Thursday, April 30, 2020

PUJI - PUJIAN



Tenang dan Sabarlah

Tenang dan sabarlah, wahai jiwaku;
tahan derita, jangan mengeluh;
serahkan sajalah pada Tuhanmu
segala duka yang menimpamu.
Allah setia, tak mengecewakan
yang di naunganNya ingin berteduh.

Tenang dan sabarlah, wahai jiwaku;
biarkan Tuhan yang memimpinmu,
sebab di tangan Allah masa lampau,
dikendalikan masa depanmu.
Gelombang dahsyat takkan menerpamu
kar’na di bawah kuasa Tuhanmu.

Tenang dan sabarlah, wahai jiwaku;
bila berpulang sobat terdekat
dan ‘kau dirundung oleh kesedihan,
Tuhan mengangkat duka yang berat.
Kasih karunia akan ‘kau terima
dari Tuhanmu, Sumber Alhayat.

Tenang dan sabarlah, wahai jiwaku;
sebentar lagi saat tibalah
bahwa engkau berjumpa dengan Dia
yang menghiburmu di masa lelah.
Di sanalah engkau ‘kan memujiNya,
menyanyi riang s’lama-lamanya. 

Syair: Be Still, My Soul; Katharina von Schlegel,
Terjemahan: E. L. Pohan (bait 1, 2, 4); Yamuger (bait 3),
Lagu: Jean Sibelius,
Hak Cipta: G. Schirmer, Inc.

Wednesday, April 29, 2020

TANPA KETAATAN, INJIL TAK MENYELAMATKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 April 2020

Baca:  1 Korintus 15:1-11

"Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya."  1 Korintus 15:2

Rasul Paulus menegaskan Injil itu bukanlah perkataan manusia, ide manusia, tapi merupakan firman Tuhan, kekuatan Tuhan yang menyelamatkan setiap orang percaya  (Roma 1:16).  Banyak orang Kristen yang salah mengerti tentang ayat ini, mereka beranggapan apabila sudah rajin ke gereja dan mendengarkan berita Injil dan khotbah firman Tuhan, mereka pasti akan selamat.  Perhatikan ayat nas!  Injil tidak dapat menyelamatkan hidup seseorang bila orang tersebut tidak berpegang teguh pada Injil dan tidak percaya. 

     Yang dimaksud berpegang teguh pada Injil artinya seluruh pola hidup kita dilandaskan pada Injil, pola hidup selaras dengan kebenaran Injil.  Kapan saja dan di mana pun berada, perkataan dan perbuatan kita senantiasa sesuai dengan firman Tuhan.  Ini berbicara tentang ketaatan melakukan firman Tuhan!  Berpegang teguh pada injil berarti pula kita menerima firman itu bukan sebagai perkataan dari manusia, melainkan berasal dari Tuhan sendiri, seperti yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika  (1 Tesalonika 2:13).  Jikalau benar kita berpegang teguh pada firman Tuhan, kita akan percaya sungguh-sungguh bahwa semua yang dikatakan dan tertulis di Alkitab adalah perkataan Tuhan sendiri, isi hati Tuhan sendiri, karena itu kita akan menaatinya.

     Karena menyadari bahwa Injil adalah firman Tuhan, maka kita pun akan berkomitmen untuk menyediakan banyak waktu untuk membaca, meneliti, dan merenungkan firman Tuhan itu siang dan malam, seperti yang Ezra lakukan  (Ezra 7:10).  Tuhan juga menasihati Yosua untuk merenungkan firman-Nya siang dan malam  (Yosua 1:8).  Injil menyelamatkan orang yang percaya, karena Injil memimpin kita untuk hidup dalam kebenaran dan percaya kepada Kristus, yang adalah Tuhan dan Juruselamat.

Tanpa ketaatan melakukan firman Tuhan dan percaya kepada Kristus tak mungkin kita mengalami penggenapan janji-janji Tuhan!

