Saturday, November 28, 2020

CARA PANDANG KITA: Mempengaruhi Hidup Kita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2020

Baca:  Bilangan 13:1-33

"Mereka membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada segenap umat itu dan memperlihatkan kepada sekaliannya hasil negeri itu."  Bilangan 13:26b

Masalah yang dialami, situasi atau keadaan yang terjadi di sekitar bisa berdampak buruk namun juga bisa mendatangkan kebaikan.  Hal itu bergantung dari cara kita memandang atau menyikapinya.  Masalah berat dan situasi sulit seringkali menjadi beban yang begitu menekan dan membuat orang menjadi patah semangat dan menyerah.  Hati dan pikiran dikuasai oleh ketakutan dan kekuatiran, akhirnya sikap pesimis pun menguasai.

     Suatu ketika Musa mengutus 12 orang pengintai untuk pergi mengintai tanah Kanaan.  Kedua belas orang itu adalah para pemimpin dari masing-masing suku di Israel.  Menjadi perwakilan suku berarti bukanlah sembarang orang, melainkan orang-orang pilihan yang memiliki potensi dan kualitas hidup yang sangat mumpuni.  Namun meski sama-sama mengintai tempat  (obyek)  yang sama dan lamanya waktu untuk mengintai juga sama, yaitu empat puluh hari  (Bilangan 13:25), tapi mereka pulang dengan membawa laporan yang berbeda:  10 orang memberikan laporan negatif, sehingga semua orang yang mendengarnya menjadi takut dan was-was.  2 orang membawa laporan positif, yang menguatkan dan membangkitkan semangat.  Mengapa hasil laporannya ada dua versi?  Yang membedakan adalah cara pandang!  Kalau kita memandang diri kita ini penuh kekurangan dan keterbatasan, kita pasti lemah dan menjadi takut:  "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita."  (Bilangan 13:31).  Mereka merasa kecil sedangkan musuh tampak besar seperti raksasa yang sepertinya mustahil dikalahkan.  Mereka langsung gemetar melihat orang-orang yang mendiami Kanaan berperawakan seperti raksasa  (Bilangan 13:32-33).

     Jangan mau dikalahkan situasi!  Jangan termakan provokasi Iblis!  Kita harus punya iman seperti Yosua dan Kaleb:  "Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"  (Bilangan 13:30).  Iman Yosua dan Kaleb menjadi bangkit oleh karena pandangannya terarah kepada Tuhan!  "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah."  (Mazmur 16:8).

Pandanglah terus hanya kepada Tuhan Yesus!  Bersama Dia kita pasti sanggup menanggung segala perkara!

Friday, November 27, 2020

TANPA KEKUDUSAN: Tak Bisa Mendekati Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 November 2020

Baca:  Keluaran 15:1-21

"Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?"  Keluaran 15:11

Kekudusan adalah atribut Tuhan yang paling mendasar.  Karena Tuhan adalah Mahakudus, maka Ia tak mengenal kata  'kompromi'  terhadap segala yang jahat, najis dan cemar.  Sebab kekudusan bertolak belakang dengan dosa dan tidak bisa berjalan beriringan dengan dosa.  Karena Tuhan adalah kudus maka hidup kudus adalah mutlak bagi orang percaya, sebab tak seorang pun dapat datang kepada-Nya dengan sembarangan, tanpa kekudusan kita tak dapat menghampiri Dia.  "...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan."  (Ibrani 12:14).  Kita patut bersyukur karena Kristus rela mengorbankan nyawa-Nya agar kita yang berdosa beroleh pemulihan hubungan Bapa dan dilayakkan untuk menghadap hadirat-Nya yang kudus.

     Secara sederhana arti kudus adalah hidup tanpa dosa.  Karena kita telah disucikan melalui korban Kristus, kita harus berjuang untuk menjauhkan diri dari dosa, sebab di hadapan Tuhan tidak ada istilah dosa besar atau kecil, dosa sepele atau dosa serius, dosa putih atau hitam, yang namanya dosa tetaplah suatu pemberontakan kepada Tuhan, ketidaktaatan terhadap firman Tuhan.  Lalu bagaimana cara mengejar kekudusan?  Diawali dari ketekunan dalam membaca dan merenungkan firman Tuhan, saat itulah Roh Kudus akan bekerja memperbaharui hati dan pikiran kita dengan firman-Nya sebagai proses menuju kepada kepekaan rohani:  panca indera menjadi terlatih untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan  (Ibrani 5:14).  Untuk hidup kudus dibutuhkan komitmen dan disiplin diri!  Komitmen berbicara tentang ketetapan hati untuk hidup sesuai firman Tuhan.  Disiplin diri berarti melatih diri melakukan segala sesuatu dengan tertib, teratur dan berkesinambungan.  Jadi kekudusan adalah suatu proses hidup!

     Bila sadar bahwa berbuat dosa adalah perbuatan menyakiti Tuhan dan membuat Dia murka, kita akan terdorong menjauhkan diri dari dosa dan godaan.  Kita tidak dapat hidup kudus tanpa Roh Kudus bekerja di dalam kita.  Ketika kita menetapkan hati untuk hidup kudus, Roh Kudus pasti akan menolong dan memampukan kita.

Hidup kudus adalah langkah pertama untuk bisa mendekat kepada Tuhan!