kita tak punya kekuatan untuk membendung pengaruh media luar dan pergaulan anak, bukan berarti kita harus menyerah kalah.  Justru orangtua harus semakin meningkatkan intensitas doanya dan berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan pembangun iman bagi anak.  "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  (Amsal 22:6).

     Anak menjadi baik atau tidak baik sangat tergantung dari upaya orangtua dalam menanamkan nilai-nilai firman Tuhan dalam diri si anak.  Orangtua lebih rela mengeluarkan uang atau mewarisi anak-anak dengan harta kekayaan, daripada membekali mereka dengan didikan, ajaran, perhatian dan doa, padahal warisan  'rohani'  jauh lebih berharga dari harta.

Orangtua dipercaya sebagai wakil Tuhan dalam hal mendidik dan membangun iman bagi anak-anak mereka.

Tuesday, February 9, 2021

ORANG PERCAYA DIKENAL DARI BUAHNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2021

Baca:  Matius 7:15-23

"Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik."  Matius 7:18

Coba perhatikan tanaman di pekarangan rumah Saudara!  Apa yang nampak di luar sesungguhnya adalah hasil dari  'dalam'  tanaman itu.  Salah satu bagian yang berperan penting bagi kelangsungan hidup tanaman adalah akar.  Ada beberapa fungsi akar, yaitu penopang tumbuh tegaknya tanaman dan juga penyerap air dan zat hara yang ada di dalam tanah untuk disalurkan ke seluruh bagian tanaman.  Namun bila akar-akarnya tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik  (tak sampai menembus sumber air)  maka pertumbuhan tanaman tersebut pasti terganggu:  daunnya tidak hijau dan mengering.

     Pohon Tarbantin adalah salah satu contoh pohon yang hidup di padang gurun, mempunyai ukuran sangat besar dan berdaun lebat karena akar-akarnya tertanam sangat dalam ke tanah hingga menembus sumber air.  Karena itulah sekalipun menghadapi musim-musim kering, pohon ini tetap mampu bertahan dan daunnya tetap menghijau.  Jelas sekali bahwa pertumbuhan sebuah pohon dimulai dari dalam, yang prosesnya tidak terlihat oleh mata jasmani kita.  Begitu pula dengan pertumbuhan rohani seseorang diawali dari proses yang terjadi  'di dalam'  dan kemudian terus bertumbuh hingga menghasilkan buah yang dapat dilihat dari luar, dapat dirasakan oleh orang lain.  Karena itu kita harus semakin berakar kuat di dalam Tuhan:  membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan dan merenungkan firman-Nya setiap hari.  Itulah kunci untuk membangun dasar yang kuat di dalam kita:  kunci pertumbuhan rohani, yang akhirnya dapat menghasilkan buah Roh atau karakter Kristus.

     Bukalah hati selebar-lebarnya untuk Roh Kudus dan ijinkan Dia bekerja secara leluasa di dalam kita, maka kita akan dituntun-Nya kepada kehendak-Nya.  Bila Roh Kudus tinggal di dalam kita, maka apa yang nampak dari luar, baik itu perkataan dan segala perbuatan, adalah di bawah kendali-Nya.  Jika Roh Kudus yang memimpin kita, artinya jika kita menyerahkan hidup kita ke dalam pimpinan Roh Kudus, maka segala perbuatan dan perkataan kita pun akan seturut dengan kehendak Tuhan, bukan menurut keinginan daging kita.  Inilah yang akan membedakan keberadaan kita di tengah dunia ini!

"Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."  (Matius 7:16a)

Monday, February 8, 2021

JANGAN PERNAH TINGGALKAN SUMBER AIR!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2021

Baca:  Yeremia 2:1-25

"...Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air."  Yeremia 2:13

Hubungan orang percaya dan Tuhan itu digambarkan seperti tanaman  (pohon)   dan sumber air.  Tanaman atau pohon tidak bisa bertumbuh, akan menjadi kering, gersang dan akhirnya mati apabila kekurangan air atau tidak cukup menyerap air..  Begitu pula kehidupan orang percaya yang sangat tergantung sepenuhnya kepada Tuhan, karena Dia adalah Sumber Air Kehidupan  (Yeremia 2:13).  Adalah kebodohan besar bila kita hidup menjauh dari Tuhan dan meninggalkan Sumber Air Yang Hidup, sebagaimana yang diperbuat oleh bangsa Israel di zaman nabi Yeremia ini.  Apa yang diperbuat oleh bangsa Israel ini benar-benar sangat mengecewakan dan melukai hati Tuhan,  "pernahkah suatu bangsa menukarkan allahnya meskipun itu sebenarnya bukan allah? Tetapi umat-Ku menukarkan Kemuliaannya dengan apa yang tidak berguna."  (Yeremia 2:11).