Tuesday, April 28, 2020

MELIBATKAN TUHAN DI SEGALA PERKARA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 April 2020

Baca: 1 Samuel 23:1-13

"Diberitahukanlah kepada Daud, begini: 'Ketahuilah, orang Filistin berperang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan.'"  1 Samuel 23:1

Ketika diperhadapkan dengan masalah atau situasi sulit, kita seringkali bertindak dengan mengandalkan kekuatan sendiri, karena merasa diri mampu untuk mengatasinya.  Kita tak pernah melibatkan Tuhan untuk setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil.  Alkitab memperingatkan:  "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  (Amsal 19:21).  Sebuah keputusan bijak bila sebelum mengambil sebuah keputusan atau tindakan, kita berdoa memohon tuntunan daripada Tuhan.

     Daud, salah satu contoh seorang yang selalu berdoa  (mencari Tuhan)  terlebih dahulu, sebelum mengambil sebuah keputusan dan melakukan suatu tindakan!  Dengan kata lain, Daud selalu melibatkan Tuhan di segala aspek kehidupannya.  Ketika ada seorang yang datang kepada Daud untuk menyampaikan berita tentang keadaan politik dan keamanan di Kehila:  "Ketahuilah, orang Filistin berperang melawan kota Kehila dan menjarah tempat-tempat pengirikan."  (ayat nas), Daud pun tidak langsung bertindak, tapi ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu:  "'Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?' Jawab TUHAN kepada Daud: 'Pergilah, kalahkanlah orang Filistin itu dan selamatkanlah Kehila.'"  (1 Samuel 23:2).  Setelah mendapatkan jawaban dari Tuhan bahwa ia diijinkan untuk pergi ke Kehila, barulah ia melangkah.  Dan ketika orang-orang merasa ragu dan takut untuk pergi ke Kehila Daud kembali bertanya kepada Tuhan dan Tuhan kembali meneguhkan Daud untuk pergi ke Kehila.

     Pergilah Daud dan orang-orangnya ke Kehila dengan penuh percaya diri karena percaya Tuhan menyertai mereka.  Karena campur tangan Tuhan Daud berhasil mengalahkan musuh dengan kemenangan yang gemilang!  Bertanya kepada Tuhan apakah kita harus pergi atau tetap tinggal merupakan wujud kebergantungan kita kepada Tuhan sebelum kita mengambil suatu keputusan atau melangkah maju.  Kita perlu bertanya kepada Tuhan karena kita menyadari kekuatan dan kemampuan kita yang sangat terbatas, karena itu kita membutuhkan uluran tangan-Nya untuk menuntun dan menyertai kita.

"Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."  Yakobus 4:15

Monday, April 27, 2020

PENDERITAAN SEBAGAI ALAT UJI IMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 April 2020

Baca:  Ayub 23:1-17

"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  Ayub 23:10

Tuhan juga punya cara lain untuk menguji kualitas iman seseorang yaitu melalui masalah atau penderitaan.  Masalah atau penderitaan yang dimaksud bisa berupa krisis keuangan  (ekonomi), sakit-penyakit, dan masih banyak lagi.  Ada dua kemungkinan reaksi orang ketika berada dalam masalah atau penderitaan tersebut.  1.  Semakin mendekat kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya, seperti pemazmur:  "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu."  (Mazmur 119:67), dan  "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu."  (Mazmur 119:71).  2.  Menjauh dan meninggalkan Tuhan, karena kecewa kepada-Nya.

     Ayub, sekalipun adalah orang yang saleh, takut akan Tuhan dan menjauhi segala kejahatan  (Ayub 1:1), ia pun tak luput dari ujian.  Tuhan mengijinkan Ayub melewati masa-masa yang sangat menyesakkan yang bisa dikatakan sebagai suatu tragedi atau musibah, di mana dalam waktu sekejap hal-hal buruk terjadi secara beruntun:  anak-anaknya mati, rumahnya terbakar, harta benda ludes, tubuhnya terkena sakit dan isterinya pun meninggalkan dia.  Lengkap sudah penderitaan yang Ayub harus alami!  Namun dalam keterpurukannya ini  "...Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."  (Ayub 1:22).  Saat segala sesuatunya tampak buruk seringkali kita memiliki respons yang negatif:  menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain dan bahkan berani menyalahkan Tuhan.  Kita tak berhenti mengeluh, mengomel dan bersungut-sungut kepada Tuhan;  berdoa menjadi malas, ibadah menjadi malas, pelayanan ogah-ogahan, lalu kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah dan meninggalkan Tuhan.... Jangan sekali-kali undur dari Tuhan hanya karena masalah!

