Sunday, November 22, 2020

SEMAKIN KUAT ATAU MELEMAH?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 November 2020

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Mereka berjalan makin lama makin kuat,"  Mazmur 84:8 

Ketika dihadapkan pada masalah, setiap orang memiliki respons hati yang berbeda-beda.  Ada yang merespons dengan sikap hati yang benar, ada pula yang menyikapinya dengan negatif.  Orang yang respons hatinya benar, sekalipun diterpa badai hidup sebesar apa pun, akan tetap kuat menghadapinya.  Sebaliknya ada orang yang menghadapi masalah kecil saja langsung lemah karena respons hatinya salah.

     Semakin kuat atau semakin lemah sangat bergantung pada fondasi hidup kita masing-masing.  "Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak."  (1 Korintus 3:12-13).  Ada perbedaan yang menyolok antara kayu, rumput atau jerami dengan emas, perak atau batu permata.  Kayu, rumput atau jerami bila dibakar justru pasti akan hangus musnah.  Berbeda dengan emas, perak dan batu permata, yang bila dibakar justru semakin murni.  Kehidupan orang percaya haruslah tetap kuat di segala situasi:  "...melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat," (Mazmur 84:7-8).  Masalah, ujian dan tantangan yang semakin berat seharusnya semakin mendorong kita untuk hidup melekat kepada Tuhan, sehingga kita mampu memandang setiap permasalahan dengan kacamata iman.

     Bagaimana supaya kita tetap kuat dan mampu bertahan?  Semua bergantung pada fondasi rumah rohani kita.  Fondasi itu adalah persekutuan yang karib dengan Tuhan dan tinggal di dalam firman-Nya:  "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau."  (Mazmur 84:5)  dan  "Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya--Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan--, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun."  (Lukas 6:47-48).  Dengan mengandalkan kekuatan sendiri, kita takkan mampu bertahan di tengah goncangan dunia.

Kekuatan hidup orang percaya ada di dalam Tuhan!  Karena itu melekatlah kepada Tuhan senantiasa.

Saturday, November 21, 2020

HIDUP SEPERTI BUNGA DAN BAYANG-BAYANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2020

Baca:  Ayub 14:1-22

"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan."  Ayub 14:1-2

Ayat nas menyatakan bahwa semua manusia yang lahir dari perempuan adalah singkat umurnya.  Singkatnya umur manusia itu digambarkan seperti bunga yang sebentar berkembang lalu layu, dan seperti bayang-bayang yang tak dapat bertahan lama.

     Karena hari-hari manusia di dunia sangatlah singkat maka kita harus mempergunakan waktu dan kesempatan sebaik mungkin, sebagaimana Musa berdoa,  "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."  (Mazmur 90:12).  Waktu adalah harta yang sangat berharga, karena itu jangan pernah sia-siakan, sebab waktu terus melaju dan tak bisa dihentikan.  Jika waktu sudah berlalu atau lewat tak akan pernah kembali.  Supaya tidak timbul penyesalan di kemudian hari.  "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja."  (Yohanes 9:4).

     Yesus memberikan teladan menggunakan waktu dengan baik!  Waktunya yang singkat saat berada di bumi tak pernah di sia-siakan:  "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga."  (Yohanes 5:17).  Sepadat apa pun pelayanan-Nya Ia tak pernah melalaikan jam-jam doanya untuk membangun persekutuan dengan Bapa.  Waktunya yang singkat Ia peergunakan secara maksimal untuk menyelesaikan misi Bapa, yaitu  "...datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28).

     Sekalipu waktu di bumi teramat singkat, hidup kita seharusnya seperti bunga yang mengahadirkan keharuman dan keindahan sebelum ia layu.  Hidup kita seharusnya juga seperti bayang-bayang:  "...menghilang seperti bayang-bayang pada waktu memanjang,"  (Mazmur 109:23), yang ada pada pagi hingga sore hari hingga matahari terbenam.  Jika tidak ada bayang-bayang, panas matahari yang terik dapat menyengat dan membakar kulit kita.  Meski kehadiran bayang-bayang hanya sebentar, namun dapat menghadirkan kehangatan dan keteduhan.

Sekalipun hidup di dunia ini singkat, orang percaya harus bisa menjadi berkat!