Wednesday, November 18, 2020

HARTA DUNIAWI BUKANLAH TUJUAN AKHIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 November 2020

Baca:  Pengkhotbah 5:7-19

"Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur."  Pengkhotbah 5:11

Setiap orang pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai.  Apa yang menjadi tujuan hidup Saudara di dunia ini?  Mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya?  Karena kita berpikir bahwa dengan memiliki harta kekayaan yang melimpah hidup kita pasti akan terjamin dan kita akan berbahagia seumur hidup kita.

     Siapa yang tak tahu tentang Salomo?  Seorang raja yang sangat terkenal dengan hikmat dan kekayaannya yang melimpah justru menyatakan bahwa kekayaan duniawi adalah sia-sia.  Ternyata memiliki kekayaan tidak dengan serta merta membuat orang hidup dalam kebahagiaan.  "Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?"  (Pengkhotbah 5:10).  Salomo punya pengalaman bahwa kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan mereka tidur.  Orang kaya selalu tidak tenang dalam hidupnya, tidur pun tidak bisa nyenyak, sebab ia selalu memikirkan harta kekayaannya.  Sungguh benar apa yang firman Tuhan katakan,  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Ketidakpuasan terhadap uang dan kekayaan mendorong setiap orang untuk mencari cara bagaimana meningkatkan kekayaannya:  bekerja tanpa mengenal waktu sampai lupa jam-jam ibadah, lupa jam-jam doa, mengesampingkan perkara-perkara rohani.  Rasul Paulus meminta Timotius memperingatkan orang-orang kaya,  "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan..."  (1 Timotius 6:17).  Harta kekayaan dunia bukanlah tujuan akhir hidup ini, sebab semua itu hanya sementara, dan  "...kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar."  (1 Timotius 6:7).

     Jika saat ini kita dipercaya Tuhan mengelola harta lebih, justru ini kesempatan untuk  "...berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya."  (1 Timotius 6:18-19).

Apalah artinya memperoleh seluruh dunia tapi kehilangan nyawa  (Matius 16:26).

Tuesday, November 17, 2020

MEMAHAMI KASIH DAN KESABARAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 November 2020

Baca:  Hosea 11:1-11

"Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku;"  Hosea 11:2a

Kekuatan dan kemampuan manusia sangatlah terbatas.  Bagaimanapun juga manusia hanyalah berasal dari debu, karena itu tak mungkin manusia dapat memahami dan menyelami jalan-jalan Tuhan yang heran dan ajaib.  Bahkan manusia tak mampu mengukur betapa lebar, panjang, tinggi dan dalamnya kasih Tuhan!

     Karena kasih Tuhan yang teramat besar kepada manusialah sehingga setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap firman-Nya, menyeleweng dari jalan-jalan-Nya, dan melakukan dosa, tak langsung dihukum dan dibinasakan... Tuhan berkata,  "Umat-Ku betah dalam membelakangi Aku; mereka memanggil kepada Baal dan berhenti meninggikan nama-Ku."  (Hosea 11:7), namun  "Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali."  (Hosea 11:9a).  Umat Israel jelas-jelas telah membelakangi Tuhan dan berpaling kepada berhala, tapi Tuhan tetap panjang sabar, tak langsung membinasakan mereka... kesempatan masih Dia berikan agar manusia kembali kepada-Nya.  Sesungguhnya hati Tuhan sangat sedih dan kecewa melihat kedegilan hati umat Israel, karena semakin mereka dipanggil semakin mereka menjauh dari hadapan-Nya  (ayat nas).  Tapi Tuhan tak menghendaki umat-Nya binasa.  Tuhan memperlakukan mereka dengan kesetiaan dan kasih!  "Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan."  (Hosea 11:4).

     Dari pengalaman bangsa Israel ini kita dapat belajar menghargai betapa besar kasih Tuhan kepada kita.  Sekalipun kita sering memberontak dan tidak taat Tuhan tetap menunjukkan kasih dan kesabaran-Nya terhadap kita.  Jangan pernah melupakan kasih dan kebaikan Tuhan dan berhentilah menyakiti hati Tuhan dengan perbuatan-perbuatan kita yang jahat.  Selagi masih ada kesempatan, bersungguh-sungguhlah hidup di dalam Tuhan!

"...Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  2 Petrus 3:9