     Karena memberitakan Injjl rasul Paulus harus mengalami penderitaan, tapi hal itu tak menyurutkan langkah dan semangatnya untuk tetap melayani Tuhan.  Ia tidak kecewa, apalagi sampai lari dari panggilan Tuhan!  Terkadang Tuhan ijinkan kita harus melewati masalah dan penderitaan agar kita belajar bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, sebab  "...justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."  (2 Korintus 12:9b).

Di balik penderitaan ada berkat besar Tuhan sediakan bagi yang mampu bertahan!

Sunday, April 26, 2020

KELIMPAHAN SEBAGAI ALAT UJI IMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2020

Baca:  1 Petrus 4:12-19

"Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu."  1 Petrus 4:12

Apa yang terjadi dalam kehidupan kita ini tak ada yang kebetulan karena semua ada dalam pengawasan dan kendali Tuhan.  Terkadang Tuhan mengijinkan suatu peristiwa terjadi dalam hidup orang percaya sebagai perwujudan dari kasih-Nya, perhatian-Nya, dan kepedulian-Nya.  Jadi Tuhan mengerjakan segala sesuatu dalam hidup kita ini bukan tanpa suatu maksud, tetapi selalu ada rencana-Nya, yang salah satunya adalah hendak mengukur dan menguji kualitas iman kita, apakah kita tahan ujian atau tidak.  "...orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat."  (Matius 10:22).

     Iman seseorang takkan teruji kualitasnya tanpa melewati ujian!  Salah satu cara yang Tuhan gunakan untuk menguji iman seseorang adalah melalui ujian berkat atau kelimpahan  (Lukas 12:13-21).  Ketika orang hidup dalam kelimpahan, keberkatan, atau berlimpah harta, hatinya cenderung berpaut kepada harta yang ia miliki daripada kepada Tuhan.  Ia tidak lagi menyandarkan hidup kepada Tuhan, tapi kepada hartanya, Tuhan tidak lagi diprioritaskan,  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Karena merasa punya segala-galanya, mereka tidak lagi membutuhkan Tuhan, dengan kata lain Tuhan tidak lagi menjadi prioritas dalam hidupnya!

     Rasul Paulus berpesan kepada Timotius,  "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati."  (1 Timotius 6:17).  Justru dalam keadaan sentosa  (hidup dalam kelimpahan)  kita harus mengasihi Tuhan lebih sungguh, karena kita tahu bahwa semua yang kita miliki itu berasal dari Tuhan, Tuhan adalah Pemilik segalanya, dan kita ini hanya dipercaya untuk mengelola berkat itu, jangan malah melupakan Tuhan dan meninggalkan Dia.  "Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: 'Aku tidak mau mendengarkan!'"  (Yeremia 22:21a).

Jangan sampai terlena dengan berkat materi.  Dengan kelimpahan berkat yang diterima kita bisa menggenapi rencana Tuhan, yaitu menjadi saluran berkat.

Saturday, April 25, 2020

TAKKAN MAMPU MENGHITUNGNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2020

Baca:  Mazmur 103:1-22

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!"  Mazmur 103:2

Coba renungkan sejenak:  berapa kali Saudara mengalami pertolongan dari Tuhan di sepanjang hidup ini?  Berapa kali Saudara mengalami jalan buntu dan Tuhan membukakan jalan bagi kita?  Berapa kali doa-doa Saudara dijawab oleh Tuhan?  Berapa kali Saudara mengalami sakit dan disembuhkan oleh Tuhan?  Berapa kali Saudara diluputkan dari marabahaya atau malapetaka?  Berapa kali Saudara membuat kesalahan dan Tuhan mengampuninya?  Tak terbilang banyaknya, kita takkan sanggup menghitung apa yang telah Tuhan perbuat dalam kehidupan kita, hari lepas hari.  Karena itu pemazmur mengingatkan,  "janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!"  (ayat nas).