     Orang percaya baiklah memiliki cara hidup seperti pemazmur yang selalu berada dekat dengan Sumber Air,  "...yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."  (Mazmur 1:2-3).  Ada dampak luar biasa bagi orang yang tinggal dekat dengan Sumber Air yaitu senantiasa menghasilkan buah, tidak pernah layu dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.  Keadaan sebaliknya dialami orang-orang yang hidup jauh dan meninggalkan Sumber Air, yang  "...menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air."  (Yeremia 2:13).  Sumber Air itu adalah Tuhan Yesus dan firman-Nya!  Banyak orang Kristen rajin datang ibadah, tapi hanya sekedarnya dan mendengar firman Tuhan sambil lalu, tanpa kerinduan untuk benar-benar dekat kepada Tuhan, tidak benar-benar mencintai dan menghormati firman-Nya.

     Tuhan Sumber Air Hidup, tapi banyak umat Tuhan senang tinggal menjauh dari Sumber itu dan meninggalkan Dia.  "Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."  (Yohanes 7:38).

Jauh dari Sumber Air Hidup:  hidup kering, gersang, tak mungkin berbuah!

Sunday, February 7, 2021

TAK MAU MENANGGALKAN KASUT!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2021

Baca:  Keluaran 3:1-22

"Lalu Ia berfirman: 'Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.'"  Keluaran 3:5

Ketika Musa sedang menggembalakan kambing domba milik mertuanya, malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri, tapi semak duri itu tidak terbakar.  Melihat hal itu Musa menjadi heran, lalu timbul niat untuk memeriksa mengapa semak duri itu tidak terbakar.  Berfirmanlah Tuhan kepada Musa,  "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."  (ayat nas).  Tuhan memerintahkan Musa untuk menanggalkan kasut yang dikenakannya karena tempat yang diinjaknya itu kudus.  Perintah yang sama juga disampaikan oleh Panglima Balatentara Tuhan yang menampakkan diri kepada Yosua saat berada di dekat Yerikho,  "Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus."  (Yosua 5:15).

     Menurut tradisi, orang Yahudi biasa memakai kasut atau sandal ketika bepergian.  Bisa dipastikan sandal dan kasut yang mereka kenakan itu kotor dikarenakan debu.  Oleh sebab itu mereka harus menanggalkan kasutnya ketika hendak masuk ke dalam rumah, apalagi masuk ke tempat sembahyang.  Kasut merupakan lambang sesuatu yang kotor, najis dan cemar, yaitu kebiasaan-kebiasaan hidup manusia lama, sifat-sifat dosa yang harus dilepaskan supaya kita layak datang kepada Tuhan, sebab Tuhan kita adalah Pribadi yang kudus.

     'Menanggalkan kasut'  juga berbicara tentang menanggalkan kesombongan dan keakuan.  Sekalipun segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Nya, tapi Kristus tidak pernah meninggikan diri-Nya, bahkan Ia rela menanggalkan  'kasut'  reputasi, kebesaran, dan ke-Ilahian-Nya:  "...mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:7-8).  Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan kita pun dituntut untuk menanggalkan  'kasut-kasut'  manusia lama yang kotor.

Kita harus menanggalkan segala hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, sebab tanpa kekudusan kita tak dapat mendekat kepada Tuhan dan melihat Dia.

Saturday, February 6, 2021

BERMEGAH KARENA SALIB, BUKAN KARENA DUNIA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2021

Baca:  Filipi 1:12-26

"sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu."  Filipi 1:26

Pada umumnya manusia bermegah dengan apa yang dimiliki atau dicapai:  uang, harta, popularitas, keberhasilan, kesuksesan, ketampanan, kecantikan, kedudukan  (pangkat)  dan sebagainya.  Namun melandaskan kemegahan diri kepada perkara-perkara yang bersifat duniawi adalah kesia-siaan karena sifatnya hanya sementara dan semu, serta tak bisa menolong, menjamin dan memberikan harapan yang pasti, contoh:  ketika dunia dilanda pandemi Covid-19 semua orang tanpa terkecuali dilanda ketakutan dan kekuatiran, karena virus ini dapat membahayakan nyawa siapa saja tanpa memandang bulu.  Bisakah kita terluput dengan mengandalkan perkara-perkara duniawi itu semata?

     Kemegahan dunia ini tak berarti apa-apa!  Karena itu firman Tuhan menasihati kita untuk tidak bermegah, selain hanya bermegah di dalam Tuhan,  "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN,..."  (Mazmur 20:8).  Segala yang didapat dari dunia ini seperti rumput di padang yang berbunga, tetapi tidak akan bertahan lama,  "...apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi."  (Mazmur 103:16).  Bila demikian, adakah yang bisa dibanggakan dari dunia?  Rasul Paulus berkata,  "...aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia."  (Galatia 6:14).  Paulus tidak mau bermegah selain di dalam salib Kristus!  Sebagai orang percaya salib Kristus adalah kemegahan dan kebanggaan kita.  Untuk menunjukkan kemegahan dan kebanggaan tentang salib Kristus apakah kita harus mengenakan aksesoris salib agar dapat dilihat orang?  Kemegahan atau kebanggaan salib tidak berkenaan dengan hal-hal lahiriah atau terlihat secara kasat mata.

