Friday, November 20, 2020

SELESAIKAN PERTANDINGAN SAMPAI AKHIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2020

Baca:  1 Timotius 4:1-8

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman."  2 Timotius 4:7

Rasul Paulus menasihati orang percaya untuk selalu mengevaluasi diri setiap hari.  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri."  (Galatia 6:4-5).

     Mengevaluasi diri dan menguji pekerjaan sendiri sangatlah penting dengan tujuan mengoreksi hal-hal yang salah, mengetahui kekurangan dan kelemahan, kemudian mencari solusi, sehingga kita dapat melakukan sesuatu secara benar dan jauh lebih baik dari sebelumnya.  Di hari-hari menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang semakin dekat ini bukan saatnya untuk bersantai-santai, tapi haruslah kita perhatikan kehidupan rohani kita:  apakah kita sudah setia melayani Tuhan atau sudah menjadi pelaku-pelaku firman.  Banyak orang Kristen memulai segala sesuatu dengan baik  (studi, pekerjaan, pelayanan), tapi hal itu tak bertahan lama... lambat laun semangat makin kendur dan akhirnya menyerah di tengah jalan.  Apa yang Tuhan sudah percayakan tak dikerjakan sampai tuntas:  dimulai dengan baik di dalam roh, tapi diakhiri di dalam daging  (Galatia 3:3).

     Tuhan menghendaki kita dapat mengakhiri pertandingan dengan baik.  Artinya bertanding sesuai dengan aturan yang berlaku  (sesuai firman Tuhan)  sampai akhir, tidak menempuh jalan pintas, sesuai di jalur yang ditetapkan, tidak menyimpang dari jalurnya.  Tuhan juga menghendaki kita memelihara iman dengan baik.  "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula."  (Ibrani 3:14).  Di dalam Kristus kita beroleh pengampunan dosa, keselamatan, berkat-berkat rohani,  "...asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula."  (ayat nas).  Artinya selama kita masih hidup di dunia ini kita harus mempertahankan apa yang sudah menjadi bagian kita di dalam Kristus itu dengan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar  (Filipi 2:12)  dan memelihara iman kita sampai akhir, jangan sampai gugur di tengah jalan.

Ada mahkota kebenaran tersedia bagi orang yang mampu menyelesaikan pertandingan sampai garis akhir!

Thursday, November 19, 2020

MENJADI ORANG YANG DIPERCAYA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2020

Baca:  1 Tawarikh 17:16-27

"Ya TUHAN, oleh karena hamba-Mu ini dan menurut hati-Mu Engkau telah melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukan segala perkara yang besar itu."  1 Tawarikh 17:19

Dipercaya melakukan tugas tertentu adalah kebanggaan tersendiri, apalagi yang mempercayakannya adalah Tuhan, tentu merupakan anugerah yang tak ternilai harganya.

     Daud sangat bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah membawa dia sampai sejauh itu  (1 Tawarikh 17:16).  Dari seorang yang bukan siapa-siapa dan dipandang remeh, Tuhan mempercayakan perkara-perkara besar kepada Daud.  Begitu pula rasul Paulus begitu antusias ketika dipercaya menjadi rekan kerja Tuhan,  "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku." (1 Kolose 1:24, 28-29).  Beroleh kepercayaan dari Tuhan bukan berarti perjalanan hidup seseorang menjadi mulus, terkadang justru semakin dihadapkan pada tantangan yang berat.  Meski demikian semangat rasul Paulus dalam melayani Tuhan tak pernah padam, karena ia sangat percaya jika Tuhan mempercayakan sesuatu kepadanya pastilah Ia akan menyertai, memampukan dan memperlengkapinya dengan kekuatan adikodrati.

     Untuk bisa menjadi orang kepercayaan Tuhan kita harus terlebih dahulu membuktikan kalau kita ini layak.  Ada harga yang harus dibayar:  kesetiaan, ketekunan, loyalitas!  Jika kita tidak setia, tak tekun dan tak punya loyalitas, mungkinkah Tuhan akan mempercayakan sesuatu yang besar?  Inilah janji Tuhan,  "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu."  (Yohanes 14:12a).  Jika saat ini kita dipercaya Tuhan, bukan karena kehebatan kita, tapi karena anugerah-Nya semata.

"...Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan." 2 Timotius 1:12