     Namun teramat banyak orang Kristen demikian terpaku pada masalah, kesukaran, kesulitan dan penderitaan yang dialami, sehingga mereka dengan mudahnya lupa dan tak pernah mengingat-ingat akan campur tangan Tuhan dalam hidupnya.  Sekalipun sudah menjadi raja  (berkedudukan tinggi)  dan punya segala hal untuk dibanggakan, Daud tak pernah melupakan perbuatan Tuhan:  "Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali."  (Mazmur 103:3-5).  Meski kita seringkali ingkar terhadap Tuhan dan tidak setia melakukan kehendak-Nya, Tuhan menunjukkan kesetiaan-Nya.  "jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."  (2 Timotius 2:13).

     Siapakah seperti Tuhan kita yang tak pernah berakhir kasih setia-Nya?  Di saat kita menghadapi pergumulan yang hebat, saat pertolongan manusia sudah tak mungkin diperoleh, Tuhan dengan penuh kasih mengulurkan tangan-Nya menolong kita, Ia tidak pernah menolak kita.  Mungkin kasih Saudara kepada Tuhan meredup karena masalah hidup, ingatlah selalu kasih mula-mula saat Saudara bertemu dan mengalami jamahan Tuhan untuk pertama kalinya!  Bukankah hati Saudara meluap dengan kasih kepada-Nya?

"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  Ratapan 3:22-23.

Friday, April 24, 2020

PANDANG TERUS SALIB KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 April 2020

Baca:  Galatia 3:1-14

"Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"  Galatia 3:13

Menurut pandangan orang-orang dunia salib adalah lambang kutuk dan penghukuman, karena itu mereka memandang rendah dan hina orang yang menjalani hukuman di atas kayu salib;  tetapi bagi orang percaya salib justru merupakan sebuah kemenangan yang memerdekakan, yaitu kemenangan atas kutuk dan melepaskan kita dari belenggu dosa.  Kristus yang tidak pernah berbuat dosa dan bahkan tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa, karena dosa dan pelanggaran kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Bapa  (2 Korintus 5:21).  Juga segala kutuk yang telah membelenggu kehidupan kita ditanggungkan kepada-Nya.  "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'"  (Galatia 3:13).

     Rasul Paulus menyatakan,  "...pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa,"  (1 Korintus 1:18).  Bagi orang-orang yang akan binasa, berita tentang salib Kristus adalah sebuah kebodohan, karena mereka tidak mengerti tentang rencana keselamatan Bapa bagi dunia melalui Anak-Nya yang tunggal,  "...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Bagi orang yang tidak percaya, salib tetaplah sebuah kutuk yang ditimpakan terhadap orang-orang yang melakukan kejahatan besar, dan mustahil keselamatan atau penebusan dosa manusia diperoleh melalui orang yang mati di atas kayu salib.  Karena itu orang-orang dunia tidak percaya kepada pengorbanan Kristus!

     Orang-orang dunia berprinsip bahwa keselamatan kekal dapat diperoleh melalui amal kebaikan, karena itu mereka berlomba-lomba untuk melakukan amal sebanyak mungkin.  Yang menjadi pertanyaan:  seberapa besar amal yang harus kita lakukan untuk menebus dosa-dosa yang telah kita perbuat selama hidup?  Penebusan dosa hanya dapat dilakukan melalui karya Kristus di atas kayu salib,  "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa,"  (Efesus 1:7).  Jelas bahwa di luar Kristus tidak ada penebusan dosa dan tidak ada jaminan untuk kehidupan kekal!

"...di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12), selain di dalam Kristus.

Thursday, April 23, 2020

TUHAN KITA: Tak Pernah Berubah

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2020

Baca:  Yakobus 1:12-18 

"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran."  Yakobus 1:17

Yakobus menegaskan bahwa setiap pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna itu datangnya dari Bapa!  Rencana dan rancangan-Nya selalu baik untuk umat-Nya,  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Begitu pula Kristus menegaskan,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Kita patut bersyukur dan berbangga hati karena kita punya Bapa yang teramat baik, yang kebaikan-Nya tidak hanya terjadi di musim-musim tertentu, tapi di sepanjang musim kehidupan kita, kebaikan-Nya tidak pernah berubah.  "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun."  (Mazmur 100:5).

