Monday, November 2, 2020

BERKEMENANGAN KARENA TUHAN TURUN TANGAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 November 2020

Baca:  Ulangan 20:1-20

"...Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu."  Ulangan 20:4

Kehidupan kekristenan itu ibarat sedang berada di medan peperangan!  Ada musuh-musuh di sekitar kita yang selalu mengintai, yang siap menyerang saat kita lengah.  Peperangan kita ini bukanlah melawan darah dan daging, tetapi  "...melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:12).

     Kita berperang melawan Iblis  (musuh utama), berperang melawan kedagingan  (cara hidup dunia), juga berperang melawan masalah dalam hidup ini.  Jelas sekali bahwa hidup di dalam Tuhan bukan berarti tanpa rintangan atau mulus tanpa hambatan... justru sebaliknya, kita semakin diperhadapkan dengan tantangan dan peperangan setiap saat yang mungkin jauh lebih besar.  "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan engkau melihat kuda dan kereta, yakni tentara yang lebih banyak dari padamu," (Ulangan 20:1),  "...janganlah lemah hatimu, janganlah takut, janganlah gentar dan janganlah gemetar karena mereka,"  (Ulangan 20:3), sebab ada tangan Tuhan yang siap menopang dan menyertai kita.  Mengapa Tuhan mengijinkan ada  'peperangan'?  Karena di balik itu Tuhan hendak memberikan kemenangan bagi kita:  "Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN."  (Amsal 21:31).

     Tidak ada kemenangan tanpa peperangan!  Tidak ada jarahan tanpa melucuti musuh!  Jadi rancangan Tuhan atas kita bukan sekedar memberkati kita, tapi Ia juga menghendaki kita menjadi orang-orang yang berkemenangan:  menang atas musuh, menang atas masalah sebesar apa pun... dan untuk menjadi pemenang ada harga yang harus dibayar!  Kita takkan punya kekuatan dalam berperang bila kita tidak memperlengkapi diri dengan perlengkapan senjata rohani dan sikap yang selalu berjaga-jaga dalam doa setiap waktu dalam Roh  (Efesus 6:18).

"Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang-gemilang oleh tangan kanan-Nya."  Mazmur 20:7

Sunday, November 1, 2020

HIDUP BENAR, TAPI MASIH MENDERITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 November 2020

Baca:  Mazmur 73:1-28

"Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah.  Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi."  Mazmur 73:13-14

Tidak selamanya penderitaan yang kita alami disebabkan oleh serangan si jahat  (Iblis);  tidak semua pula akibat dari kesalahan atau dosa yang kita perbuat.  Saat kita mengalami penderitaan bukan berarti Tuhan tidak sanggup menolong kita dan melakukan mujizat-Nya.  Terkadang saat kita sedang berjuang untuk hidup dalam kebenaran, penderitaan pun serasa enggan beranjak dari kehidupan kita.  Ternyata tidak selamanya hidup benar mendatangkan kenyamanan atau berkat.  Akhirnya timbul pertanyaan dalam hati, sama seperti yang dipergumulkan oleh bani Asaf  (ayat nas):  "Mengapa kita sudah hidup dalam kebenaran tetapi justru yang kita lihat dan alami adalah situasi sulit, tekanan dan penderitaan?"  Bagaimana sikap hati kita jika hal ini terjadi?  Apakah kita harus kecewa kepada Tuhan, marah, menyalahkan Tuhan, kemudian memberontak kepada Tuhan?

     Bagaimana pun juga keadaannya, kita harus selalu mengoreksi diri!  Sudahkah kita benar-benar hidup dalam kebenaran?  Kalau kita dipercaya Tuhan untuk suatu pelayanan, sudahkah kita melayani Tuhan dengan benar?  Dengan kata lain pertobatan harus kita lakukan setiap hari,  "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Mari belajar dari pemazmur yang selalu berdoa memohon kepada Tuhan untuk selalu dikoreksi, diuji, diselediki:  "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku."  (Mazmur 26:2).  Kalau tidak, kita akan mengalami seperti bangsa Israel yang harus berputar-putar selama 40 tahun di padang gurun oleh karena mereka mengeraskan hati  (tegar tengkuk), tidak mau merendahkan diri di hadapan Tuhan, tak mau bertobat.

     Bila kita sudah hidup dalam pertobatan namun penderitaan masih harus kita alami, berarti kita sedang dalam proses ujian kesetiaan, sebab untuk setia di tengah penderitaan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.  Tapi ketika dalam penderitaan Tuhan mendapati kita tetap setia, percayalah, bahwa ada upah yang Tuhan telah persiapkan untuk kita.

Tetaplah berlaku hidup benar walau dalam penderitaan, karena di balik penderitaan ada kemuliaan!