Wednesday, September 2, 2020

HIDUP BENAR: Kunci Jawaban Doa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 September 2020

Baca:  Lukas 1:5-25

"Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya."  Lukas 1:7

Zakharia dan Elisabet adalah suami isteri yang takut akan Tuhan, mereka melayani Tuhan.  Usia keduanya sudah lanjut, Elisabet pun mandul, jadi mustahil mereka memiliki keturunan.  Adakah yang mustahil bagi-Nya?  Karena kekuatan doa, mereka dikaruniai anak yang luar biasa.  Kuncinya?  "Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat."  (Lukas 1:6).

     Berdoa bukanlah tradisi agamawi atau kebiasaan, melainkan wujud hubungan yang karib dengan Tuhan.  Doa seharusnya membawa kita untuk berjumpa secara pribadi dengan Tuhan.  Tekun berdoa, disertai membangun kehidupan rohani yang benar, akhirnya membuka kesempatan bagi Zakharia untuk ditemui oleh malaikat utusan Tuhan:  "Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: 'Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.'"  (Lukas 1:11-13).

     Tuhan menyatakan diri-Nya kepada orang-orang yang mencari Dia dengan sungguh, berdoa dengan tiada berkeputusan dan tak mudah menyerah.  Tuhan kita adalah Tuhan yang besar dan dahsyat, sanggup melakukan jauh lebih besar dari apa yang kita doakan  (Efesus 3:20).  Zakharia hanya berdoa meminta anak, tetapi jawaban Tuhan jauh lebih dahsyat dan tak terbayangkan:  "Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya."  (Lukas 1:15-17).

"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  Yakobus 5:16b

Tuesday, September 1, 2020

MENJADI HAMBA YANG SELALU TAAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 September 2020

Baca:  Lukas 17:7-10

"...kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."  Lukas 17:10b

Ada dua kata yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang percaya dalam pengiringannya akan Kristus, yaitu taat dan hamba.  Hidup kita akan dikenan Tuhan bila kita taat melakukan kehendak-Nya dan berhati hamba.  Hati hamba adalah hati yang rela melakukan apa pun yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan, sebab kata  'hamba'  dalam bahasa Yunani doulos, artinya hamba, pelayan atau budak yang terikat pada tuannya.

     Demikian juga dengan kehidupan kita sebagai orang percaya, yang adalah hamba-hamba Tuhan, kita seharusnya memiliki hati hamba yang mau taat sepenuhnya kepada kehendak Tuhan.  Karena status kita adalah hamba, kita tak punya hak apa-apa atas diri kita sendiri.  Kita harus belajar untuk menyerahkan kehendak kita kepada Tuhan sebagaimana yang Kristus teladankan  (Matius 26:39).  Sebagai manusia kita pasti memiliki harapan, cita-cita, keinginan, agenda hidup pribadi, tapi tidak semua kehendak kita sejalan dengan kehendak Tuhan.  Karena itu jangan pernah memaksakan kehendak sendiri kepada Tuhan!  Serahkan dan selaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan.  Percayalah bahwa kehendak Tuhan atas hidup kita pastilah yang terbaik.  'Hamba'  harus tunduk kepada otoritas di atasnya!  Selain kita harus tunduk sepenuhnya kepada Tuhan, kita juga harus belajar untuk memiliki penundukan diri kepada orang lain yang Tuhan percayakan untuk menjadi pemimpin atau atasan kita.

     Jika kita benar-benar memiliki penundukan diri kepada Tuhan, maka salah satu perwujudan nyatanya adalah kita juga tunduk kepada mereka yang memegang otoritas di atas kita, pemimpin yang Tuhan telah tetapkan:  pemimpin negara, pemimpin di keorganisasian gereja, pemimpin di kantor atau perusahaan, pemimpin di sekolah, pemimpin di keluarga kita masing-masing dan sebagainya.  Tunduk kepada otoritas yang berada di atas kita bukan berarti harus mengultuskan atau mendewakan mereka, tapi kita belajar untuk tetap mnghormati dan menghargai pemimpin kita dan dengan rela hati melakukan setiap perintahnya tanpa ada persungutan atau keluh kesah.  "Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis."  (1 Petrus 2:18).

Hamba yang berkenan kepada Tuhan:  taat dan punya penundukan diri!