     Bila saat ini Saudara sedang menghadapi masalah atau pergumulan hidup yang berat, jangan berputus asa, serahkan semua beban Saudara kepada Tuhan karena Ia sangat bisa diandalkan, Dia sudah lebih dari cukup.  Tuhan rindu melakukan perkara-perkara yang baik bagi kita anak-anak-Nya bukan karena kita ini berjasa dan layak.  Tuhan melakukan perkara-perkara yang baik bagi kita karena Ia memang baik, bahkan  "...Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."  (Roma 5:8b).  Walaupun segala sesuatu yang ada di dunia ini berubah, firman-Nya tidak berubah.  "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."  (Matius 24:35), Tuhan tidak pernah berubah,  Ia  "...tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8):  kasih-Nya dan kuasa-Nya tidak pernah berubah.

     Justru kita ini yang mudah sekali berubah.  Kasih, kesetiaan dan ketekunan kita dalam mengikut Tuhan seringkali dipengaruhi oleh situasi dan kondisi.  Ketika berada dalam situasi yang baik kita mengasihi Tuhan, tapi begitu diperhadapkan dengan situasi yang tidak baik, kasih dan kesetiaan kita kepada Tuhan langsung berubah 180 derajat!

Tidak ada kasih seperti kasih Tuhan!  Kasih-Nya abadi dan tak perlu diragukan lagi!

Wednesday, April 22, 2020

TAK LAGI MURNI SEPERTI EMAS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2020

Baca:  1 Raja-Raja 14:21-31

"Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja."  1 Raja-Raja 14:27

Salomo adalah salah satu raja besar di Israel!  Terlepas dari kesalahan yang pernah diperbuat di akhir hidupnya, Salomo adalah raja yang sangat diberkati Tuhan dengan kekayaan yang melimpah, bahkan dalam hal kekayaan tak ada raja dari bangsa manapun yang sanggup menandinginya.  "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat."  (1 Raja-Raja 10:23).  Alkitab menyatakan bahwa istana Salomo sangat megah, bahkan semua perabotan perbendaharaan di rumah Tuhan terbuat dari emas.  Empat puluh tahun lamanya Salomo memerintah atas Israel sampai ia mangkat.

     Setelah Salomo mangkat, tongkat estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Rehabeam, tapi sangat disayangkan ia tidak mampu mempertahankan apa yang telah dirintis oleh ayahnya.  Rehabeam justru melakukan banyak pelanggaran yang menyebabkan bangsa Israel berdosa kepada Tuhan:  "...orang Yehuda melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka menimbulkan cemburu-Nya dengan dosa yang diperbuat mereka, lebih dari pada segala yang dilakukan nenek moyang mereka."  (1 Raja-Raja 14:22).  Tragisnya semua perabotan rumah Tuhan yang terbuat dari emas tak dapat mereka jaga dan pertahankan, karena semuanya dirampas oleh musuhnya yaitu Sisak raja Mesir.  Namun Rehabeam tidak kehabisan akal, ia mengganti semua perabotan emas itu dengan tembaga  (ayat nas), yang kualitasnya jauh lebih rendah.

     Di masa-masa sekarang ini banyak orang Kristen yang tidak lagi memiliki kualitas  'emas'  di hadapan Tuhan, tetapi hanya sekelas tembaga, karena mereka tidak lagi menjalani hidup kerohaniannya dengan sungguh-sungguh:  ibadah asal-asalan, berdoa asal-asalan, baca Alkitab asal-asalan, pelayanan asal-asalan, dan tidak lagi menjaga kekudusan hidup, karena mereka terbawa oleh arus dunia ini.  "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."  (1 Petrus 1:15-16).

Hidup dalam kekudusan itu seperti emas yang berkilauan di pemandangan mata Tuhan!  Itulah kualitas hidup yang Tuhan cari.

Tuesday, April 21, 2020

PERCAYA DAN KERENDAHAN HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2020

Baca:  Matius 9:27-31Markus 7:24-30

"'Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?' Mereka menjawab: 'Ya Tuhan, kami percaya.'"  Matius 9:28

Di tengah perjalanan tour pelayanan-Nya ada dua orang buta yang mengikuti Dia sambil berseru-seru,  "Kasihanilah kami, hai Anak Daud."  (Matius 27b).  Sekalipun sudah mendengar seruan dari kedua orang buta tersebut Kristus tak langsung bertindak, karena Ia hendak menguji kesungguhan iman mereka.  Oleh karena itu Kristus bertanya kepada mereka,  "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?"  (ayat nas).