     Salib adalah kebanggaan orang percaya karena salib adalah kekuatan Tuhan  (1 Korintus 1:18), dan bukti kemenangan atas dosa dan maut!  Salib menjadi kebanggaan kita, karena melalui karya Kristus di atas kayu salib, setiap kita yang percaya kepada-Nya diampuni dosanya dan diselamatkan.

Tak perlu malu memberitakan salib Kristus, karena salib-Nyalah kita memiliki hidup  (Yohanes 5:24).

Friday, February 5, 2021

TETAP BERTAHAN DI TENGAH PENCOBAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2021

Baca:  Galatia 6:1-10

"Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan."  Galatia 6:1

Kata  'pencobaan'  secara sederhana bisa didefinisikan suatu maksud jahat untuk menunjukkan kelemahan dan akan mengakibatkan kejatuhan.  Pencobaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia, termasuk orang percaya.

     Sekalipun harus dihadapkan berbagai pencobaan, kita diperintahkan tetap kuat dan harus mampu mengalahkan pencobaan, seperti yang Kristus teladankan:  menang atas pencobaan di padang gurun.  Kunci awal menang atas pencobaan adalah respons hati yang benar, yaitu tetap berbahagia  (bersukacita).  "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan..."  (Yakobus 1:12).  Orang akan bersusah hati dalam pencobaan, tapi firman Tuhan mengajarkan untuk menjaga hati agar tetap mampu bersukacita, karena sukacita adalah kekuatan yang memampukan bertahan di tengah pencobaan.  Kualitas hidup seseorang akan terlihat saat sedang dalam pencobaan:  ada yang kuat, tidak sedikit yang menyerah.

     Sekalipun pencobaan adalah salah satu alat uji, tapi Yakobus menegaskan bahwa pencobaan itu bukan berasal dari Tuhan  (Yakobus 1:13).  Penyebab utama adalah Iblis"Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Iblis seringkali mencobai manusia dengan melancarkan serangan dari sisi jasmaniah, seperti dialami Ayub:  sakit, kehilangan harta bendanya, semua anak-anaknya mati dalam sebuah insiden.  Andai kita Ayub, kita belum tentu kuat menghadapi, kita mungkin akan kecewa, marah, menyalahkan Tuhan, meninggalkan Dia.  Penyebab lainnya adalah keinginan diri sendiri"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."  (Yakobus 1:14).  Berawal dari melihat, timbul keinginan dalam hati, akhirnya jatuh dalam dosa.  Itulah yang dialami Daud, jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba  (2 Samuel 11).

Membentengi diri dengan firman Tuhan dan melekat kepada Tuhan adalah kunci menang atas pencobaan!

Thursday, February 4, 2021

PIKIRAN DAN PERASAAN SEPERTI KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2021

Baca:  Filipi 2:1-11

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  Filipi 2:5

Setiap kali menghadapi permasalahan hidup biasanya kita langsung mengeluh, bersungut-sungut, menyalahkan situasi, mengambinghitamkan orang lain, dan menyalahkan Tuhan.  Ini menunjukkan kita memiliki cara pandang yang salah terhadap rancangan Tuhan.  Kita selalu menginginkan hari-hari yang kita jalani tanpa masalah, tanpa ujian, tanpa tantangan, dan nyaman.  Kita berharap rancangan Tuhan berjalan seperti yang kita inginkan;  kita ingin Tuhan menggenapi rancangan-Nya dengan jalan yang mulus.

     "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:8-9);  rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita, jalan Tuhan bukanlah jalan kita.  Bagian kita adalah tunduk dan berserah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, sebab untuk masuk ke dalam rancangan-Nya kita harus siap mengalami proses pembentukan dari Tuhan, sampai  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka."  (Pengkhotbah 3:11).  Rancangan Tuhan selalu baik adanya, namun dalam prosesnya terkadang kita harus mengalami hal-hal yang tidak enak dan tidak nyaman.  Kalau kita memberontak kepada Tuhan saat diproses, maka proses yang harus kita jalani justru akan berlangsung lama, seperti yang dialami bangsa Israel.  Supaya kita kuat dalam menjalani proses kita harus  "...menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  (ayat nas).

     Di dalam Kristus ada penundukan diri kepada kehendak Bapa, kerendahan hati, kasih dan belas kasihan.  Dengan meneladani Kristus kita akan mampu merespons setiap proses dengan sikap hati yang benar dan tetap bisa bersyukur.  Orang yang memiliki pikiran dan perasaan yang ada di dalam Kristus akan bersepakat dengan Tuhan, menaklukkan kehendak sendiri kepada kehendak Tuhan, dan taat.  "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?"  (Amos 3:3).

Berpikir seperti Kristus berpikir dan punya hati seperti Dia, kunci kemenangan dalam menjalani proses!