     Sebelum Tuhan bertindak untuk menolong, Ia ingin memperoleh jawaban yang tulus dari hati, dan kedua orang buta itu pun menjawab,  "Ya Tuhan, kami percaya."  (ayat nas).  Kunci untuk menggerakkan hati Tuhan untuk bertindak menolong dan menyelesaikan persoalan yang kita alami adalah hati yang percaya!  Setelah mendengar jawaban dari dua orang buta itu barulah Tuhan menjamah mata mereka sambil berkata,  "'Jadilah kepadamu menurut imanmu.' Maka meleklah mata mereka."  (Matius 9:29-30).  Banyak orang menginginkan berkat, pertolongan dan mujizat dari Tuhan, tapi selama mereka masih mengandalkan logika, mengandalkan kepintaran dan kehebatan manusia, dan menggunakan cara-cara manusia, sulit bagi mereka untuk dapat melihat dan mengalami campur tangan Tuhan.  Selain itu punya kerendahan hati adalah kunci untuk mengalami pertolongan dan kebaikan Tuhan!  Selama kita masih merasa diri hebat, pintar, dan mampu, selama kita masih meninggikan diri, tak mungkin pertolongan kita terima!

     Seorang perempuan Sirp-Fenesia yang anaknya kerasukan setan merendahkan diri sedemikian rupa di hadapan Tuhan.  Sekalipun ia disebut  'anjing'  tak membuatnya marah atau tersinggung.  Saat ia meminta tolong Kristus berkata,  "'Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.' Tetapi perempuan itu menjawab: 'Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.'"  (Markus 7:27-28).  Perempuan itu lulus dalam ujian kerendahan hati!  "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."  (Markus 7:29).

Tanpa iman percaya dan kerendahan hati, seruan dan doa kita takkan mampu menyentuh hati Tuhan dan menggerakkan tangan-Nya untuk bertindak!

Monday, April 20, 2020

PERGUMULAN MEMANG SAKIT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2020

Baca:  Matius 26:36-46

"Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."  Matius 26:38

Hidup dalam ketaatan adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya, yang sudah seharusnya mengikuti teladan Kristus yang taat dalam menggenapi rencana Bapa dalam seluruh hidup-Nya di bumi, bahkan taat sampai mati  (Filipi 2:8).  Kristus selalu berusaha untuk menyenangkan hati Bapa dalam segala perkara.  "...Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."  (Yohanes 8:28-29).

     Ketaatan Kristus tiada henti-hentinya tanpa disertai kegagalan, kekecewaan dan penyesalan.  Beban berat yang teramat dahsyat yang hanya Kristus tanggung tersirat dari permohonan doa-Nya kepada Bapa,  "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39).  Pergumulan ini sangat menyakitkan dan hampir tak teratasi rasanya, namun Kristus menyerah sepenuh nya kepada kehendak Bapa, dengan mengakhiri doa-Nya dengan perkataan,  "...tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (ayat nas).  Tak ada teladan lain yang lebih baik dan lebih sempurna daripada Kristus yang telah membayar harga yang teramat mahal dalam ketaatan-Nya kepada Bapa, yaitu rela mati mengorbankan nyawa-Nya demi mengerjakan misi dari Bapa, yaitu  "...datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28).  Andai Kristus menyerah kalah pada pergumulan yang dihadapi, tak akan pernah ada penebusan dosa, juga tak ada keselamatan kekal.

     Dalam pergumulan menjalankan ketaatan-Nya Kristus juga mengalami rasa sakit yang mendalam, tapi Ia tampil sebagai pemenang, pergumulan hebat berhasil dilalui-Nya;  dan satu hal lagi:  Kristus tak perah berbuat dosa.  "Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa."  (Ibrani 4:15b).  Karena itu Kristus juga turut merasakan kelemahan-kelemahan kita.

"Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai."  Ibrani 2:18